Home / Romansa / Haid Pertamaku / 7. Mengapa Hidup Begitu Jahat

Share

7. Mengapa Hidup Begitu Jahat

Author: Pena Asmara
last update Last Updated: 2022-06-22 16:17:15

Amira mengerjap, tersentak dirinya dari lamunan ke masa sebelum bertemu dengan Tuan Darmawan. Kembali dia membasuh wajahnya dengan air dingin yang segar, mengelapnya dengan handuk, memandang kembali paras wajahnya pada cermin. 

Terlihat tampilan wajahnya. Cantik memang, bukan bermaksud memuji diri sendiri, tapi bagi Amira, memakai perias wajah belumlah saatnya. 

Kehidupan Amira sudah dikelilingi manusia-manusia yang memakai topeng

berpura-pura bahagia. Tersenyum manja, bercanda, dan tertawa, lalu menggoda setiap pria yang bahkan belum pernah dilihat dan dikenal sama sekali.

Yah...." Amira benar-benar tahu, jika mereka semua bertopeng kecantikan luar hanya untuk menutupi derita dan kesedihan terdalam.

Tidak terlihat memang, tetapi luka hati rasa sakitnya sulit untuk bisa tersembuhkan.

Amira sering melihat kawan-kawannya senasib menangis.

Bersedih karena terlahir tanpa pernah mengenal sosok orang tua.

Merindukan mereka yang tidak pernah dilihat. Terkadang berkhayal. Seperti apa kelembutan dan kehangatan belaian seorang ibu.

Pelukan perlindungan dan kasih sayang seorang ayah.

Mereka hanya ingin bisa merasakan, sekali saja di dalam kehidupan rasa pernah dicintai, oleh mereka yang membuat mereka ada di dunia ini. Tetapi sepertinya tidaklah mungkin.

Mengapa hidup begitu jahat terhadap kami? Sebuah pertanyaan yang paling sering terlontarkan oleh Asmah dan kawan-kawan senasib yang lain. Terpaksa mengorbankan kehormatan dan harga diri terkoyak, hanya agar terus bisa bernafas. Takdir tidak memberikan pilihan lain terhadap mereka semua.

"Semoga saja, takdir membuka peluang kehidupanku di jalan yang lain, apa saja, asal bukan sebagai pelaku prostitusi," harap Amira, sesaat kembali tersadar dari lamunan. 

Mengerjap sesaat, dan kembali membasuh wajah. Air pegunungan ini seperti candu, kesegaranya membuat Amira betah bermain air yang dingin dan jernih. 

'Aku suka wajahku seperti ini,' ungkapan bathin Amira. Sembari mematut-matut dirinya di depan cermin.

"Apa benar aku cerdas?" terngiang pujian  Darmawan barusan. Sejauh ini, dia bersikap baik, dan memperlakukan aku dengan sopan. Berharap perkiraan naluriku tidaklah salah terhadapnya.

Tok--tok--tok ... "Mira? Amira! Buka pintunya sebentar." Suara ketukan pintu dan panggilan dari Darmawan mengagetkan Amira, membuatnya sedikit ketakutan.

"I--iya, Om! Sebentar!" jawab Amira, perlahan mulai mendekati. Rasa takut semakin menyergap. Berhenti, tertegun di balik pintu kamar mandi.

"Ada perlu apa, Om?" tanya Amira dari sisi pintu dalam, memastikan.

"Buka saja, sebentar." Kembali Darmawan mengetuk- ngetuk pintu. Walaupun terdengar lebih pelan.

"Kamu tidak apa-apa, Amira?"  tanyanya kembali. suara Darmawan terdengar seperti khawatir, ingin memastikan kedaan Amira.

"Saya baik-baik saja,Om." Jemari menggenggam pegangan pintu, gemetaran tubuh Amira terasa.

"Buka, sebentar!" serunya lagi.

"Klek." 

Amira membuka pintu perlahan. Tidak berani menatap wajah Darmawan, tertunduk dalam. Badannya terasa gemetaran. Amira sudah pasrah dengan apapun yang akan terjadi. Hanya bisa lakukan itu, menyerah pada keadaan.

Darmawan menyodorkan pada Amira, pakaian tebal yang terlipat rapih.

"Ganti pakaianmu, bisa sakit jika masih memakai pakaian seperti itu," ucapnya. "Ambillah!" sedikit menekan, dengan menyodorkan pakaian tersebut.

Amira mengangkat wajah perlahan. Menatap wajah Darmawan sembari menerima pakaian yang di sodorkan kepadanya. Tuan CEO itu sedikit terperangah, saat melihat Amira.

"Tanpa make-up begini, wajahmu terlihat lebih cantik dan segar," pujinya pada Amira.

"Terima kasih, Om," jawab Amira, terasa panas paras wajahnya, mendapatkan pujian dari lawan jenisnya. Amira mengangguk pelan, meminta ijin untuk menutup pintu kembali.

"Kutunggu di ruang tamu." Berbalik badan meninggalkan Amira.

"Baik, Om." 

