#Melahirkan_Anak_Ular
Bab 38
Hingga matahari terbenam, Manu tak kunjung menemukan pintu untuk menuju ke Kerajaan Ular. Kakinya sudah terasa berat untuk melangkah, ditambah suasana hutan yang sudah berubah gelap. Mau tak mau, ia harus bermalam di sini malam ini dan besok baru kembali melanjutkan perjalanannya.
Manu duduk bersandar di sebuah pohon besar sambil mengeluarkan isi tasnya, untung saja ia berbekal sentar jadi ia takkan begitu kegelapan. Dikeluarkannya ponsel yang juga ia bawa namun tak ada sinyal yang masuk dan ia bersyukur akan hal itu karena ia tahu kini keluarganya pasti bimbang akan kepergiannya.
Manu mengeluarkan sebotol air meneral dan menenggaknya separuh, juga memakan roti pembekalannya. Untung saja ia mampir ke warung sebelum menuju hutan ini, jadi setidaknya ia takkan kelaparan.
Cowok bersisik itu memegangi perutnya yang terasa kenyang karena sudah terganjal roti, ia merasa sedikit bertenaga. Manu tak lagi memakai penutup w
#Melahirkan_Anak_UlarBab 39 :Hingga pagi tiba, Manu tak tertidur lagi sebab Fiolisa tak hentinya mengajak mengobrol. Gadis itu tak takut kepadanya, malah terang-terangan mengakui menyukainya walau mereka baru saja bertemu.“Fio, aku mau melanjutkan perjalanan,” ujar Manu sambil mengenakan masker wajahnya.“Aku ikut, Bang!” rengek Fiolisa sambil menarik tangan Manu.“Aku mau melanjutkan perjalanan, kamu pulanglah! Sampai bertemu lagi.” Manu melepaskan tangan Fiolisa yang berlayutan di bahunya.“Antar aku pulang, Abang!” rengek Fiolisa.“Ya sudah, ayo kuantar pulang. Rumahmu di arah mana? Tapi jangan bergelayutan seperti ini, kita baru juga kenal.” Manu merasa risih akan keagresifan gadis di sampingnya.“Tapi ... walau baru kenal, aku langsung suka loh sama Abang .... “ rayu Fiolisa.“Hmm ... ayo jalan, biar aku bisa melanjutkan perjalanan.&rdquo
#Melahirkan_Anak_UlarBab 40“Ya Tuhan ... bagaimana ini?” Manu meringis ketakutan saat dikelilingi banyak ular kobra yang seakan siap menyantapnya. Walau kulitnya bersisik seperti ular, ia tetap takut dengan hewan melata itu.Dalam keadaan terjepit seperti sekarang, Manu hanya bisa mengarahkan tasnya kepada ular-ular itu agar menjauh darinya, tapi hewan bersisik itu malah siap menyerang putra bungsu dari Endah dan almarhum Lucky (sang pawang ular yang meninggal mengenaskan karena digigit ular).Seekor ular yang paling besar langsung menyerang Manu, tapi ia sempat menghindar dan menangkap kepala ular kobra itu agar tak bisa menggigitnya. Melihat satu temannya ditangkap, beberapa ular lainnya malah menyerang Manu bersamaan. Manu melempar ular di tanhannya dan melompati beberap ular yang hendak menggigit kakinya. Ia berusaha untuk tak membunuh ular-ular itu dan memilih untuk melarikan diri dari tempat itu, namun naas, gerombolan ular-ular
#Melahirkan_Anak_UlarBab 41‘Hufftt’Sebuah anak panah melesat mengenai seorang pria berwajah ular yang tangannya sudah bersiap memotong leher Manu.“Agghh!!” jeritnya sang pria dengan anak panah yang mengenai dadanya, ia langsung tumbang seketika.Dua pria lainnya langsung berjongkok dan menyimpuhkan kedua tangan di atas kepala saat melihat seorang Putri dari Raja kobra duduk di atas kudanya dan bersiap melayangkan anak panahnya lagi.“Ampun, Putri Artha .... “ Dua pria itu memohon dengan tubuh yang gemetar karena tak mau mengalami nasib serupa dengan temannya yang sudah mati terkapar di dekatnya.“Wahai rakyatku, kalian sudah tahu ... dilarang membunuh sesama makhluk ciptaan Tuhan. Lepaskan manusia itu dan kembalikan dia ke alamnya!” ujar Putri Artha yang melihat tiga rakyatnya hendak membunuh Manu.“Ba—baik ... Putri,” jawab dua pria itu serempak.
