Share

Bab 7

Esmeralda melangkah meninggalkan dapur. Ia membiarkan gelas yang telah berisi gula dan kopi di dekat wastafel.

Langkahnya terseok menuju ke depan pintu, memperhatikan suaminya yang telah pergi bersama dengan bapak mertuanya.

Raut wajah Esmeralda seketika berubah menjadi tegang, saat ibu mertuanya membalik tubuh.

Tanpa bisa dihindari, keduanya saling beradu pandang selama beberapa saat, sebelum Esmeralda memilih untuk mengalihkan pandangannya. Ia buru-buru beranjak dari tempatnya berdiri menuju ke kamar.

Baru saja ia hendak meraih gagang pintu, rambutnya ditarik oleh Bu Edith dari belakang.

"Kamu mau ngapain? hah?"

"Aduh, Bu! sakit!" Esmeralda merintih sambil berusaha melepaskan cengkraman ibu mertuanya.

"Aku bisa kena stroke menghadapi menantu seperti kamu!" Wanita tua itu mulai melepaskan tangannya dari rambut Esmeralda yang hanya tertunduk.

"Aku mau pergi dulu! Kamu bersihkan semua rumah ini, dan jangan sampai ada yang terlewat! Kalau sampai aku pulang, kamu belum selesai mengerjakan tugas yang ku berikan, lihat saja nanti! Aku akan gantung kamu di pohon beringin depan!" Wanita tua itu melengos pergi dari hadapan menantunya yang tidak bisa berkata-kata.

***

Esmeralda terperanjat saat ia menyadari suasana di dalam rumahnya tampak gelap dan sunyi.

Entah, sudah berapa lama ia tertidur di sofa yang berada di ruang tamu. Ia hanya mengingat, setelah selesai berbenah rumah, ia duduk sebentar sambil menunggu suaminya pulang.

Esmeralda melirik ke arah jam yang tergantung di atas dinding, yang berada di ruang tamu. Waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam.

Wanita itu beranjak dari sofa. Ia bergegas pergi ke depan pintu untuk memastikan bahwa jam di rumahnya masih berfungsi dengan baik.

Esmeralda berdiri di teras, memperhatikan ke sekelilingnya yang sudah tampak gelap dan sepi. Hanya sebentar ia berdiri, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumahnya.

"Mereka belum kembali ya?" gumamnya, bertanya pada diri sendiri dengan heran. Entah ke mana perginya Bu Edith. Ia tidak terlalu peduli.

"Mumpung nenek sihir belum pulang, sebaiknya aku mandi dulu." Wanita itu tersenyum tipis, sebelum ia melenggang pergi menuju ke kamar mandi.

Biasanya Esmeralda tidak pernah diijinkan untuk menghidupkan air panas.

Karena ibu mertuanya belum kembali, ia melanggar larangan yang diberikan pada wanita tua itu.

Esmeralda menikmati setiap air yang mengalir dari shower, membasahi tubuh telanjangnya.

"Ah! Hangat!" Wanita itu memejamkan kedua matanya, ia mendapatkan perasaan nyaman setelah ia merasakan lelah karena seharian berkutat mengurus kerjaan rumah yang tidak ada habisnya.

Wanita itu meraih sabun yang berada di dekatnya. Ia membuat tubuhnya penuh dengan busa, lalu kembali membilasnya.

Setelah selesai mandi, Esmeralda mengeringkan tubuhnya dengan menggunakan handuk. Ia melilitkan handuk tersebut ke tubuhnya, lalu ia memutuskan untuk kembali ke kamar.

Baru saja ia hendak meraih gagang pintu kamar, ia dikejutkan dengan suara ketukan pintu yang nyaring, dari arah luar kamarnya.

Esmeralda terperanjat. Ia khawatir bahwa yang datang adalah ibu mertuanya.

Wanita itu berjalan mengendap, menuju ke depan pintu. Bukan untuk membuka pintu. Ia singkap sedikit gorden yang menutupi jendela rumahnya yang terbuat dari kaca untuk mengintip siapa yang datang.

Esmeralda bisa bernafas dengan lega saat ia melihat Franky, suaminya yang berdiri di depan pintu, menunggu wanita itu untuk segera membukakan pintu.

Esmeralda tersenyum. Ia bergegas untuk membuka pintu. Kebetulan sekali suaminya sudah kembali dari pasar. Dan juga sendirian. Ia bisa memanfaatkan waktu itu dengan baik. Ia juga merasakan rindu pada suaminya. Terlebih setelah kembali ke kampung halaman, mereka berdua tidak pernah memiliki waktu hanya berdua saja.

"Mas? Kamu sudah pulang?" Wanita itu tersenyum dengan penuh arti. Senyumnya seketika memudar, saat ia merasakan ada yang aneh dalam diri suaminya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status