공유

Chapt 4

작가: Mizu Chan
last update 최신 업데이트: 2023-12-08 08:06:42

Satu pasien telah ia atasi, hanya pria itu lah yang memiliki janji konsultasi dengannya. Selebihnya tidak ada, karena setiap hari Senin, Sabtu dan Minggu ia tidak mengisi Praktek di Rumah Sakit tersebut. Waktu luangnya ia gunakan untuk membantu Yayasan milik Kedua Orang Tuanya dan mengajar Mengaji setiap sorenya serta melakukan pengecekan Manajemen saja.

Drrrrttt...

Ponsel diatas meja bergetar, ia melirik siapa yang mengirim pesan untuknya. Waktu masih menunjukkan pukul sembilan pagi, masih belum terlalu terik untuk mengiyakan ajakan si pengirim pesan tersebut. Ia melepas Jas putih kebanggaannya, kemudian meninggalkan Rumah Sakit tempat ia bekerja.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai karena jalanan cukup senggang, mungkin karena hari libur dan masih terbilang pagi. Sehingga sebagian orang memilih untuk berdiam diri dengan aktivitas mereka masing - masing didalam Rumah.

"Akhirnya datang juga Atlet kita." Seru seorang pria berusia diatasnya dan menyambut kedatangannya.

"Apa kabar?" Tanya nya pada pria itu - Zafir. Begitu sapaan akrab para sahabatnya.

"Alhamdulillah kayak yang lo liat didepan lo ini."

"Alhamdulillah.. Minta gue buat kesini emangnya ada lawan yang sepadan sama gue?" Sombongnya.

"Cih! Sombong." Balasnya sambil berdecih dan diikuti kekehan pria didepannya.

"Lo liat itu cewek? Permainannya bagus, dari kecil udah dicekoki Tenis sama Bokapnya. Dia Putri sahabat Almarhum Bokap gue."

"Hmmm.. Lumayan oke juga permainannya. Terus maksud lo gue harus lawan cewek? Sorry bukan level gue kalo harus lawan cewek."

"Sekali - kali, lo harus lawan dia. Permainannya gak jauh beda dari lo, dan yang pasti elo gak boleh ngalah. Dia bakal kecewa banget sama lawannya kalo si lawan pura - pura lemah."

"Emangnya kenapa harus gue? Enggak lo aja atau yang lain?"

"Disini gak ada lawan seimbang, tuh Bokapnya aja uda kualahan."

"Ck..ck..ck.. Gue udah kaku, lama gak main."

"Tadi nyombong, sekarang merendah." Sarkasnya.

"Neng! Kasian Ayah, Abang punya lawan sepadan buat Neng." Teriaknya pada seorang wanita yang tengah bermain dengan Pria paruh baya. Sontak Ayah dan Anak itu menghentikan permainan dan menoleh kearah suara.

Deg..

Entah perasaan apa ini, setiap kali Daffa bertemu dengan wanita itu yang ia rasakan aliran darahnya seakan berdesir. Jantungnya tiba - tiba berdetak tidak beraturan, sehingga mengharuskan ia menghitung denyut nadi dipergelangan tangannya.

"Apa ini sebuah kebetulan? Kenapa beberapa hari ini aku sering bertemu dengannya? Jika memang dia jodohku, kenapa harus Istri orang ya Allah." Batinnya menjerit.

"Heh! Ngalamun wae. Tersepona sama kecantikannya ya? Bisa kali --"

"Hus, Udah - udah. Omonganmu ngalor ngidul." Daffa mengajak Sahabatnya kearah Lapangan.

Pria paruh baya seusia sang Ayah menghampiri kedua pemuda itu dan bersalaman dengannya.

"Ini sahabat yang kamu ceritakan tadi Fir?" Kata Burhan sembari menunjuk Daffa dengan dagu.

"Iya Om. Dia lawan seimbang si Neng."

"Syukur lah kamu cepat datang, Saya sudah tidak kuat. Salah saya juga karena menerima tantangan putri bungsu saya." Katanya dengan suara ngos - ngosan dan menepuk pundak Daffa.