#Melahirkan_Anak_UlarBab 42“Manu!!!” Anjani berteriak dengan menyebut nama adiknya, lalu bangun dari tidurnya dengan napas yang ngos-ngosan.“Jani, kamu mimpi buruk?” Radji mengusap punggung sang istri lalu mengelap keringat di dahinya.Anjani menganggukkan kepala dan berusaha mengontrol debaran keras di dadanya. Radji segera meraih gelas air putih dan meminumkannya ke mulut sang istri.“Terima kasih, Ji.” Anjani memberikan kembali gelas air itu setelah menenggaknya sedikit.“Kamu mimpikan Manu, Sayang?” tanya Radji, menatap istrinya.“Iya, Ji. Dalam mimpiku ... Manu sedang disiksa Raja Kobra,” jawab Anjani dengan kepala yang terus terbayang akan mimpinya.“Itu Cuma mimpi, Sayang. Ayo, tidur lagi!” Radji mengajak Anjani untuk kembali berbaring.“Tapi ... itu seperti nyata, Ji. Kasihan Manu kalau sampai bertemu Raja Kobra, kamu tahu &lsq
#Melahirkan_Anak_UlarBab 43Anjani terus melangkah sambil mengedarkan pandangan ke kiri dan ke kanan, suasana hutan masih seperti 20 tahun silam, belum banyak yang berubah. Ia masih berusaha mengingat pintu untuk menuju Kerajaan Ular, kalau ia tak salah ingat pintu itu ada diantara batuan besar dan dua pohon kembar.PangeranAries yang sudah menjelma menjadi seekor ular kobra, menatap Anjani dari kejauhan. Ia sangat merindukan Ibunya yang selama ini hanya ia bisa jumpai lewat alam mimpi. Ingin rasanya ia memeluk dan menumpahkan segala kerinduan yang selama ini hanya dapat ia tahan, akan tetapi ia harus sedikit bersabar.Anjani menoleh ke belakang, ia sedikit kaget saat melihat seekor ular kobra sedang merayap mengikutinya. Ia meringis, ada rasa takut juga di hatinya sebab ia sudah lama meninggalkan hobynya mengoleksi ular.Anjani menepikan langkahnya dan berusaha menghindar dari ular yang sepertinya hendak mengejarnya itu. akan tetapi sang ul
#Melahirkan_Anak_UlarBab 44“Ibunda akan tinggal di sini ‘kan? Sama Aruka, Kak Artha dan Kak Aries?” tanya Putri Aruka sambil bergelayut manja di bahu Anjani.“Aku ... eh ... Ibu ... masih terkejut saat ini ... Ibu tidak menyangka ... kalau kalian sudah dewasa .... “ jawab Anjani terbata-bata.“Ibunda pasti capek, istirahat di kamar Aruka saja, ya,” ujar Putri Aruka.Anjani hanya tersenyum melihat tiga anak-anaknya itu mengelilingi dirinya. Taklama kemudian, Raja Kobra yang sedari tadi hanya mengamati saja dari depan pintu, melangkah masuk juga.“Selamat datang, Ratu Anjani,” sapa Raja Kobra dengan tatapan penuh rindu.Anjani gelagapan dan mengerutkan dahi saat menatap Ayah dari anak-anaknya itu, orang yang ia benci karena telah melenyapkan Chiko, ular pyton kesayangannya.“Ayahanda Raja, Ibunda sudah datang .... “ ujar Putri Artha.“Iya, lanj
#Melahirkan_Anak_UlarBab 45Malam pun tiba, semua anggota keluarga kerajaan sudah tiba di meja makan. Ada Ratu Asa, Pangeran Rambo beserta anak dan istrinya, lalu tiga anak kembar Raja Kobra. Anjani terlihat meringis saat melihat hidangan di atas meja, ia tak mau memakannya.“Selamat datang, Ratu Anjani, Ibundanya dari Pangeran Aries, Putri Artha dan Putri Aruka. Sebelum kita menyaksikan acara musik dan tarian di aula istana, marilah kita nikmati hidangan istimewa ini,” ujar Perdana Menteri yang bertugas menjadi pembawa acara, ia berdiri di samping Raja Kobra.Pangeran Rambo menatap tajam ke arah Anjani yang duduk di antara Putri Aruka dan Putri Artha, ia tak senang akan kedatangan mantan majikannya itu, sebab Ibunya murung sejak tadi. Ia bisa melihat raut tak senang Ratu Asa kepada Anjani dan ia tahu akan hal itu, sebab itu juga tahu ayahnya memang menyukai Anjani.Acara makan bersama pun dimulai. Anjani hanya mengambil buah ape
#Melahirkan_Anak_UlarBab 46Manu telah menyisir seisi istana hingga ia bisa menemukan juga kolam yang ternyata berada di dekat taman belakang, tak jauh dari kamar Raja Kobra. Dengan mata yang berbinar-binar dengan harapan bisa segera berubah menjadi manusia seutuhny, ia hendak berlari ke sana. Akan tetapi, sebuah tangan malam menarik bahunya."Hey, mau ke mana kamu? Cepat kembali ke depan, berjaga-jagalah di sana!" Kepala Pengawal menarik Manu untuk kembali ke halaman, posisi jaga mereka."Eh .... " Manu membuang napas kasar dan terpaksa menghentikan misinya, sebab ia harus bersikap baik agar tak ada yang curiga kepadanya yang sedang dalam penyamaran.Manu kembali menatap ke aula istana saat mereka melewati ruangan itu untuk kembali ke halaman."Tetaplah berjaga-jaga di sini, jangan ke mana-mana! Teman-teman yang lainnya sedang menikmati pesta," ujar sang kepala Pengawal sambil melangkah meninggalkan Manu beserta anak buahnya yang lai