Share

Chapt 5

Author: Mizu Chan
last update Huling Na-update: 2023-12-08 08:06:46

Didalam Sebuah Rumah berlantai dua bergaya modern dengan cat berwarna putih dipadukan coklat serta cream menambah kesan mewah meski tidak masuk kategori rumah mewah pada umumnya. Seorang wanita paruh baya tampak cemas ketika sang Suami dan Putri Bungsunya belum juga pulang kerumah, padahal waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Tidak seperti biasanya mereka pulang terlambat dan tidak memberikan kabar sama sekali, bahkan ponsel milik sang Suami dan Putri bungsunya tidak dapat dihubungi. Lebih tepatnya tidak memberikan jawaban pada panggilannya.

Saat ini wanita paruh baya tersebut tengah berada di Rumah hanya bersama dua Asisten Rumah Tangga dan Sopir merangkap tukang kebun di Rumah tersebut. Sedangkan Mafaza beserta Suami dan Anak semata wayangnya berada di Cabang Restaurant yang belum lama mereka dirikan.

Ponsel berdering nyaring, tertulis nama "ERAN" pada layar ponsel tersebut. Sedikit kecewa rasanya ketika membaca nama Putra sulungnya, bukan Eran yang ia harapkan untuk menghubunginya. Tapi Sang suami dan Putri bungsunya, karena ia merasa ada perasaan gelisah pada hatinya.

[Farida : Assalamu'alaikum Mas.]

[Eran : Wa'alaikum salam, Bunda dimana?

[Farida : Di Rumah Mas, kamu mau mampir kerumah sama Istri dan Anak kamu?]

[Eran : Rencananya gitu Bun, tapi --] Sang Putra sulung ragu melanjutkan perkataannya.

[Farida : Ada apa Mas?]

[Eran : Ada sedikit kecelakaan di Lapangan Tenis tadi Bun.]

[Farida : Apa maksudnya Mas? Siapa yang kecelakaan? Jangan buat Bunda khawatir karena Ayah dan Zaya belum pulang dan gak bisa dihubungi.]

[Eran : Zaya Bun, dia jatoh waktu main Tenis. Sekarang ada di Rumah Sakit, kakinya bengkak karena terkilir.]

[Farida : Astaghfirullah Hal'adzim, di Rumah Sakit mana? Bunda kesana sekarang.]

[Eran : Rumah Sakit Bakti Wiyata, sekarang masih dilakukan tindakan. Bilang Pak Kamim buat gak ngebut ya Bun, Hhhh.. percuma bilang gitu pasti Bunda minta Pak Kamim buat ngebut.]

[Farida : Iya Mas, Bunda langsung kesana sekarang. Assalamu'alaikum.]

[Eran : Wa'alaikum salam.]

"Pak Kamim.. Pak... Pak Kamim..Antar saya ke Rumah Sakit Bakti Wiyata, sekarang gak pake lama."

"Mau jenguk siapa Bu?"

"Zaya dibawa ke Rumah Sakit itu. Ayo cepat."

"O njih Bu njih, saya ambil kunci mobil dulu."

***

Didalam Rumah Sakit, Mazaya masih melakukan tindakan di Unit Gawat Darurat dengan ditemani Daffa. Hanya Daffa yang diperbolehkan masuk, karena ia salah satu Dokter di Rumah Sakit tersebut. Sengaja ia membawa Mazaya kesini, selain dekat dengan tempat kejadian. Alasan lainnya agar ia dengan mudah memantau kondisi Mazaya saat ini, dosa memang ketika ia menemani Istri seseorang seperti ini. Namun sedari tadi ia tidak melihat sang suami wanita itu datang kesini. Hanya ada Burhan, Zafir, dan satu lagi seorang pria berwajah mirip dengan Mazaya. Kemungkinan pria itu adalah Kakak kandungnya.

"Dengan Ibu --" Seorang Dokter wanita tidak melanjutkan perkataannya karena ia tidak mengetahui nama pasien tersebut.

"Emm saya Eli, ya panggil saya dengan nama Eli." Kata wanita itu sembari melirik kearah Daffa.

