****
Dua hari berlalu, namun wajah Oceana tetap pucat. Pandangan nya selalu kosong seperti tidak ada kebahagiaan. Zanna dan Adera bingung mengapa Oceana masih pucat?
"Ana," panggil Adera dengan lirih.
Oceana menoleh kearah Adera, dia tersenyum membuat Adera juga ikut tersenyum, namun senyum itu tidak pernah bertahan lama.
"Na, lo kenapa? Lo kok kayak lemes banget sih?" tanya Zanna khawatir. Oceana menggeleng.
"Bisa tinggalkan gue sendiri?" pinta Oceana pada Zanna dan Adera.
Zanna dan Adera saling tatap, jika mereka meninggalkan Oceana sendiri, Kenan akan marah pada mereka dan itu tidak baik untuk mereka.
"Kita enggak bisa biarin lo sendiri, Na." Zanna menatap Oceana sedih.
Oceana menghela napas. "Please ... Sekali aja lagian gue juga dikamar, jendela balkon juga udah dikunci kan. Handphone gue juga udah disita sama Kenan, jadi gue bisa apa? Gue cuma pengen sendiri aja. Please, tinggalkan gue sendiri."
Zann
****"Oceana!"Oceana mendongak dan melihat bu Ria yang memanggilnya. Oceana berjalan menuju bu Ria. Bel istirahat sudah berbunyi dan dia tidak tahu mengapa bu Ria memanggilnya."Iya bu, ada apa?" tanya Oceana saat tiba di depan bu Ria.Bu Ria menyerahkan beberapa lembar kertas yang sepertinya adalah contoh soal tahun lalu. Oceana mengambilnya dengan bingung."Tolong kamu fotocopy kan di luar ya soalnya mesin fotocopy sekolah rusak dan sedang diperbaiki," ucap bu Ria meminta tolong.Oceana mengangguk. "Berapa rangkap bu?" tanya Oceana."Masing-masing rangkap dua puluh," jawab bu Ria. Oceana mengangguk."Nih uang nya!" Bu ria menyerahkan beberapa lembar uang kepada Oceana. Oceana mengambilnya dan menyimpannya di saku seragam nya."Saya tunggu di kantor ya," ujar bu Ria dan langsung pergi.Oceana membalikkan tubuhnya menuju tempat duduk nya. "Di suruh ngapain?" tanya Zanna saat Oceana sudah tiba
****Erlan berjalan di koridor rumahnya dengan membawa sebuah nampan berisikan roti sandwich dan segelas susu. Erlan berjalan menuju kamar Oceana.Dia membuka pintu kamar Oceana dan masuk ke dalam. Dia tersenyum saat melihat Oceana yang masih tertidur diatas ranjang. Dia berjalan menuju meja yang terletak tak jauh dari ranjang, Erlan menaruh nampan itu diatas meja.Setelah menaruh nampan berisi makanan, Erlan berjalan menuju horden dan membuka horden itu membuat cahaya masuk ke dalam kamar. Erlan membuka pintu balkon yang sangat besar itu.Erlan berjalan menuju ranjang untuk membangunkan Oceana. Erlan mengguncang tubuh Oceana agar dia cepat bangun.Terlihat Oceana menggeliat diatas ranjang dan tak lama ia membuka matanya dan menatap Erlan dengan kesal. Oceana menarik kembali selimutnya dan membelakangi Erlan, dia kembali tertidur tanpa memperdulikan Erlan.Erlan menghela napas. "Oceana, ayo bangun!" titah Erlan sambil
****Oceana berjalan di belakang Kenan, dia sangat senang karena Kenan mengajak nya untuk pulang bersama. Mereka sudah tiba di dekat motor Kenan.Kenan berniat untuk memakaikan helm kepada Oceana, namun handphonenya bergetar. Jantung Oceana Berdetak dengan cepat saat kejadian ini kembali terulang."Sebentar," ucap Kenan mengambil handphonenya dan melihat siapa yang menelepon.Oceana mengintip layar handphone Kenan dan terkejut saat melihat kontak bernama 'Dear'. Oceana dapat melihat Kenan yang dengan cepat mengangkat panggilan itu.Mata Oceana berkaca-kaca saat melihat Kenan menjauh dari nya. Oceana langsung menghapus air matanya saat Kenan sudah kembali berjalan ke arah nya.Oceana tersenyum menatap Kenan. "Kenapa? Kamu ada urusan lagi ya? Enggak bisa pulang bareng aku?" tanya Oceana membuat Kenan terkejut."Honey, enggak kayak gitu ....""Terus apa? Kalau emang enggak bisa pulang bareng ... Enggak papa kok aku
****Kenan masuk ke dalam kelas nya. Dia sedang memikirkan Oceana, beberapa hari ini Oceana tidak ada di apartment bahkan Oceana berhenti menghubungi nya.Kenan menghampiri Bryan untuk menanyakan