Beranda / Romansa / Haid Pertamaku / 1. Tiba Di Villa

Share

Haid Pertamaku
Haid Pertamaku
Penulis: Pena Asmara

1. Tiba Di Villa

Penulis: Pena Asmara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-22 12:36:21

Amira, gadis belasan tahun itu terlihat turun dari motor yang mengantarkannya ke tempat dingin ini. Memandangi rumah dengan bentuk lama tapi indah dan terawat dengan cahaya lampu yang terang.

Malam yang pekat tidak mengurangi keindahan rumah ini, yang mereka bilang sebagai Villa, itu yang didengar Amira. Entah untuk apa dia dibawa ke tempat ini, ternyata bukan Koh Abun yang ingin memakai jasanya, tetapi sepertinya orang yang ada di Villa ini. 

"Kamu tunggu di sini, jangan kemana-mana." 

"Baik, Bang," jawab pelan Amira.

Pria muda yang bersamanya segera masuk ke dalam vila tersebut, dan tidak beberapa lama keluar lagi bersama lelaki paruh baya yang sepertinya penunggu rumah villa ini.

"Kamu ikut Bapak ini. Setelah urusanmu selesai, tunggu saja di depan teras, nanti kujemput lagi," ucap pria muda itu mengingatkan.

Amira mengangguk, dan mulai mengikuti bapak tua itu masuk kedalam villa, dan si pria muda tersebut langsung berlalu dengan motornya.

"Duduk dulu, Neng!" ujar si bapak, setelah mereka berada di ruang tamu, dan dia langsung masuk ke ruangan dalam, kemudian langsung keluar rumah dan menutup pintu dari luar tanpa berbicara lagi kepada Amira.

Sendiri di ruang tamu yang lumayan luas, dengan map biru berada dipangkuan. Amira resah, gelisah ... apa yang akan terjadi dengan nasib dia selanjutnya. Apakah hanya akan berubah pemangsa saja? Terlepas sementara dari mulut Singa dan Srigala malah menjadi santapan Buaya. Amira hanya bisa berpasrah kepada pelindung takdir hidup.

Amira percaya, jika Sang Pelindung itu ada. Yang mengatur dan merencanakan hidup kedepannya. Tidak terlihat tetapi Dia yang mengatur semua.

kadang-kadang, mungkin karena keceplosan ataupun lelah dengan hidup yang dijalaninya. Tante banci pun suka bercerita tentang Tuhan, walaupun saat menyadarinya dia tidak mau lagi membahas tentang itu, tetapi dia selalu menggambarkan tentang sosok Tuhan yang dia ceritakan kepada Amira dan penghuni lainnya.

"Kamu siapa?" 

suara berat bertanya kepada Amira. Sedikit mengagetkan buatnya di tengah-tengah lamunan tadi. Cepat Amira menoleh dan menatap mata pemilik suara berat tersebut. Seorang pria paruh baya bertubuh tegap dan entahlah, ada kesan kewibawaan dalam dirinya. Menatap Amira dalam dengan wajah bersihnya yang memancarkan cahaya ketenangan dan pesona yang terpancar. 

Ada rasa nyaman merambat dalam diri Amira. Semoga apa yang terlihat dan terasa adalah bukan tipuan belaka. Harap hati gadis muda itu. 

"Sa--saya, Amira, Tuan," jawab Amira sedikit terbata.

"Ada urusan apa kamu menemui saya?" selidiknya, sembari tetap melihat Amira dalam, dan gadis muda itu tertunduk, tidak mampu lagi melihat tatap mata pria gagah tersebut.

"Sa-saya, tidak tahu, Tuan," jawab Amira, pandangannya tetap menunduk dalam.

"Ko bisa, kamu sendiri tidak tahu lalu tiba-tiba ada di tempat penginapan saya?" Pertanyaannya masih tentang keberadaan Amira di villa miliknya. 

"Saya hanya disuruh, Tuan. Tanpa saya tahu apa tujuannya."

Pria itu mendekati, dan duduk pas di bangku mebel depan Amira yang hanya terhalang oleh sebuah meja kayu berwarna coklat tua.

"Yang Kamu bawa itu apa?" tanyanya kembali.

"Entahlah Tuan, saya benar-benar tidak tahu."

"Coba Kamu berikan pada saya," ucapnya sambil menyodorkan tangannya ke arah Amira, meminta map biru yang sedari tadi ada di pangkuannya.

Amira memberikan map berisi dokumen tersebut, sembari memberanikan diri menatap ke arah lawan bicaranya.

Dibuka-bukanya map itu sebentar  oleh pria tersebut, dan pria paruh baya itu lantas berkata, "Hmm ... benar ternyata." 

Diletakkan map yang dibawa Amira tersebut di atas meja. Sesaat pria itu terdiam, sembari matanya tetap memperhatikan Amira dalam.

"Siapa Kamu sebenarnya? Apakah kamu semacam kado atau upeti yang diberikan untuk saya?" Terus saja mencecar Amira dengan banyak pertanyaan.

"Upeti itu apa, Tuan?" tanya Amira, karena memang tidak tahu maknanya.