"Ah baik Bu Eli, untung saja Dokter Daffa sudah lebih dahulu melakukan pertolongan pertama. Jadi anda tidak perlu khawatir dengan kesembuhan kaki Ibu, tidak membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Asal Ibu dengan rutin minum obat yang saya resepkan dan jangan pernah diurut ya Bu." Saran Dokter tersebut.

"Baik, Terima kasih Dok."

"Udah selesai?" Tanya Daffa pada Dokter wanita itu.

"Sudah Dok, bisa bayar administrasi dan tebus obat terlebih dahulu baru bisa pulang."

"Baik Terima kasih Dokter Melia." Daffa menganggukkan kepala dan Dokter itu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Bu Eli, saya urus administrasi dan tebus obat dulu."

"Pak Ustad, jangan. Biar Ayah saja yang bayar administrasinya, sebentar saya hubu--" Seketika ia menepuk keningnya, Mazaya lupa jika tas miliknya tertinggal didalam mobil Daffa.

"Tas kamu ada di Mobil saya."

"Ah iya,tapi Pak Ustad bisa --"

"Nduk, gimana keadaan kamu?" Farida datang dan memeluk putri bungsunya.

"Bunda... Gak bisa nafas Bun."

"Maaf.. maaf. Masmu tadi hubungi Bunda katanya kamu jatoh."

"Iya gak apa - apa Bunda, cuma terkilir aja kok."

"Cuma kata kamu?" Farida mencolek kaki kirinya hingga membuat putri bungsunya mengaduh.

Eran, Zafir dan Burhan sudah berada di Unit Gawat Darurat saat mendapat kabar dari Dokter yang menangani bahwa Mazaya sudah bisa pulang.

"Tolong urus administrasi ya Yah, sama tebus obat biar a -- aku bisa pulang." Entah, rasanya ia tidak ingin menyebutkan nama panggilannya didepan Daffa. Meski ia tau jika suatu saat pria itu pasti akan tau siapa nama dia yang sebenarnya.

"Iya nduk. Oh iya Bun, ini teman Zafir namanya nak Daffa. Nak Daffa perkenalkan suami saya, Farida."

"Tadi pagi kami bertemu dengan Ibu Farida Pak." Kata Daffa. Farida merasa namanya terpanggil, ia menoleh kearah samping. Dan pria muda itu memang benar bertemu dengannya di Pasar Segar tadi pagi.

"Maa shaa Allah kita ketemu lagi. Maaf saya terlalu panik sampai gak ngenalin Nak Daffa. Nak Daffa ini putra sulunf Ustadzah Maryam Yah, Ustadzah yang pernah Bunda ceritakan ke Ayah."

"Maa shaa Allah, ternyata dunia memang sempit ya." Kata Burhan, sedangkan Daffa hanya tersenyum.

"Bunda, mau pulang." Rengek Mazaya.

"Iya iya ayo kita pulang. Ayah buruan ih urusin Administrasi sama tebus obatnya."

"Iya Bunda bos, sabar."

"Saya antar Om, biar Bu Eli cepat pulang."

"Bu Eli?" Semua orang kompak.

"Ayo Ayah buruan." Mazaya tidak ingin ketahuan sekarang, sehingga ia meminta sang Ayah segera menyelesaikan urusan di Rumah Sakit.

Burhan dan Daffa berjalan untuk menyelesaikan administrasi dan tebus obat sesuai perintah Dokter. Sedangkan Farida, Eran dan Zafir tengah melipat kedua tangannya didepan dada serta menatap kearah Mazaya guna meminta penjelasan.

"Iya iya dijelasin, gak usah kayak juri mastechep gitu."

"Zaya gak mau orang yang notabene nya gak kenal tau nama panggilan asli Zaya. Meskipun Eli juga masih bagian nama Zaya kan? Coba pikir - pikir lagi, Eiliyah disingkat Eli. Salahnya dimana?"

"Hhh.." ketiganya mendesah dan ingin sekali mengacak² rambut wanita muda itu.

"Awas ya Bang Zafir harus tutup mulut tentang Zaya."

