Sudah 3 hari berlalu sejak Pak Seno memberi peringatan kepada Lia, Lia merasa cemas karena Pak Seno selalu memandang dia dengan tajam apabila kebetulan bertemu. Pak Seno seperti menuntut apa yang sudah Lia janjikan. Lia hanya bisa bersabar dan terus berdoa semoga sebelum sampai waktu yang dijanjikan Seno hadir disini dan membelanya. "Ingat waktumu tinggal 2 hari, siap-siap kamu dipecat" Pagi itu Lia berpapasan dengan Pak Seno di lift. Lia hanya bisa terdiam. Lia semakin resah, karena beberapa hari Sandi juga gak kasih kabar, dari chat nya yang terakhir dia ke pedalaman dan tidak ada sinyal disana. Hari perjanjian itupun tiba, Lia berangkat kerja dengan perasaan yang kalut, dia bingung apa nanti yang harus dia lakukan kalau dipecat, bagaimana nanti masa depan anaknya sedangkan Sandi gak ada lagi kabar. Pak Seno sudah bolak balik di dekat pantri setiap ada kesempatan untuk melihat Lia, Lia pura-pura tidak tahu untuk menghindar. Akhirnya waktunya pulang, Lia dengan cepat membereskan
Lia benar-benar merasa hancur, kebahagiaan yang telah dia rasakan beberapa bulan ini lenyap seperti embun di pagi hari, hilang tak berjejak. Sandi hilang tanpa kabar, Lia menyesal tak pernah bertanya dengan jelas siapa Sandi sebenarnya, dimana dia tinggal, apa pekerjaannya. Lia merasa sangat bodoh telah buta oleh perasaan sayang pada Sandi. Berbulan-bulan Lia menanti, Sandi tak pernah lagi berkirim pesan. Lia benar-benar hampa, dia sekarang hanya fokus bekerja dan mengurus kedua anaknya. Lia beruntung Pak Seno menyerah mengganggu dan dia tetap bekerja. Setelah istrinya mengetahui kelakuan bejatnya dari Jeni, yang ternyata telah hamil. Isteri Pak Seno menyuruh Jeni untuk menggugurkan kandungannya dan menyuruhnya pergi jauh dari kota ini, dengan memberikan uang yang cukup banyak.Pak Seno juga diancam istrinya kalau masih berani macam-macam akan dipecat dan diusir, karena perusahaan itu adalah milik orang tua istrinya, tentu saja Pak Seno takut. Pak Seno memang hanya seorang pecunda
Sandi menarik napas., menundukkan kepalanya."Maafkan aku Lia, aku selama ini telah buat kamu menunggu tanpa kabar" Lia menatap Lia."Aku mengalami musibah setahun yang lalu, aku mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa ku, aku hancur. Usahaku hancur, hal itulah yang membuat aku tak sanggup berjumpa denganmu" Sandi memegang tangan Lia, Lia memalingkan wajahnya."Apapun yang terjadi kamu bisa kasih aku kabar. Aku tidak bisa percaya lagi sama kamu mas""Lia percayalah padaku, aku tak ada maksud membuat kamu menderita. Aku berjanji tak akan pernah kecewa kan kamu lagi. Mulai detik ini akulah yang akan menjaga dan melindungi kamu juga anak-anak". Lia meneteskan air matanya mengingat semua penderitaan yang dia alami, bagaimana dia menanti kabar dari Sandi, dia disiksa dituduh selingkuh, dia hampir dipecat. Lia sangat lelah dengan derita dengan beban yang selama ini dia alami. "Mas, aku tidak bisa lagi menerima kamu. Pergilah mas, aku ingin sendiri. Aku tidak mau hancur lagi". Li
Pov SandiAku terkejut sekali bertemu Nani kawan akrab Susan. Hampir saja rahasiaku terbongkar. Aku harus berusaha agar Lia tidak akan bertemu lagi dengan Nani. Ini sangat berbahaya. Aku dengan cepat membawa Lia kerumah agar dia lupa tentang pertemuan tadi. Lia wanita yang sangat kucintai walaupun akhirnya aku sangat membencinya. Dia telah membuatku hancur dimasa lalu. Dia menghina dan menghancurkan harga diriku. **** 15 tahun lalu.Dua orang gadis Lia dan Ani sedang berjalan pulang dari sekolah melewati gerbang sekolah, mereka nampak sedang bercerita sesuatu yang menarik. Mereka tidak henti-hentinya tertawa dan bercerita dengan gembira.Beberapa laki-laki yang melihat mereka terkesima dengan kecantikan Lia. Lia adalah idola disekolah tersebut, dia siswa yang sangat cantik dan berasal dari keluarga yang kaya sehingga banyak pria yang mencoba mendekati nya. Lia sadar banyak yang menyukainya tapi dia tidak mau sembarangan dekat dengan laki-laki, pesan dari ibunya tidak boleh berga