Darmawan terus saja berjalan tanpa menoleh lagi, Amira kembali menutup pintu kamar mandi dan mulai berganti baju.

Darmawan masih duduk di kursi semula, saat Amira kembali ke ruang tamu dengan pakaian serupa sweater yang tadi diberikan olehnya. 

Tubuhnya bersender santai pada punggung kursi dan tangan menempel pada gagangnya. Disilangkan kakinya di atas kaki yang lain sembari mengisap rokoknya perlahan. Terlihat gagah sekali, pembawaannya tenang. 

Pria paruh baya dengan paras wajah masih terlihat tampan rupawan. Menoleh sesaat setelah Amira melewatinya, dan duduk kembali di bangku tepat di hadapannya.

Terlihat dalam tatapan matanya, membuat Amira menjadi grogi dan gelisah. Memainkan jari jemari adalah jalan keluar Amira mencoba menetralisir kegugupan. 

Darmawan  terdiam, masih menikmati rokoknya. Terus saja memperhatikan Amira, seperti sedang menaksir-naksir harga sebuah barang yang terpajang. Sesaat tersadar Amira, lelaki dewasa yang tahu tentang keberadaannya sebagai kupu-kupu di sini pasti menganggap seperti itu.

Hanyalah barang pajangan di sebuah etalase toko.

Darmawan kembali mengambil map di atas meja, dan mulai terlihat serius memperhatikan lembar demi lembar halaman. Sesekali terlihat mengangguk terkedang menggeleng, entah apa maksudnya, lalu kembali meletakkan map tersebut.

"Itu map apa, Om?" memberanikan diri Amira bertanya kepadanya. Menoleh sesaat, senyum tipis menghiasi wajahnya.

"Proposal pengajuan kerja sama." Jawabnya, lalu mengambil cangkir teh dan meminumnya perlahan.

"Proposal itu apa, Om?" tanya Amira lagi. Tertawa dia dengan lesung pipi terlihat di sebelah kanannya.

"Kapan-kapan saja nanti jawabannya." Semakin tergelak ia.

"Mereka bilang apa, saat menyuruhmu menemui aku?" terdiam Amira, berpikir sesaat untuk mengingat-ingat.

"Memberikan servis dan pelayanan yang baik, dan jangan mengecewakan, Om," jawab Amira apa adanya, tanpa maksud apapun juga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Om tolongin Amira
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Haid Pertamaku   Part 86 Dijebak

    Part 65Diaz ada juga terpikirkan, jangan-jangan, dirinya hanya dimanfaatkan oleh Mella, lebih karena sakit hati karena Darmawan akan menikah dengan Hanum, bukan karena kematian sang mami? Namun tidak mungkin baginya berbicara seperti itu, karena hanya bersifat dugaan dirinya saja. "Kenapa tidak dibicarakan sekarang saja, Mbak? Kenapa harus menunggu nanti malam?" tanya Diaz, mempertanyakan. "Nanti malam, waktunya lebih panjang dan bebas, Sayang. Nanti, Mbak siapkan semuanya. Atau kamu mau kita pergi sekarang saja ke apartemen, Mbak?" ajak Susan, kembali bersikap genit dan menggoda. Mengusap-usap lembut punggung tangan Diaz. Selain Darmawan, tidak ada laki-laki yang mampu menolak pesonanya, dan itu yang sekarang dia akan coba untuk menaklukkan Diaz. "Disiapkan semua? Maksudnya, Mbak?""Semua kebutuhanmu, Sayang, semuanya. Mau, 'kan?" Senyumnya menggoda, matanya mengerling genit, dan Diaz sudah cukup dewasa untuk dapat memahaminya. "Beneran ini, Mbak? Enak dong, saya," goda Diaz sud

  • Haid Pertamaku   85 Surat Perjanjian

    Part 64"Bagaimana Diaz, kamu sekarang percaya 'kan sama, Mbak?" Sambil tangan Mella menggenggam tangan milik Diaz di atas meja tepat di samping handphone milik pemuda tersebut. Telapak tangan Mella yang putih bersih mengusap-usap lembut, dan Diaz membiarkan saja. Pemuda yang memiliki paras tampan ini belum menjawab, terlihat dia masih sedang berpikir dengan semua ucapan dan bukti yang diberikan oleh Mella. "Sekarang begini deh, Diaz. Saat kematian mamihmu, adakah Darmawan datang ke rumah keluarga besarmu untuk mengucapkan ucapan duka cita? Atau ikut hadir di saat pelaksanaan pemakaman? Bahkan, hingga sampai acara tahlilan sampai tujuh hari pun Darmawan tidak nongol batang hidungnya. Benar 'kan, Diaz?"Diaz mengangguk, semua yang dikatakan oleh Mella memang benar adanya. Darmawan tidak datang di acara pemakaman maminya, begitupun di acara tahlilan. Atau karena Darmawan tidak tahu harus menghubungi siapa, karena memang handphone Diaz sendiri hilang beserta SIM card miliknya.Akan tet