"Harus ada penjelasannya dulu."

"Rumit. Kapan - kapan aja dijelasin."

"Pantes gak nikah - nikah, ceweknya aja serumit ini." Celetuk Eran dan mendapat tatapan tajam dari Adik bungsunya.

"Gini - gini juga Adekmu Mas."

"Hhh.. mau gak diakui tapi memang Adekku. Kenapa sih Bunda ngelahirin adek cewek yang serumit dia? Belum lagi kalo kembarannya bersatu, makin rumit."

"Hus, kamu ini ngawur kalo ngomong. Tapi kamu sendiri sayang kan sama adekmu."

"Ya mau gimana lagi, uda terlanjur juga punya adek modelan begini." Eran mengapit kepala Mazaya dengan keteknya hingga membuat wanita muda itu memberontak.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 77

    Note untuk semua pembacaku : Hai semuanya, maaf banget ya uda ber bulan-bulan aku g update. Nenek tercinta aku meninggal dibulan Maret 2024 tepatnya beberapa hari sebelum puasa, disitu aku bener - bener down banget. Setelahnya aku repot banget karena Ade Ipar lahiran, fokus puasa juga, lebaran kedua orang tuaku pulang ke Jawa Timur. Jadinya selama orang tuaku di Jawa Timur, waktuku bener - bener buat mereka. Setelah lebaran aku sibuk urus ini itu buat pendaftaran sekola TK anak semata wayang aku dan disibukkan lagi sama lomba kontes fotogenic anak aku (Alhamdulillah masuk 5 besar, meskipun bakal sibuk sama Grand Final se Jawa Timur dan pekerjaan utamaku yg super duper sibuk banget tp In shaa Allah aku tetep usahakan mulai update bab baru.) do'ain ya semua, semoga kalian mengerti. **** Satu Minggu kemudian Kepulangan Mazaya dan kembali nya wanita itu di Kantor tempat ia bekerja disambut hangat oleh para Direksi dan Karyawan lainnya. Bahkan tak segan untuk melakukan syukuran kare

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 76

    Daffa meletakkan ponselnya diatas nakas setelah ia memutuskan panggilan dari sang Ayah dan kembali berbaring disebelah Mazaya."Ada apa Mas?""Orang tua almarhumah datang kerumah.""Ngapain?" "Minta tolong Mas buat bantu usut kejanggalan peristiwa yang dialami Almarhumah.""Hah? Kok bisa?""Erika sepupu Almarhumah satu - satunya saksi di Tempat itu, setelah sekian lama mengalami trauma akhirnya dia bangkit dan membuka suara. Disitu lah Pak Zaenal ingin mengusut tuntas kejadian tersebut.""Hmmm.. Aku jadi ada ide."***Waktu masih menunjukkan pukul dua pagi, udara diluar sana tampak dingin meski berada dibilangan Ibu Kota. seorang pria berjalan sempoyongan bersama wanita berambut pendek, didepan pintu wanita itu menekan bel rumah dan tak lama seorang paruh baya membukakannya."Astaga Wibi." Begitu kata paruh baya itu saat mendapati Putra bungsunya dalam keadaan mabuk berat. Ia membantu memapah sang Putra dan mengalihkan pandangannya pada wanita muda didepannya."Terima kasih sudah men

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 75

    Beberapa bulan kemudianBandar Udara Internasional Soekarno - HattaHiruk pikuk suasana Bandara di Sore hari membuat area kedatangan dari Luar Negeri tampak padat. Banyak wanita muda berkerumun didekat pintu keluar dan beberapa wartawan berada disana."Nduk.. Mazaya..." Seorang wanita paruh baya memecah belah kerumunan itu saat sang Putri terlihat batang hidungnya."Bunda." Serunya sembari berlari kecil dan memeluk sang Ibu."Jangan disini, ada yang lagi nunggu idola nya dateng tapi malah elo yang keluar." Kata Mafaza sembari memeluk saudara kembarnya.Ketiga wanita beda generasi itu menyingkir dari kerumunan dan memilih untuk menepi. Daffa tampak tersenyum saat mendapati wanita yang selama ini ia rindukan disetiap harinya.Mazaya menghampiri sang Suami, Ayah serta Kakak Iparnya dengan hati membuncah. Rasa rindu tak tertahankan kini tumpah ruah tak terbendung lagi."Seharusnya cium tangan suamimu dulu baru Ayah Nduk. Karena sekarang kamu sudah memiliki suami.""Lupa kalo udah punya su