"Sudahlah, jika kamu tidak tahu, tidak apa-apa." Dia seperti malas untuk menjelaskan. 

Pria paruh baya itu lalu berdiri dan masuk ke ruangan dalam, tidak beberapa lama Ia keluar lagi dengan membawa dua gelas minuman.

"Minum dulu teh manis hangat ini, badanmu menggigil kedinginan," ujarnya sambil terus menatap tajam.

"Terima kasih, Tuan." Segera Amira mengambil gelas itu dan meminumnya perlahan. Pria dewasa ini memang benar, tubuh Amira menggigil kedinginan.

"Berapa usiamu?" tanyanya lagi. 

"Jalan 14 tahun, Tuan."

"Kamu tahu, kenapa kamu disuruh menemui saya di sini, dan untuk apa?"

Amira terdiam, kembali menunduk, walaupun dia tahu tujuannya menemui pria ini, tetapi gadis itu tidak punya keberanian untuk menjelaskan.

"Kamu tahu, jika tubuhmu sengaja di serahkan untuk saya?" Ada penekanan pada ucapannya. Amira tetap tertunduk diam.

"Kamu suka rela menyerahkannya?"

Amira berusaha mengendalikan debar di dada, menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri memulai bicara.

"Itu bukan inginku, Tuan," jawab Amira, sesaat memberanikan diri melihat ke arah pria tersebut.

"Sedari kecil, aku tidak punya hak untuk menentukan hidupku sendiri. Semua sudah ditentukan oleh orang yang mengasuhku."

"Maksudnya?" tanyanya lagi, sambil meminum tehnya, tetapi tatap matanya tidak lepas ke arah Amira.

"Dari bayi, aku dan beberapa kawan yang lain, sengaja diasuh hanya untuk dijual keperawanannya, Tuan," jawab Amira terus terang. Air mata mulai mengembang di netranya.

Pria paruh baya yang tampan itu terlihat kaget mendengar penjelasan Amira, menarik napas panjang, dan mulai menyandarkan tubuhnya di kursi empuk.

"Siapa, namamu?" tanyanya, terus menatap lekat.

"Amira, Tuan, nama saya Amira."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Nana
cerita bagus
goodnovel comment avatar
Nana
suka banget ceritanya
goodnovel comment avatar
Mila Daffa
seru ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Haid Pertamaku   Part 86 Dijebak

    Part 65Diaz ada juga terpikirkan, jangan-jangan, dirinya hanya dimanfaatkan oleh Mella, lebih karena sakit hati karena Darmawan akan menikah dengan Hanum, bukan karena kematian sang mami? Namun tidak mungkin baginya berbicara seperti itu, karena hanya bersifat dugaan dirinya saja. "Kenapa tidak dibicarakan sekarang saja, Mbak? Kenapa harus menunggu nanti malam?" tanya Diaz, mempertanyakan. "Nanti malam, waktunya lebih panjang dan bebas, Sayang. Nanti, Mbak siapkan semuanya. Atau kamu mau kita pergi sekarang saja ke apartemen, Mbak?" ajak Susan, kembali bersikap genit dan menggoda. Mengusap-usap lembut punggung tangan Diaz. Selain Darmawan, tidak ada laki-laki yang mampu menolak pesonanya, dan itu yang sekarang dia akan coba untuk menaklukkan Diaz. "Disiapkan semua? Maksudnya, Mbak?""Semua kebutuhanmu, Sayang, semuanya. Mau, 'kan?" Senyumnya menggoda, matanya mengerling genit, dan Diaz sudah cukup dewasa untuk dapat memahaminya. "Beneran ini, Mbak? Enak dong, saya," goda Diaz sud

  • Haid Pertamaku   85 Surat Perjanjian

    Part 64"Bagaimana Diaz, kamu sekarang percaya 'kan sama, Mbak?" Sambil tangan Mella menggenggam tangan milik Diaz di atas meja tepat di samping handphone milik pemuda tersebut. Telapak tangan Mella yang putih bersih mengusap-usap lembut, dan Diaz membiarkan saja. Pemuda yang memiliki paras tampan ini belum menjawab, terlihat dia masih sedang berpikir dengan semua ucapan dan bukti yang diberikan oleh Mella. "Sekarang begini deh, Diaz. Saat kematian mamihmu, adakah Darmawan datang ke rumah keluarga besarmu untuk mengucapkan ucapan duka cita? Atau ikut hadir di saat pelaksanaan pemakaman? Bahkan, hingga sampai acara tahlilan sampai tujuh hari pun Darmawan tidak nongol batang hidungnya. Benar 'kan, Diaz?"Diaz mengangguk, semua yang dikatakan oleh Mella memang benar adanya. Darmawan tidak datang di acara pemakaman maminya, begitupun di acara tahlilan. Atau karena Darmawan tidak tahu harus menghubungi siapa, karena memang handphone Diaz sendiri hilang beserta SIM card miliknya.Akan tet

