Share

Bab 6

Sentuhan tangan lembut yang secara tiba-tiba menyentuh bahu Esmeralda, membuat wanita itu tersentak. Ia menoleh, dan melihat suaminya telah berdiri di belakangnya.

Esmeralda buru-buru beranjak dari tempat duduknya. Sesekali ia kembali menatap ke arah pohon beringin. Tidak ada apapun di sana. Ia berpikir bahwa ia mulai berhalusinasi karena ia sering diteror sosok Genderuwo penunggu pohon besar itu.

Esmeralda menarik nafasnya dengan berat. Pandangannya kembali ia arahkan pada Franky yang balas menatapnya dengan heran.

"Dek, kamu ngapain duduk di depan sini?" tanyanya mulai membuka suara.

"Nggak ada mas, aku cuma mencari udara segar. di dalam soalnya panas," sahut Esmeralda sekenanya.

"Jangan sering melamun di depan pintu, dek. Pamali." Suara Franky terdengar tegas memberikan peringatan pada istrinya yang hanya tersenyum tipis.

"Iya, mas." Esmeralda menganggukkan kepalanya dengan lemah.

"Bikinkan mas kopi, dek. Sebentar lagi Mas sama bapak mau pergi ke toko kelontong di pasar. Hari ini toko bapak mau dibuka lagi," ucap Franky sebelum ia beranjak dari hadapan istrinya.

Esmeralda tidak menyahut. Meskipun ada banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada lelaki itu, ia berusaha untuk tetap menahannya.

Esmeralda segera meninggalkan teras rumahnya. ia masuk ke dalam, dan berjalan menuju ke dapur untuk memenuhi pesan suaminya.

Baru saja Esmeralda hendak mengambil gelas, perhatiannya segera tersita saat ia melihat pintu kamar terbuka.

Bu Edith segera keluar dengan sorot mata yang tajam menatap wajah Esmeralda yang berusaha menghindari tatapan itu.

"Hei! Kamu mau buat anak saya kena diabetes ya?" Bu Edith berteriak keras pada Esmeralda yang tampak tersentak kaget.

Entah sejak kapan wanita tua itu berdiri di sebelahnya, memperhatikan ia membuat kopi.

"Gulanya sedikit saja! Kamu bisa bikin kopi nggak, sih? Hal simple yang mudah dilakukan saja kamu nggak bisa lakukan!" cerocos wanita itu tanpa henti.

Esmeralda menarik nafas panjang. Ia berusaha tetap bersikap tenang meskipun ibu mertuanya telah membuat ia merasa kesal.

Saat Esmeralda hendak menuangkan air panas dari termos ke dalam gelas, Bu Edith memukul kepala wanita itu hingga air panas yang hendak ia tuangkan, tumpah dan mengenai tangannya.

"Aduh!" Esmeralda merintih. Ia memegangi tangannya yang terlihat merah. Kedua matanya tampak berkaca-kaca.

"Kamu ini bagaimana, sih? Kok bisanya tumpah air panas itu?" Wanita tua itu kembali berteriak seolah ia tidak puas mencaci menantunya.

Mendengar keributan di dapur, Franky dan Pak Agus segera keluar dari kamar mereka masing-masing, untuk melihat situasi di sana.

"Ada apa, bu?" tanya Franky sambil berjalan mendekat ke arah wanita tua itu yang dalam sekejap merubah ekspresi wajahnya.

"Ah, Nak. Kamu lihat istri kamu ini! Dia tidak hati-hati menuangkan air panas. Hampir saja ibu tersiram," ucapnya mengeluh.

Franky terdiam selama beberapa saat lamanya. Ia menatap wajah Esmeralda dengan kesal.

"Dek, lain kali hati-hati donk! Untung nggak kena ibu. Kalau kena ibu gimana? Kamu cuma diminta bikinin kopi saja kerjanya lama dan berantakan." Franky masih menatap wajah Esmeralda yang tertunduk, dengan sorot matanya yang tajam.

"Sudah, nak! Sudah! Ibu nggak apa-apa, kok! Kamu mau berangkat ke toko sama bapak, kan? Ayo pergi! Nanti keburu kesorean, kalian nggak bisa balik ke rumah," ucap wanita tua itu sambil menarik tangan putranya untuk menjauh dari dapur.

Pak Agus termangu selama beberapa saat menatap Esmeralda, sebelum ia menyusul langkah istri dan juga anaknya yang telah berada di ruang tamu.

Esmeralda terisak. Ia memegangi punggung tangannya yang terasa perih karena tersiram air panas. Wanita itu menatap tangannya yang tampak melepuh.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Casmuroh Casmuroh
Punya mertua kaya gitu dan suami kaya gitu tinggal pergi ajalah Esme balil ke kota
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status