Share

Menghilang

Sudah 3 hari berlalu sejak Pak Seno memberi peringatan kepada Lia, Lia merasa cemas karena Pak Seno selalu memandang dia dengan tajam apabila kebetulan bertemu. Pak Seno seperti menuntut apa yang sudah Lia janjikan. Lia hanya bisa bersabar dan terus berdoa semoga sebelum sampai waktu yang dijanjikan Seno hadir disini dan membelanya.

"Ingat waktumu tinggal 2 hari, siap-siap kamu dipecat" Pagi itu Lia berpapasan dengan Pak Seno di lift. Lia hanya bisa terdiam.

Lia semakin resah, karena beberapa hari Sandi juga gak kasih kabar, dari chat nya yang terakhir dia ke pedalaman dan tidak ada sinyal disana.

Hari perjanjian itupun tiba, Lia berangkat kerja dengan perasaan yang kalut, dia bingung apa nanti yang harus dia lakukan kalau dipecat, bagaimana nanti masa depan anaknya sedangkan Sandi gak ada lagi kabar.

Pak Seno sudah bolak balik di dekat pantri setiap ada kesempatan untuk melihat Lia, Lia pura-pura tidak tahu untuk menghindar.

Akhirnya waktunya pulang, Lia dengan cepat membereskan barangnya supaya cepat pulang, dia ingin menghindari Pak Seno. Dia tahu Pak Seno pasti menuntut dia menepati janjinya.

"Lia sini kamu.,." Pak Seno memanggil Lia di pangkalan angkot, betapa terkejutnya Lia.

"Aduh .., gimana ini. Mas Sandi belum ada kabar. Aku harus bilang apa ya"

"Jangan coba-coba kamu lari ya, ingat kamu sudah janji. Mana pacar kamu itu. Kamu pasti bohong kan. " Lia benar-benar bingung apa yang harus dia katakan.

"Maaf pak..... dia masih ada kerjaan belum ada waktu kesini. "Lia meremas tas yang dia pegang, rasa cemas melingkupinya.

"Kamu pasti bohong, sekarang kamu pilih dipecat atau..,"

"Menemani aku. Aku lagi ingin sama kamu" Pak Seno berbisik ke telinga Lia, Lia semakin gugup. Dia sangat muak kepada Pak Seno, apalagi mencium aroma tubuhnya dengan parfum yang begitu kuat, Lia ingin muntah.

"Gak kok pak, aku jujur sama bapak, beberapa hari ini pasti dia datang" Lia mencoba meyakinkan Pak Seno.

"Saya permisi ya pak, saya harus cepat pulang anak saya sedang sakit pak" Lia mencoba mencari alasan.

Kebetulan sebuah angkot datang, Lia dengan cepat menyetopnya dan buru-buru naik. Pak Seno yang melihat tindakan Lia hanya bisa bengong karena tiba-tiba ditinggal. Dia tidak berani mengejar Lia karena melihat banyak orang disekelilingnya.

Lia bersyukur Pak Seno tidak mengejarnya, disepanjang jalan Lia merenung apa yang harus dia lakukan.

Laki-laki yang dia harapkan menjadi pelindung nya hilang tak ada kabar berita dan sekarang dia dikejar-kejar Pak Seno yang sangat dia benci. Lia bingung harus bagaimana.

"Kamu kemana mas, aku takut sekali, apa yang harus aku lakukan" Lia menggeluh dalam hati.

"Baru pulang kerja Lia" seseorang menegurnya, Lia menoleh ada Pak Amir yang juga baru pulang kerja.

" Eh.,..iya Pak Amir."

"Kamu kenapa kok nampak sedih, mungkin saya bisa bantu"

"Gak ada pak, cuma lagi capek saja" Lia mencoba tersenyum dan memandang keluar.

"Kalau kamu ada masalah jangan takut cerita saja sama saya, saya siap bantu kapan pun kamu perlu, atau kita berhenti dulu diwarung biar bisa cerita ?" Pak Amir pindah duduk disamping Lia, kebetulan Angkot itu hanya mereka berdua penumpang nya.

"Terimakasih pak....saya gak apa-apa, maaf pak bisa geser sedikit saya terjepit ini" Lia mendorong Pak Amir yang semakin mendekati Lia.

Tiba-tiba angkot berhenti beberapa orang naik sehingga angkot itu sudah hampir penuh. Lia semakin terdesak disamping Pak Amir. Pak Amir cari kesempatan memegang tangan Lia. Lia refleks mendorong Pak Amir.

"Maaf pak ..."

Jarak kerumah masih jauh, Lia benar-benar tersiksa disamping Pak Amir. Pak Amir nampak sumringah dan setiap kesempatan dia menyentuh Lia. Lia sudah sangat gerah tapi dia takut kalau bertindak akan membuat dia malu.

Akhirnya mereka pun sampai dikomplek kontrakan mereka. Lia dan Pak Amir turun beriringan. Pak Amir membayar ongkos untuk mereka berdua.