  • Haid Pertamaku   Part 84 Alat untuk Membalas Dendam

    Part 63"Darmawan, Diaz. Pelakunya adalah Darmawan."Sesaat Diaz terdiam, lalu tertawa keras terbahak. Diaz menertawakan ucapan dari Mella, yang sudah menuduh Darmawan adalah pelaku utama atas terjadinya peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa Tante Sonya. Belum sampai satu bulan kemarin. "Sudahlah, Mbak, saya mau pulang saja. Saya kira Mbak mau ngomong apa?" ucap Diaz yang mulai segan dan segera ingin mengakhiri acara pertemuan ini. Pemuda berusia 23 tahun ini sudah akan bersiap-siap ingin pergi dari coffee shop tersebut. "Mbak tau kamu pasti akan bicara seperti ini. Tidak akan percaya dengan apa yang sudah mbak sampaikan. Tapi mbak punya bukti beserta alasannya kenapa Darmawan ingin melakukan itu," ucap Mella mencoba untuk terus meyakinkan Diaz agar mendengarkan dirinya berbicara terlebih dahulu. Perempuan yang hatinya sudah dipenuhi dengan rasa sakit hati dan dendam ini, karena menganggap Darmawan sebagai penyebab kematian almarhum ayahnya, menolak dirinya ketika diminta untuk

  • Haid Pertamaku   Part 83 Season 2 . Siapa Pelakunya

    HAID PERTAMAKU SEASON 2Acara ijab Qobul antara Yusnanto dan Asmah baru saja selesai dilaksanakan. Isak tangis mewarnai acara pernikahan mereka. Asmah tidak ikut mendampingi Yusnanto saat acara ijab berlangsung, dia hanya menunggu di kamar dengan riasan riasan yang cantik. Asmah memang terlihat sangat cantik sekali. Asmah sempat menangis sebelumnya, saat dia menyadari jika tidak ada satu pun keluarganya di acara pernikahan ini. Tidak ada kerabat, juga kedua orang tuanya, ibu dan bapaknya. Sama halnya seperti Amira sebelumnya, yang tidak mengetahui siapa kedua orangtuanya. Asmah, hingga acara ijab qobul-nya selesai, belum juga bisa menemukan siapa dan ada di mana keluarganya sekarang. Menurut keterangan Yusnanto sendiri, yang mulai hari ini sudah resmi menjadi suami Asmah, jika saat bayi pun istrinya itu sama seperti dengan Amira, ada orang yang datang ke Mami Merry untuk menjual anak, dan Yusnanto yang mengurus dan merawat mereka semua saat itu. Yusnanto pun bercerita, jika balita

  • Haid Pertamaku   Part 82. Bahagia Hingga Akhir

    "Tante Sonya meninggal karena kecelakaan, Mas, empat hari yang lalu."Innalilahi," ucap Darmawan, terkejut. Padahal dia sudah melarang Tante Sonya untuk keluar rumah."Yang mengurus jenazahnya siapa, Mbak?""Adik-adiknya dan keluarga besarnya, Mas?""Semoga Tante Sonya wafat dalam keadaan sudah bertobat," ucap Darmawan."Aammin ya Allah," ucap doa Hanum.Tidak beberapa lama, Amira langsung masuk ke dalam ruang perawatan, dan terlihat sangat senang, saat menyaksikan Hanum sedang menyuapi ayahnya."Maaf Yah, Amira baru dari minimarket, untung ada Kak Hanum yang menyuapi Ayah." Hanum hanya tersenyum, melihat kedatangan Amira."Habis beli apa, Ra?" tanya Darmawan."Biasa Yah, buat keperluan perempuan," jawab Amira polos saja, dan Darmawan mengerti apa maksudnya. Tidak beberapa lama, Amira teringat suatu hal penting yang gagal dia bicarakan dengan sang ayah, saat peristiwa musibah kemarin."Saat Ayah jatuh ke dalam jurang, sebenarnya Amira menelpon Ayah untuk memberitahukan kabar gembira."

  • Haid Pertamaku   Part 81. Bangun Dari Koma

    Menurut informasi dari pihak dokter yang merawat Darmawan dan Yusnanto, kondisi kesehatan mereka mulai stabil, hanya tinggal menunggu proses kesadaran mereka berdua saja.Bik Sumi, sore ini di rumah sakit mendapatkan kabar dari Laela, pembantu baru di rumah Darmawan, anak dari Pak Edi, orang yang sudah membantu mengurus makam almarhumah Khalila yang memberitahukan kepadanya tentang kabar kecelakaan dan kematian yang menimpa Tante Sonya. Sekaligus juga memberitahukan jika jenasah Tante Sonya sepenuhnya akan diurus oleh pihak keluarganya.Dimas sudah kembali balik ke Jakarta sore ini juga, untuk mengurus beberapa pekerjaannya yang belum terselesaikan, tetapi dia berjanji akan segera kembali secepatnya jika urusannya di kantor dan di pengadilan sudah terselesaikan.Ruang perawatan Darmawan dan Yusnanto yang berada di kelas terbaik memang memberikan pelayanan dan fasilitas yang baik terhadap pasien dan keluarganya. Dengan ruang perawatan yang cukup luas, karena disediakan juga ruang tungg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status