Sebuah cairan hangat berwarna merah menempel ditangan Nanda, meski tidak banyak, tapi wajah Nanda terlihat menjadi ketakutan dan bingung.
"Bang, aku takut, aku tidak bisa lagi melanjutkannya."
Dengan kekuatan yang masih tersisa, Nanda menyingkirkan pria itu, dia berdiri dan berjalan menuju ke kamar mandi.
Sebenarnya pria itu masih ingin melanjutkannya lagi, tapi melihat ekspresi Nanda dia terpaksa menghentikannya, ekor matanya yang memerah mengikuti Nanda lalu melirik darah merah yang menodai seprei di bawahnya yang berwarna putih.
"Brengsek!" Tangannya yang terkepal memukul keras kasur kemudian dia membanting tubuhnya dengan kasar, dia atas seprei itu, tanpa peduli noda yang akan mengotori tubuhnya.
"Apa ini?" Tubuh Nanda gemetar hebat, keringat mengucur deras dari dahinya, melihat darah ditangannya yang masih menetes, beruntung saat dia menyentuh vaginanya tidak ada darah lagi yang keluar, hanya ada sisa yang menempel di sela-sela pahanya, meski
"Dasar pelacur!"Tidak lama suara pintu dibanting dengan sangat keras. Nanda berdiri menatap Lina dengan tatapan penuh emosi.Plak!Tamparan keras mendarat dipipi Lina yang mulus, disudut bibirnya tampak darah merah segar."Siapa kamu sampai berani mengataiku pelacur?" teriak Nanda tepat di depan wajah Lina.Memegang pipinya yang perih Lina membalas tamparannya.Plak! Plak!2 kali tamparan di pipi kanan dan kiri."Kamu memang pelacur, kalau bukan pelacur lalu apa? Sudah mengambil suami orang tapi masih saja cari pria lain dan berselingkuh," balas Lina.Wajah Lina memerah penuh emosi, dia tidak menyangka akan di tampar oleh seseorang yang jauh lebih muda darinya, wanita rendahan yang levelnya jauh dari dia, pwrempuan dengan wajah yang terlihat pilos namun ternyata beracun."Aduh, sakit ... Jangan mengfitnahku mbak, siapa yang selingkuh?" Nanda berkata sambil meringis menahan rasa sakit akibat tamlaran Lina, wajahnya tampak kaget tapi dia masih berusaha keras memasang wajah tenang, mesk
"Akh! Sakit ... Mas Zaky tolong aku," ucap Nanda meringis kesakitan dengan ponsel yang menempel di telinganya. Dia baru daja menghubungi Zaky.Dengan posisi terduduk di lantai Nanda berteriak mengatakan kesakitan pada Zaky dari balik ponselnya. Darah merah mengalir sangat banyak dari kemaluannya.Lina masih berdiri diam dengan bingung dan gelisah melihat apa yang terjadi pada Nanda di depan matanya, apalagi setelah melihat darah yang sangat banyak mengalir menodai lantai yang berwarna putih."Ada apa sayang? Kamu kenapa?" suara Zaky terdengar gugup dari balik telepon. Nanda sengaja melospiker agar Lina bisa mendengarnya."Mas, aku jatuh dan berdarah, mbak Lina baru saja menendangku sampai jatuh. Tolong cepat pulang mas, aku sakit banget dan sudah tidak tahan," ucap Nanda sesenggukan sambil menangis. Sesekali matanya melirik ke arah Lina yang masih kebingungan."Iya, iya, aku akan segera pulang. Aku akan menghubungi mbak Hesti duku agar kamu bisa segera dibawah ke rumah sakit," suara g
"Dia istriku yang kedua, perlakukan dia dengan baik, jangan memarahinya dan aku berharap kalian bisa akur."Jantung Lina tiba-tiba berhenti mendengar ucapan suaminya memperkenalkan seorang wanita yang berdiri tepat di sampingnya. Wanita itu sedang menempel manja pada tubuh suaminya dengan senyum penuh kemenangan menatap kedua matanya.Jeder!Suara petir terdengar sangat keras, membuat Lina yang tertidur pulas terperanjat kaget dan terbangun dengan keringat dingin mengucur di wajahnya, dia bermimpi, mimpi yang terasa nyata.Sambil mengelap keringat dengan telapak tangannya, dia terdiam membeku beberapa saat memikirkan mimpinya dan bertanya-tanya makna dari mimpinya, bukan tanpa alasan, karena mimpinya selalu menjadi kenyataan. Memikirkan itu tubuhnya tiba-tiba terasa lemas, kepalanya pun terasa pening."Ah, hanya bunga tidur." Lina berusaha mengabaikannya.Setelah menenangkan diri, Lina baru menyadari bahwa ruangan yang dia tempati sang