"Ini ongkos untuk kami berdua"

"Jangan pak, ini ongkos saya" Berdua mereka memberikan ongkos kepada supir angkot itu, supir angkot kebingungan uang siapa yang diambil.

"Gimana sih ini, uang siapa yang saya ambil,... sinilah" supir angkot mengambil uang Lia.

"Orang cantik pasti duitnya juga cantik he...he..." Lia hanya tersenyum, beberapa penumpang pun ikut tersenyum mendengar kata-kata supir itu.

"Ya sudah, ini ongkos saya" pak Amir kesal.

Lia dengan cepat berjalan menuju rumahnya, Pak Amir berjalan dibelakangnya dengan cepat supaya bisa berjalan bersisian.

"Tunggulah Lia, Abang kok ditinggal" Lia tak memperdulikan Pak Amir, dia sudah sangat kesal

"O ....kurang ajar kamu ya, udah berani dekat-dekat sama suamiku, dasar janda gatal" Tiba-tiba istri pak Amir marah, dia sedang duduk dengan beberapa ibu didekat rumah Lia. Mereka memang sering kumpul disitu untuk bergosip.

"Maaf Bu ,. saya gak a..." tiba-tiba Bu Sinta, Istri pak Amir menampar Lia.

"Pelakor kamu, jangan berani kamu dekat suami ku ya, kamu itu janda, jangan kamu kotori tempat ini dengan kelakuan busukmu" Ibu Sinta menjamak rambut Lia, Pak Amir yang melihat itu hanya diam dan pelan-pelan masuk kerumah. Ibu-ibu yang ada disitu ikut mengompori sehingga Bu Sinta makin kalap. Habis sudah Lia dijambak dan dipukul Bu Sinta.

"Hentikan .." semua orang menoleh ke arah suara itu.

"Apa yang kalian lakukan, apa yang dilakukan Lia maka harus kalian Siksa seperti ini" rupanya yang datang itu pak RT.

Semua yang ada disitu diam, Lia yang sudah berantakan menangis dan dipeluk anak-anaknya yang dari tadi menangis teriak melihat ibunya disiksa.

"Dia pelakor pak RT, dia pacaran sama suami saya" Ibu Sinta bicara dengan lantang

"Apa betul itu Lia?" tanya pak RT melihat ke Lia

"Gak ada pak.,.. tadi kebetulan aku sama pak Amir satu angkot" Lia bicara sambil menangis.

"Coba pak Amir panggil kesini" Pak RT menyuruh Buk Sinta memanggil Pak Amir. Ibu Sinta masuk kerumah dan bawa suaminya keluar.

"Ada apa pak RT"

"Apa benar Pak Amir ada hubungan dengan Lia pak?"

"Ngggg.....gak ada pak, tadi kebetulan satu angkot maka nya kami pulang bareng." Pak Amir tersenyum.

"Bu Sinta dengar kan, jangan cepat menghakimi orang sebelum tahu kebenaran nya. Kalau sudah begini bagaimana. Ibu bisa dituntut pasal penganiayaan. Apa ibu mau masuk penjara?" Pak RT marah melihat ke arah Ibu Sinta. Ibu Sinta gemetar mendengar kata penjara.

"Maaf pak RT , saya gak mau masuk penjara Pak.."

"Minta maaf sana sama Lia, bukan sama saya .. "

Bu Sinta dengan ogah-ogahan mendatangi Lia

"Maaf deh, makanya kamu jangan dekat - dekat dengan suamiku." mulutnya cemberut melihat Lia. Bu Sinta langsung menarik tangan suaminya masuk rumah.

"Sudah Lia masuklah, kasihan anakmu" Lia dan anak-anak nya masuk rumah dengan tertatih, badannya terasa sakit semua.

"Ibu-ibu yang lain ayo.. ayo segera masuk rumah udah mau magrib, jangan lagi berkeliaran diluar ingat suami dirumah." ibu-ibu berjalan pulang. Pak RT pun pulang kerumahnya.

Dirumah Lia terduduk menahan tangis meratapi nasibnya, begitu banyak hinaan dan luka yang dia rasakan. Anaknya pun menangis sambil memeluk nya.

"Sakit ya ma ..hu...hu" Dini menangis sesenggukan memeluk Lia.

"Gak nak, mama gak apa-apa kok." Lia menahan tangisnya, dia gak mau anaknya semakin sedih.

"Mama mandi dulu ya, mama capek. " Lia mencoba tersenyum. Doni dan Dini mengangguk. Lia berjalan tertatih ke kamar mandi.

Di kamar mandi Lia menangis sepuasnya, dia membasuh tubuhnya dengan rasa perih, ada banyak bekas pukulan ditubuhnya, semua badan nya terasa sakit. Dia menahan perih dihati dan tubuhnya.

Mengapa hidup ini begitu tidak adil.......

(Bersambung....)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status