"Tapi saya tidak pernah melawan perempuan Pak."

"Tenang saja, Casing nya perempuan. Tapi tenaganya kayak laki - laki. Anggap saja lawanmu itu seorang pria." Kekeh Pria paruh baya itu.

"Ayah lama banget sih." Wanita itu mengayunkan kaki jenjangnya kearah sang Ayah.

"Nduk, pria muda ini bakal jadi lawan sepadanmu."

"Jadi Ayah cari Joki buat lawan aku? Cih katanya sanggup." Mazaya berdecih.

Ya, Anak dan Ayah itu adalah Burhan beserta Putri bungsunya - Mazaya. Setelah pulang dari pasar, ia bergegas mengganti pakaian dan menagih janji sang Ayah untuk melawannya bermain Tenis.

"Lagian kamu ada - ada aja Neng, masa Ayah disuruh lawan kamu."

"Ayah juga sih yang rese tadi shubuh."

"Kamu masih aja gak berubah Neng - Neng." Zafir mengusap puncak kepala wanita didepan sahabat Almarhum Ayahnya. Persahabatan sang Ayah dengan Burhan berlangsung lama, tepatnya sejak sekolah menengah atas hingga ajal menjemput Toni - Ayah Zafir.

Burhan menganggap Zafir seperti putranya sendiri, ia memperlakukan Zafir seperti Ketiga Putra Putrinya. Bahkan Eran, Mafaza dan Mazaya sudah menganggap seperti Kakak baginya.

"Gimana? Masih mau main gak? Lawannya sepadan nih."

"Hmm.. Boleh deh. Tapi jangan pura - pura lemah dan ngalah ya." Peringatnya.

"Baik lah." Daffa mengiyakan.

Keduanya bermain seri, sedangkan kedua pria dipinggir lapangan hanya berdecak kagum dengan permainan pria dan wanita ditengah lapangan tersebut.

"Bisa kali Om dijodohin." Ucap Zafir.

"Adikmu satu itu susah Fir. Kalau memang bisa ya gak apa - apa dijodohkan, tapi Zaya diajak nikah sama Wibi aja gak mau. Padahal mereka berpacaran kurang lebih dua tahun lamanya."

"Zafir sangat mengenal Zaya Om, dia pasti benar - benar mencari jawaban pada Tuhannya. Dia tidak ingin salah langkah, terlebih yang lagi ramai saat ini adalah meningkatnya persentase perceraian di Pengadilan Agama. Bukan hanya pasangan Muda, tapi pasangan berusia paruh baya pun tidak sedikit yang mengajukan perceraian. Bahkan kemarin ada yang pernikahannya baru satu bulan, sang wanita sudah mengajukan perceraian karena KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)."

"Yah, Om membenarkan perkataanmu. Kalau feeling Om sepertinya ada yang disembunyikan oleh Zaya, dan Om yakin itu lah alasan Zaya menolak ajakan Wibi untuk menikah."

"Yah, who knows." Zafir menggedikkan bahu.

Bugh...

"Aaaaaawwww..."

Kedua pria beda generasi itu menghentikan obrolannya dan mencari arah suara tersebut. Ya, mereka melihat Mazaya sudah tersungkur diatas lapangan dengan Daffa yang tengah berlari menghampiri wanita itu. Sontak hal tersebut membuat mereka berdua berlari ke tengah lapangan guna mengecek kondisi wanita muda tersebut.

"Kamu kenapa tiduran disini Nduk? Panas lho, mending tiduran di Rumah aja lebih adem."

"Ih Ayah, anaknya jatoh. Mana kaki sakit banget, gak bisa digerakin." Rengeknya.

"Oh jatoh. Ayah gak kuat angkat kamu Nduk, biar Zafir aja yang gendong kamu buat ke tepi."

"Sebentar Pak, boleh saya cek terlebih dahulu? Takutnya ada keretakan pada tulang Putri Bapak. Dan hal itu tidak bisa dipindahkan begitu saja."

"Tenang Om, dia Dokter. Meskipun spesialis kejiwaan." Kekeh Zafir.