  • Haid Pertamaku   Part 84 Alat untuk Membalas Dendam

    Part 63"Darmawan, Diaz. Pelakunya adalah Darmawan."Sesaat Diaz terdiam, lalu tertawa keras terbahak. Diaz menertawakan ucapan dari Mella, yang sudah menuduh Darmawan adalah pelaku utama atas terjadinya peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa Tante Sonya. Belum sampai satu bulan kemarin. "Sudahlah, Mbak, saya mau pulang saja. Saya kira Mbak mau ngomong apa?" ucap Diaz yang mulai segan dan segera ingin mengakhiri acara pertemuan ini. Pemuda berusia 23 tahun ini sudah akan bersiap-siap ingin pergi dari coffee shop tersebut. "Mbak tau kamu pasti akan bicara seperti ini. Tidak akan percaya dengan apa yang sudah mbak sampaikan. Tapi mbak punya bukti beserta alasannya kenapa Darmawan ingin melakukan itu," ucap Mella mencoba untuk terus meyakinkan Diaz agar mendengarkan dirinya berbicara terlebih dahulu. Perempuan yang hatinya sudah dipenuhi dengan rasa sakit hati dan dendam ini, karena menganggap Darmawan sebagai penyebab kematian almarhum ayahnya, menolak dirinya ketika diminta untuk

  • Haid Pertamaku   Part 83 Season 2 . Siapa Pelakunya

    HAID PERTAMAKU SEASON 2Acara ijab Qobul antara Yusnanto dan Asmah baru saja selesai dilaksanakan. Isak tangis mewarnai acara pernikahan mereka. Asmah tidak ikut mendampingi Yusnanto saat acara ijab berlangsung, dia hanya menunggu di kamar dengan riasan riasan yang cantik. Asmah memang terlihat sangat cantik sekali. Asmah sempat menangis sebelumnya, saat dia menyadari jika tidak ada satu pun keluarganya di acara pernikahan ini. Tidak ada kerabat, juga kedua orang tuanya, ibu dan bapaknya. Sama halnya seperti Amira sebelumnya, yang tidak mengetahui siapa kedua orangtuanya. Asmah, hingga acara ijab qobul-nya selesai, belum juga bisa menemukan siapa dan ada di mana keluarganya sekarang. Menurut keterangan Yusnanto sendiri, yang mulai hari ini sudah resmi menjadi suami Asmah, jika saat bayi pun istrinya itu sama seperti dengan Amira, ada orang yang datang ke Mami Merry untuk menjual anak, dan Yusnanto yang mengurus dan merawat mereka semua saat itu. Yusnanto pun bercerita, jika balita

  • Haid Pertamaku   Part 82. Bahagia Hingga Akhir

    "Tante Sonya meninggal karena kecelakaan, Mas, empat hari yang lalu."Innalilahi," ucap Darmawan, terkejut. Padahal dia sudah melarang Tante Sonya untuk keluar rumah."Yang mengurus jenazahnya siapa, Mbak?""Adik-adiknya dan keluarga besarnya, Mas?""Semoga Tante Sonya wafat dalam keadaan sudah bertobat," ucap Darmawan."Aammin ya Allah," ucap doa Hanum.Tidak beberapa lama, Amira langsung masuk ke dalam ruang perawatan, dan terlihat sangat senang, saat menyaksikan Hanum sedang menyuapi ayahnya."Maaf Yah, Amira baru dari minimarket, untung ada Kak Hanum yang menyuapi Ayah." Hanum hanya tersenyum, melihat kedatangan Amira."Habis beli apa, Ra?" tanya Darmawan."Biasa Yah, buat keperluan perempuan," jawab Amira polos saja, dan Darmawan mengerti apa maksudnya. Tidak beberapa lama, Amira teringat suatu hal penting yang gagal dia bicarakan dengan sang ayah, saat peristiwa musibah kemarin."Saat Ayah jatuh ke dalam jurang, sebenarnya Amira menelpon Ayah untuk memberitahukan kabar gembira."

  • Haid Pertamaku   Part 81. Bangun Dari Koma

    Menurut informasi dari pihak dokter yang merawat Darmawan dan Yusnanto, kondisi kesehatan mereka mulai stabil, hanya tinggal menunggu proses kesadaran mereka berdua saja.Bik Sumi, sore ini di rumah sakit mendapatkan kabar dari Laela, pembantu baru di rumah Darmawan, anak dari Pak Edi, orang yang sudah membantu mengurus makam almarhumah Khalila yang memberitahukan kepadanya tentang kabar kecelakaan dan kematian yang menimpa Tante Sonya. Sekaligus juga memberitahukan jika jenasah Tante Sonya sepenuhnya akan diurus oleh pihak keluarganya.Dimas sudah kembali balik ke Jakarta sore ini juga, untuk mengurus beberapa pekerjaannya yang belum terselesaikan, tetapi dia berjanji akan segera kembali secepatnya jika urusannya di kantor dan di pengadilan sudah terselesaikan.Ruang perawatan Darmawan dan Yusnanto yang berada di kelas terbaik memang memberikan pelayanan dan fasilitas yang baik terhadap pasien dan keluarganya. Dengan ruang perawatan yang cukup luas, karena disediakan juga ruang tungg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status