****
Oceana menangis setelah Kenan pergi dari kamar. Dia menekuk kakinya dan menyembunyikan wajahnya diantara kedua paha nya.
Suara tangisan nya terendam, dia tidak tahu harus melakukan apa. Hatinya sakit begitupun dengan fisiknya.
Jika dia menceritakan semua ini kepada sahabatnya pasti mereka akan menyuruh nya meninggalkan Kenan. Demi apapun dia tidak bisa meninggalkan Kenan hidupnya bergantung dengan Kenan.
Hatinya bahkan merasakan sakit saat menyuruh Kenan untuk pergi. Dia tidak bisa berpisah dengan Kenan, Kenan adalah jiwanya Kenan adalah segalanya baginya. Katakan jika Oceana lebay namun begitulah kenyataannya.
Oceana mengangkat wajahnya, dia menghapus air matanya. Matanya menatap infus yang masih bertengger dipunggung tangannya.
Dia menghela napas, lalu mencabut infus itu dengan kuat dan membuang nya. Kepalanya sangat sakit tubuhnya menjadi sangat lemas. Punggung
**** Kelopak mata Kenan berkedut. Dia merasa heran saat melihat kamar yang dia tempati. Dia duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Dia sedang asik menelusuri kamar ini. Apa yang sedang dia lakukan disini? Mengapa dia tidak bisa mengingat apapun. Kenan memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia berusaha untuk mengingat segalanya. Hingga akhirnya dia ingat kalau dia telah meninggalkan Oceana sendirian diapartment. Apa yang dia lakukan? Mengapa dia meninggalkan Oceana sendiri dengan keadaan Oceana yang belum pulih. Dia tidak bisa terus berada disini, dia harus kembali dan menemui Oceana. Saat kaki Kenan sudah menginjak lantai. Pintu kamar terbuka menampilkan seorang gadis yang sedang memakai baju rumahan. Kenan mengingat gadis itu. Kenan berdiri dan gadis itu langsung menghampiri Kenan dengan senyuman manisnya. "Aku pikir kamu belum bangun. Aku udah buat sarapan. Kita sarapan dulu yuk!" ajak gadis itu yang dengan berani nya me
**** Oceana berjalan dengan santai dikoridor sekolah. Suasana koridor sekolah saat ini tidak bisa dikatakan ramai atau sepi, karena ada beberapa orang yang sekedar nongkrong dan lewat. Ditangan Oceana terdapat beberapa buku, dia memeluk buku itu. Oceana terus berjalan dengan sesekali tersenyum kepada orang lain sebagai sapaan. Oceana berbelok dan membuka pintu perpustakaan. Hawa dingin menyambut Oceana, perpustakaan memang tempat yang sangat nyaman. Oceana masuk dan menghampiri meja ibu penjaga perpustakaan—ibu Zia. Dia tersenyum dan menyapa bu Zia dengan ramah. "Selamat pagi menjelang siang bu Zia!" sapa Oceana dengan ceria. Bu Zia terkekeh melihat tingkah ceria Oceana. "Saya bingung harus balas sapaan kamu gimana," sahut bu Zia sambil terkekeh. Oceana ikut terkekeh, dia menyodorkan buku-buku yang dia bawa tadi. "Nih buk Ana balikin buku yang kemarin Ana pinjem," ucap Oceana. Bu Zia mengambil buku-buk
**** "Semalam Dera jalan-jalan bareng Bryan...." Oceana dan Zanna yang mendengar perkataan Adera menghentikan langkahnya dengan wajah tak percaya. "Serius?" tanya Oceana yang terkejut. "Enggak mungkin, palingan lo halu!" kata Zanna tajam. Adera yang mendengar itu langsung menggeleng dengan cepat. "Enggak Zanna, Dera enggak bohong semalam emang Dera jalan-jalan bareng Bryan." Zanna berusaha menahan tawanya saat melihat wajah tak terima Dera, dia sengaja mengatakan hal itu. Oceana yang tahu kalau Zanna mengerjai Adera pun hanya mampu manggelengkan kepala. "Iya iya udah, kami percaya kok," ujar Oceana. Mereka kembali melanjutkan langkah menuju ke kelas, mereka baru saja dari kantin menghabiskan waktu bersama sama lelaki sedikit pun. Zanna merangkul bahu Adera, dia menatap Adera dengan tatapan menggoda. "Kalian ngapain aja semalam?" goda Zanna sambil menarik turunkan alis nya. Pipi Adera memerah, Ocean
**** Kenan membenarkan telak jam tangannya. Dia terlihat sangat tampan malam ini dengan balutan jas berwarna hitam dan rambut yang ditata rapi, sangat terlihat berwibawa. Kenan menatap pintu kamar Oceana, sedari tadi Oceana belum juga keluar. Kenan menghela napas dia berjalan kearah kamar Oceana lalu membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Rahang Kenan mengeras, tangannya terkepal marah. Dia berjalan dengan cepat kearah Oceana yang tengah berdiri didepan cermin. Oceana terkejut saat Kenan membalikkan tubuhnya dengan kasar. Anting yang akan dia pakai jatuh kelantai. Oceana menatap Kenan dengan bingung. "Maksud kamu apa pakai dress kayak gini!!" tanya Kenan setengah berteriak. Oceana menatap dress yang dia pakai. Short dress berwarna merah dengan belahan dada panjang dan berlengan panjang. "Kenapa sih Lio?" tanya Oceana bingung. "Kamu tanya kenapa? Kamu mau pamer payudara?! Mau pamer paha?