"Ah ya silahkan dicek saja, mau bagaimana pun Ilmu Kedokteran masih melekat pada sahabatmu." Daffa mengangguk setelah mendapat persetujuan.

"Maaf, saya buka sepatu kamu." Daffa membuka sepatu berwarna putih pink itu dengan sangat berhati - hati. Sedangkan Mazaya meringis menahan sakit.

"Hanya keseleo, dan kakinya mulai membengkak. Kita bawa langsung ke Rumah Sakit agar tidak semakin parah."

"Yauda bawa aja si Neng sama lo, gue nyusul bawa mobil masing - masing sama Om Burhan." Usul Zafir.

"Gak usah protes!" Peringat Burhan saat Mazaya hendak melakukan protes. Sontak membuat wanita itu mengerucutkan bibirnya sembari menahan sakit dipergelangan kaki kirinya.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 77

    Note untuk semua pembacaku : Hai semuanya, maaf banget ya uda ber bulan-bulan aku g update. Nenek tercinta aku meninggal dibulan Maret 2024 tepatnya beberapa hari sebelum puasa, disitu aku bener - bener down banget. Setelahnya aku repot banget karena Ade Ipar lahiran, fokus puasa juga, lebaran kedua orang tuaku pulang ke Jawa Timur. Jadinya selama orang tuaku di Jawa Timur, waktuku bener - bener buat mereka. Setelah lebaran aku sibuk urus ini itu buat pendaftaran sekola TK anak semata wayang aku dan disibukkan lagi sama lomba kontes fotogenic anak aku (Alhamdulillah masuk 5 besar, meskipun bakal sibuk sama Grand Final se Jawa Timur dan pekerjaan utamaku yg super duper sibuk banget tp In shaa Allah aku tetep usahakan mulai update bab baru.) do'ain ya semua, semoga kalian mengerti. **** Satu Minggu kemudian Kepulangan Mazaya dan kembali nya wanita itu di Kantor tempat ia bekerja disambut hangat oleh para Direksi dan Karyawan lainnya. Bahkan tak segan untuk melakukan syukuran kare

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 76

    Daffa meletakkan ponselnya diatas nakas setelah ia memutuskan panggilan dari sang Ayah dan kembali berbaring disebelah Mazaya."Ada apa Mas?""Orang tua almarhumah datang kerumah.""Ngapain?" "Minta tolong Mas buat bantu usut kejanggalan peristiwa yang dialami Almarhumah.""Hah? Kok bisa?""Erika sepupu Almarhumah satu - satunya saksi di Tempat itu, setelah sekian lama mengalami trauma akhirnya dia bangkit dan membuka suara. Disitu lah Pak Zaenal ingin mengusut tuntas kejadian tersebut.""Hmmm.. Aku jadi ada ide."***Waktu masih menunjukkan pukul dua pagi, udara diluar sana tampak dingin meski berada dibilangan Ibu Kota. seorang pria berjalan sempoyongan bersama wanita berambut pendek, didepan pintu wanita itu menekan bel rumah dan tak lama seorang paruh baya membukakannya."Astaga Wibi." Begitu kata paruh baya itu saat mendapati Putra bungsunya dalam keadaan mabuk berat. Ia membantu memapah sang Putra dan mengalihkan pandangannya pada wanita muda didepannya."Terima kasih sudah men

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 75

    Beberapa bulan kemudianBandar Udara Internasional Soekarno - HattaHiruk pikuk suasana Bandara di Sore hari membuat area kedatangan dari Luar Negeri tampak padat. Banyak wanita muda berkerumun didekat pintu keluar dan beberapa wartawan berada disana."Nduk.. Mazaya..." Seorang wanita paruh baya memecah belah kerumunan itu saat sang Putri terlihat batang hidungnya."Bunda." Serunya sembari berlari kecil dan memeluk sang Ibu."Jangan disini, ada yang lagi nunggu idola nya dateng tapi malah elo yang keluar." Kata Mafaza sembari memeluk saudara kembarnya.Ketiga wanita beda generasi itu menyingkir dari kerumunan dan memilih untuk menepi. Daffa tampak tersenyum saat mendapati wanita yang selama ini ia rindukan disetiap harinya.Mazaya menghampiri sang Suami, Ayah serta Kakak Iparnya dengan hati membuncah. Rasa rindu tak tertahankan kini tumpah ruah tak terbendung lagi."Seharusnya cium tangan suamimu dulu baru Ayah Nduk. Karena sekarang kamu sudah memiliki suami.""Lupa kalo udah punya su