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 74

    Apartement Lee Garden"Hari ini IGD gila - gilaan ya?" Ungkap salah seorang wanita berprofesi sebagai perawat yang tengah bersama dua rekan wanita seprofesinya."Hhh bener banget, tadi juga ada Ibu Hamil yang diharuskan operasi darurat karena Kecelakaan itu.""Iya iya, untung Dokter Daffa gercep sampai Rumah Sakitnya.""Eh ngomong - ngomong, kalo bahas Dokter Daffa kenapa dia nikahnya buru - buru ya? Apa jangan - jangan si cewek itu hamil duluan?""Hus sembarangan lo kalo ngomong. Dokter Daffa di Yayasan bokapnya dijuluki Ustad.""Apa hubungannya? Siapa tau si cewek itu yang ngebet terus jebak Dokter Daffa.""Kalo gak tau apa - apa mending diem, asumsi lo jatuhnya fitnah. Mereka udah punya hubungan yang sempat kandas karena Dokter Daffa dijodohin orang tuanya. Sekarang mereka bersatu lagi setelah si cewek dan Dokter Daffa ditinggal tunangan masing - masing. Si cewek gak ada waktu kalo harus lakuin hal rendahan kayak yang

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 73

    Bandar Udara Internasional Baiyun Guangzhou - TiongkokWaktu menunjukkan pukul sebelas malam, Daffa tengah berada di Bandara Guangzhou. Setelah pagi hari mengucap Ijab Qabul dihadapan Burhan, sore hari ia berangkat ke Negeri Tirai Bambu tanpa sepengetahuan Mazaya. Ia ingin memberi kejutan untuk sang Istri di Negara itu.Tiga puluh menit ia tempuh untuk sampai di Kediaman Ranggana dan Lin Jin Gouw. Tidak ada kemacetan di Kota ini, karena pemerintah memberikan beberapa pilihan transportasi umum untuk bepergian guna menekan kemacetan di Kota tersebut. Jadi hal itu membuat Daffa memilih menggunakan Taksi agar cepat sampai ditempat Mazaya berada.Sepasang paruh baya tengah menunggunya didepan Gerbang saat ia sampai di Kediaman itu. Senyuma hangat tercetak jelas pada bibir Yunita. "Selamat atas pernikahan kalian berdua." Itu lah kata sambutan yang lolos dari Yunita."Terima kasih Bu.""Jaga Mazaya seperti kamu menjaga dirimu sendiri."

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 72

    Satu Bulan KemudianHingga lah dihari yang ditunggu - tunggu oleh Daffa dan Mazaya. Setelah kedua Keluarga menyelesaikan pemberkasan persyaratan pernikahan untuk putra putrinya, hari ini Daffa tengah berada di Ruang Keluarga Kediaman Burhan dengan dekorasi bunga segar minimalis dan Panggilan Video tergambar jelas pada proyektor. Mazaya tampak berada disuatu Rumah yang tak asing bagi Daffa, Ruang Keluarga penuh kehangatan dengan unsur China yang sangat kental. Wanita muda itu sekarang berada di Kediaman Ranggana Prasetyo dan Lin Jin Gouw - Ayah dan Ibu Yunita. Mazaya tampil cantik dan anggun dengan balutan kebaya berwarna putih dan make up tipis menghiasi wajah cantiknya. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Daffa Khafid Irsyad bin Efendi Mufid Mu'tashim dengan anak saya yang bernama Mazaya Eiliya Syakib dengan maskawinnya berupa Satu Unit Rumah, Emas Logam mulia seberat dua puluh gram, tunai." Burhan mengucapkan Ijab Kabul dengan suara bergetar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status