**** Semua orang berkumpul diruang tamu apartment milik Kenan. Mereka semua tengah berpikir mengapa semua ini terjadi pada Oceana. Zanna dan Adera keluar dari kamar Oceana kemudian duduk disofa. Kenan menatap mereka berdua, ia telah menyuruh mereka untuk menggantikan pakaian Oceana dan mengecek keadaan Oceana. Zanna menghela napas dan tersenyum. "Oceana udah bangun tadi tapi dia masih shock jadi kita suruh dia buat istirahat lagi," kata Zanna. Kenan mengangguk. Tatapan mereka semua tertuju pada satu titik dimana Bryan datang dengan napas ngos-ngosan dan keringat yang bercucuran. Adnan mengepalkan tangannya. Dia bingung sekaligus marah dengan Bryan. Jangan kalian pikir Adnan tidak melihat Bryan yang tengah berbincang dengan Romeo, dia melihatnya dengan sangat jelas. Dan dimana Bryan saat lampu gantung itu hampir mengenai Oceana?. Adnan bangkit dia berdiri didepan Bryan dan menatap nya dengan tajam. "Dari mana a
**** "Rencana kita gagal!" Romeo mendesah kecewa karena rencananya yang gagal. Dia menatap lelaki yang duduk dihadapannya, saat ini mereka tengah berada di restoran dan memesan ruangan vip. Lelaki itu tersenyum miring, lalu menggeleng. "Tidak, kita tidak gagal namun kita sudah berhasil maju satu langkah didepan Kenan," ucap lelaki itu membuat Romeo bingung. Romeo tersenyum meremehkan lelaki itu. "Berhasil? Lo gila!" hardik Romeo dengan kesal. "Santai," ujar lelaki itu sambil meminum kopi yang dia pesan. Romeo menghela napas, dia menyenderkan tubuhnta pada sandaran kursi dan menatap lelaki itu malas. "Lo nyuruh gue santai? Seperti nya lo emang udah hilang akal." Romeo memainkan handphonenya. "Lo yang udah hilang akal, dan lo juga yang bodoh. Lo terlalu teledor hingga tidak sadar kalau Bryan berniat ngorek informasi dari lo," kata lelaki itu membuat Romeo mendongak. "Hah? Enggak ... Itu enggak mungkin," sangka Romeo
**** Sudah dua hari Oceana dikawal oleh bodyguard, bukan hanya mengawal nya dan menjaganya namun bodyguard itu juga menjadi pelayan Oceana. Walaupun sudah ada bodyguard, Kenan dengan Bryan dan teman-temannya yang lain tetap berada didekat nya dan menjaganya. Mereka juga terkadang menyuruh bodyguard untuk melayani mereka. Oceana menyandarkan tubuhnya pada bahu Kenan, dia sibuk memandangi daun yang berada dipohon yang sedang ditiup oleh angin. Oceana tengah menunggu salah satu bodyguard nya membawakan jus apel untuknya. Kenan merangkul tubuh Oceana dan mencium pucuk kepala Oceana, ditaman ini hanya ada mereka berdua. Saat ini guru sedang mengadakan rapat maka dari itu mereka tidak belajar. Oceana ingin ketenangan dan Kenan membawanya ke taman sekolah dan tidak membiarkan orang lain berada disini selain mereka. Bodyguard yang ditunggu-tunggu akhirnya datang dengan membawa secangkir jus apel dengan beberapa cemilan.
**** Bryan bingung dengan Kenan. Bisa-bisanya Kenan membiarkan Oceana pulang bersama dengan Romeo dan mereka hanya bisa melihat Romeo membawa Oceana. "Gue bener-bener enggak habis pikir sama lo Ken, lo tahu kalau Romeo yang berniat untuk mencelakakan Oceana tapi lo malah biarin dia pergi sama Romeo. Lo bener-bener gila," ucap Bryan. Kenan menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Kenan terkekeh dan berkata, "Biarkan saja. Romeo tidak akan pernah bisa mendapatkan Oceana." Bryan berdecak sebal. "Seyakin apa lo?" tanya Bryan meremehkan. Kenan terkekeh dan menatap Bryan. "Lo enggak percaya sama gue?" tanya Kenan tak percaya. Bryan memutar bola matanya malas. Bryan kembali menatap kearah jalan dan terkejut saat melihat Romeo kembali melintasi jalanan sekolah. "Kenapa Romeo balik ke jalan sekolah? Bukannya dia habis nganterin Oceana? Seharusnya dia langsung pulang kan, itu kan satu arah kerumah dia," tanya Bryan berun