Pagi itu masih subuh, Lina sibuk di dapur dan memasak, tubuhnya terlihat lemas dan matanya membengkak, sepertinya dia tidak bisa tidur semalaman memikirkan suaminya, hingga pada akhirnya dia hanya bisa menangis sendirian semalaman.Sambil memasak dia melamun, memikirkan apa yang akan dia lakukan jika suaminya benar selingkuh, apakah dia bisa memaafkannya? Tapi dia masih sangat mencintai suaminya.Tiba-tiba suara ketukan keras terdengar, Lina yang melamun segera berlari ke arah suara itu berasal.Itu pasti mas Zaky? pikirnya, ada kelegaan terlihat dari wajahnya. Dia mempercepat jalannya lalu dengan semangat dia menarik kunci dan membuka pintu."Mas Zaky sudah pu —"Belum selesai dia mengucapkannya, bibirnya segera terhenti setelah dia menemukan seorang wanita bergelayutan di lengan suaminya dengan senyum manja.Lina terdiam menatap kosong pada wanita itu, Dia mengingat mimpinya kemarin dan foto yang dikirim temannya padanya, seorang wan
“Aku tidak mau dimadu mas.”Setelah mengatakan itu, Lina bergegas mengepak pakaiannya dan juga pakaian Fahmi anaknya ke dalam koper.Tumpukan pakaian yang terlipat rapi dia keluarkan dari lemari kayu jati 3 pintu, sesudah dia mengambil koper di atas lemari itu."Apa yang kamu lakukan? Kau mau pergi ke mana?"Zaky yang awalnya hanya menatapnya dengan tatapan bingung segera bergegas menghentikan Lina, dia mengeluarkan pakaian yang Lina masukkan ke dalam koper lalu menyingkirkan koper itu sebelum Lina bisa memberontak."Sudah kubilang aku tidak mau dimadu, jadi jangan hentikan aku, aku bisa hidup sendiri tanpa mas.""Maafkan aku Lin, tapi mas tetap harus menikahi Nanda."Air mata Lina bercucuran mendengar pernyataan suaminya itu, hatinya semakin sakit dan hancur, dengan suara yang lemah Lina kembali berucap."Mas, Jika kau masih tetap mau menikahi wanita itu, ceraikan aku, aku tidak sudi harus tinggal satu atap dengann
Rumah yang biasanya sepi, kini sangat ramai, keluarga dan saudara-saudara jauh dari Zaky yang tidak pernah terlihat, kini sedang bercengkerama di ruang tamu, para tetangga yang biasanya hanya bertegur sapa di jalan juga ikut berkumpul di ruang tamu.Sementara si pemilik rumah, Zaky masih di dalam kamar, mengamati sosok wanita yang sedang dirias di sampingnya.Jas berwarna hitam, dengan kemeja warna putih di dalamnya dan celana kain warna hitam, terbalut rapi ditubuh Zaky yang jakun, rambutnya bergelombang tertutup dengan peci warna hitam, wajahnya tampak gugup dengan bercucuran keringat, meski begitu ketampanannya masih bersinar.Setelah mendapatkan izin dari kakaknya dan istrinya untuk bisa menikahi Nanda, tanpa menunggu lama Zaky segera menggelar acara pernikahannya.Sebuah pernikahan sederhana dengan hanya mengundang keluarga dan para tetangga, tanpa pesta yang besar, layaknya pernikahannya sebelumnya dengan Lina. Pernikahannya juga hanya pernikahan si
"Tidak bisa kah kamu ke rumah mbak Hesti saja?" ucap Zaky membangunkan Lina yang tertidur pulas.Tidak lama setelah acara selesai dan tamu undangan pergi dan hanya menyisakan beberapa keluarga Zaky, Lina memasuki kamarnya sambil membawa Fahmi yang tertidur kelelahan seharian bermain dengan anak-anak tetangga sebayanya.Lina menangis di kamar sendirian, air mata yang ia tahan tidak lagi terbendung, ia menangis sampai ketiduran.Masih setengah sadar, Zaky mengulanginya. "Pergilah ke rumah mbak Hesti.""Kenapa mas?"Wajah bingung Lina tergambar jelas di wajahnya, dia tidak mengerti maksud suaminya yang tiba-tiba membangunkannya yang baru saja tertidur dan menyuruhnya ke rumah kakaknya."Malam ini malam pertamaku dengan Nanda jadi ..."Fahmi terdiam, dia ragu-ragu hingga membuatnya tidak melanjutkan perkataannya, matanya melihat sekeliling menghindari tatapan Lina yang mengerti maksudnya."Mas, itu bukan malam pertamamu lagi, apa m
Suara azan subuh membangunkan Lina, seperti biasa dia akan terbangun di jam-jam seperti itu, entah lebih cepat atau lambat sesekali, dia membuka matanya dan menatap putranya yang masih terlelap dalam pelukannya."Ugh ..."Suara rintihan keluar dari mulutnya tidak lama setelah dia menggerakkan tubuhnya untuk bangun.Wajahnya tampak kelelahan, sepertinya hasil dari kemarin dia sibuk ke sana ke mari menyiapkan acara suaminya. Meski begitu dia tidak kembali membaringkan tubuhnya.Lina beranjak dari kasur dan melakukan rutinitas seperti biasanya. Dia menunaikan Shalat subuh, setelah itu dia lalu berjalan ke dapur untuk memasak.Sambil berjalan, matanya tertuju pada pintu kamar yang letaknya tepat di sebelah dapur. Pintu bercat hijau yang masih tertutup rapat, pintu kamar yang ditempati pasangan baru, yang masih gelap dan sunyi seolah tidak ada kehidupan.Lina hanya menatapnya dan berlalu begitu saja, meski kejadian semalam masih tergambar jelas di otak Lina,