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 74

    Apartement Lee Garden"Hari ini IGD gila - gilaan ya?" Ungkap salah seorang wanita berprofesi sebagai perawat yang tengah bersama dua rekan wanita seprofesinya."Hhh bener banget, tadi juga ada Ibu Hamil yang diharuskan operasi darurat karena Kecelakaan itu.""Iya iya, untung Dokter Daffa gercep sampai Rumah Sakitnya.""Eh ngomong - ngomong, kalo bahas Dokter Daffa kenapa dia nikahnya buru - buru ya? Apa jangan - jangan si cewek itu hamil duluan?""Hus sembarangan lo kalo ngomong. Dokter Daffa di Yayasan bokapnya dijuluki Ustad.""Apa hubungannya? Siapa tau si cewek itu yang ngebet terus jebak Dokter Daffa.""Kalo gak tau apa - apa mending diem, asumsi lo jatuhnya fitnah. Mereka udah punya hubungan yang sempat kandas karena Dokter Daffa dijodohin orang tuanya. Sekarang mereka bersatu lagi setelah si cewek dan Dokter Daffa ditinggal tunangan masing - masing. Si cewek gak ada waktu kalo harus lakuin hal rendahan kayak yang

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 73

    Bandar Udara Internasional Baiyun Guangzhou - TiongkokWaktu menunjukkan pukul sebelas malam, Daffa tengah berada di Bandara Guangzhou. Setelah pagi hari mengucap Ijab Qabul dihadapan Burhan, sore hari ia berangkat ke Negeri Tirai Bambu tanpa sepengetahuan Mazaya. Ia ingin memberi kejutan untuk sang Istri di Negara itu.Tiga puluh menit ia tempuh untuk sampai di Kediaman Ranggana dan Lin Jin Gouw. Tidak ada kemacetan di Kota ini, karena pemerintah memberikan beberapa pilihan transportasi umum untuk bepergian guna menekan kemacetan di Kota tersebut. Jadi hal itu membuat Daffa memilih menggunakan Taksi agar cepat sampai ditempat Mazaya berada.Sepasang paruh baya tengah menunggunya didepan Gerbang saat ia sampai di Kediaman itu. Senyuma hangat tercetak jelas pada bibir Yunita. "Selamat atas pernikahan kalian berdua." Itu lah kata sambutan yang lolos dari Yunita."Terima kasih Bu.""Jaga Mazaya seperti kamu menjaga dirimu sendiri."

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 72

    Satu Bulan KemudianHingga lah dihari yang ditunggu - tunggu oleh Daffa dan Mazaya. Setelah kedua Keluarga menyelesaikan pemberkasan persyaratan pernikahan untuk putra putrinya, hari ini Daffa tengah berada di Ruang Keluarga Kediaman Burhan dengan dekorasi bunga segar minimalis dan Panggilan Video tergambar jelas pada proyektor. Mazaya tampak berada disuatu Rumah yang tak asing bagi Daffa, Ruang Keluarga penuh kehangatan dengan unsur China yang sangat kental. Wanita muda itu sekarang berada di Kediaman Ranggana Prasetyo dan Lin Jin Gouw - Ayah dan Ibu Yunita. Mazaya tampil cantik dan anggun dengan balutan kebaya berwarna putih dan make up tipis menghiasi wajah cantiknya. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Daffa Khafid Irsyad bin Efendi Mufid Mu'tashim dengan anak saya yang bernama Mazaya Eiliya Syakib dengan maskawinnya berupa Satu Unit Rumah, Emas Logam mulia seberat dua puluh gram, tunai." Burhan mengucapkan Ijab Kabul dengan suara bergetar

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status