Sebulan kemudian Sandi datang, anak-anak sangat bahagia terutama Lia yang menyembunyikan rasa bahagianya. Sandi datang membawa banyak oleh-oleh. Baik untuk Lia maupun anak-anak. "Senang sekali kamu sudah pulang mas" Kata Lia dengan senyum bahagia."Iya papa udah pulang ya ma, adek senang sekali. Terimakasih boneka nya ya pa" Dini mencium pipi Sandi dengan bahagia. Sandi membalas mencium pipi Dini."Papa pun senang sekali jumpa dengan anak papa yang cantik ini, Dion suka kan sama bola nya?" Doni mengangguk senang."Senang sekali pa. Terimakasih ya pa, ayo dek kita makan kue yang papa bawa" Doni mengajak Dini membuka kue yang dibawa Sandi."Mas terimakasih ya udah buat anak-anak senang" Lia memandang Sandi dengan penuh rindu. Sandi memegang tangan Lia."Kamu gimana sayang? apa gak senang aku pulang?" Sandi menarik tangan Lia agar lebih mendekat."Aku rindu sekali sayang"Sandi berbisik ketelinga Lia. Wajah Lia bersemu merah."Aku juga rindu mas" Lia berbisik malu. Sandi mengajak Lia kek
Hari-hari terasa berat, Lia semakin sering merasa pusing dan mual, apalagi teringat Sandi yang akan segera pulang. Kepala Lia semakin pusing. Lia akhirnya berobat ke bidan dekat rumahnya, dengan hati berdebar Lia menunggu hasil pemeriksaan bidan. Lia memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi. Bu bidan memangilnya masuk keruangan nya. "Mari Bu Lia, hasil pemeriksaan ny sudah keluar, apa ibu datang sendiri?, suaminya mana?"Tanya Bu bidan."Suami saya lagi kerja diluar kota Bu bidan" Jawab Lia dengan gugup. "Hasilnya gimana Bu?" Lia meremas tangan nya dengan gugup. Kalau hasilnya positif Lia gak tahu harus bahagia atau sedih. Bu bidan menyalami Lia. "Selamat ya Bu, ibu sudah hamil 5 Minggu, dijaga ya kandungan nya, karena kandungan ibu lemah, alangkah baiknya tadi kalau suami ibu bisa ikut" Lia nampak terkejut walaupun dia sudah menduga bahwa dia sedang mengandung anak Sandi. "Terimakasih Bu bidan, saya permisi ya Bu" Lia bergegas mau pergi. "Tunggu dulu Bu, ini ada obat yang harus i
Lia dan Nani duduk di cafe, setelah memesan minuman dan makanan kecil Lia sangat tidak sabar mendengar cerita Nani"Maaf ya mbak, boleh cerita siapa Ibu Susi?" Nani menarik nafas panjang, dia ragu cerita ke Lia, Nani takut apa yang bisa dilakukan Sandi kalau sudah marah, tapi melihat Lia yang begitu penasaran Nani akhirnya buka suara."Sebenarnya saya takut cerita mbak, Pak Sandi itu bisa marah besar kalau rahasianya dibongkar""Kok kamu tahu dia suka marah mbak?""Ya tahulah mbak, dia kan ketua preman di kota P. Hampir semu orang takut sama dia. Kok mbak gak tahu ya?" Lia ternganga mendengar cerita Nani. "Di go pernah cerita tentang pekerjaannya mbak, kalau saya tanya dia akan menyiksaku saya, makanya saya lebih suka diam" Suara Lia terdengar sangau mengingat penyiksaan Sandi. "Jadi mbak sudah pernah disiksa Pak Sandi? Kenapa mbak gak menjauh dari dia?" Lia menggelengkan kepalanya."Saya gak berani mbak, saya takut dan sekarang saya sedang mengandung anaknya. Kami baru 3 bulan me
Lia terduduk sekian lama, anak-anaknya pun menangis melihat keadaan ibunya. Lia sungguh tak tahu lagi mengapa jalan hidupnya begitu menyakitkan. Disaat dia merasa menemukan pelabuhan hati yang dia anggap seorang yang mencintai sepenuh hati laki-laki itu pula yang membuat dia menderita. Perjalanan hidup Lia yang berat sungguh sudah diluar batas kemampuan nya., hinaan, penipuan, siksaan semua itu sudah menghancurkan mental dan tubuhnya. Lia tiba-tiba teringat ayah dan ibunya yang dulu begitu sayang dan memanjakan dia. **** 15 TAHUN YANG LALUSetelah kejadian disekolah dimana Lia melaporkan seorang siswa yang telah berusaha melecehkannya, Pak Amran papa Lia menjaga Lia dengan ketat. Lia tidak pernah dibiarkan sendirian kemanapun dia pergi. Lia merasa terkekang tapi dia harus menerima akibat dari perbuatannya. Lia sadar bahwa dia telah berlaku keterlaluan pada laki-laki itu, karena memang laki-laki itu tidak melakukan apapun padanya. Lia hanya ingin laki-laki tidak mengganggunya lagi