apakah Oceana ada mengirim dia pesan. "Bryan!" panggil Kenan membuat Bryan yang memainkan handphonenya menoleh."Apa?" tanya Bryan sambil menaikkan satu alis nya."Gue mau ngomong berdua sama lo," kata Kenan dan langsung pergi.Bryan mengerutkan dahinya bingung, lalu menatap kedua sahabatnya. "Kenapa tuh?" tanya Galan.Bryan mengedikkan bahunya. "Entahlah," jawab Bryan dan langsung pergi mengejar Kenan.Kenan dan Bryan sampai di rooftop, mereka berdiri di dekat pembatas. Bryan menatap Kenan penasaran sedangkan Kenan menatap lurus ke depan."Lo mau ngomongin apa?" tanya Bryan yang sudah mulai bosan."Apa Oceana ada hubungi lo?" tanya Kenan pelan.Bryan mengerutkan dahinya bingung, dia tengah berpikir da
****Sinar matahari yang masuk dari celah jendela menyoroti wajah Kenan yang tengah tertidur diatas ranjang empuk nya. Sinar matahari itu seperti sengaja ingin bermain dengan Kenan.Kenan dengan terpaksa membuka matanya lalu membalikkan tubuhnya membelakangi jendela dan dia kembali memejamkan matanya. Tangan kekar Kenan meraba sesuatu disampingnya. Matanya terbuka saat menyadari kalau Oceana tidak ada disampingnya.Kenan duduk diatas ranjang dan melihat sekeliling kamar, Oceana tidak ada di sini. Kenan terdiam saat mengingat segalanya. Dia menjambak rmabutnya dengan kuat dan menangis."Lo bodoh Ken! Lo bener-bener bodoh!!" maki Kenan kepada dirinya sendiri.Kenan menangis dalam diam, dia menyandarkan tubuh polos nya pada kepala ranjang. Kenan sadar kalau dia telah melakukan kesalahan, dia telah melewati batasan nya.Tangan Kenna mencengkram selimut dengan kuat. Kenan marah, Kenan marah terhadap dirinya sendiri. Rasanya dia ingin
****Erlan menyeruput dengan pelan kopi yang dibuatkan oleh pelayan di rumah nya. Dia menaruh gelas kopi itu diatas meja kaca di depannya.Erlan menatap Kenan yang tengah diobati oleh beberapa pelayan. Luka dipelipis Kenan cukup lebar karena batu yang dilempari Oceana sedikit runcing.Erlan menyuruh para pelayan itu untuk pergi karena mereka sudah selesai mengobati luka Kenan. Erlan menyodorkan secangkir kopi kepada Kenan."Ayo diminum!" kata Erlan. Kenan menatap kopi itu sejenak, lalu meminum nya dengan pelan.Kenan menatap sekeliling saat ini mereka tengah berada di ruang keluarga di rumah Erlan. Kenan merasa rumah ini sangat sunyi kebanyakan pelayan daripada tuan rumah."Lo tinggal sendiri? Orang tua lo mana?" tanya Kenan sambil menatap Erlan.Erlan tersenyum tipis. "Uya gue tinggal sendiri," jawab Erlan pelan."Terus orang tua lo tinggal dimana?" tanya Kenan lagi sambil menyeruput kopi ny
****Sudah beberapa hari berlalu, namun Kenan tak menemukan hal yang mengganjal tentang keselamatan Oceana. Erlan bilang kepadanya kalau nyawa Oceana dalam bahaya, tapi nyata Oceana baik-baik saja dan tidak lecet sedikit pun bahkan Oceana selaku tersenyum bahagia.Kenan pusing memikirkan semua ini. Disisi kanan dia memikirkan Oceana dan disisi kiri dia memikirkan nasib Vanetta. Selama beberapa hari ini Kenan fokus dnegna Oceana, dia bahkan memblokir nomor Vanetta hanya demi Oceana. Sekarang Kenan menjadi khawatir dengan keadaan Vanetta karena dia meninggalkan Vanetta sebelum menyelesaikan masalah teror itu.Kenan menatap handphone digenggamannya dengan gelisah. Saat ini Kenan tengah berada dibalkon kamar dengan ditemani sebatang rokok.Kenan terus menatap handphonenya sesekali menghisap rokok yang terselip dijarinya. "Apa selama ini Erlan dan Oceana bohongi gue, supaya gue enggak lari dari tanggung jawab gue terhadap Oceana?" tanya Kenan
****"Selamat pagi!"Kenan menyapa Vanetta saat masuk ke dalam ruang inap Vanetta. Dia berjalan dengan senyum yang mengembang dan jangan lupakan ditangan nya terdapat tas yang berisikan kebutuhan Vanetta.Vanetta tersenyum senang melihat Kenan akhirnya datang, tadinya dia pikir Kenna tidak akan datang. "Aku pikir kamu enggak akan datang," ucap Vanetta sambil memasukkan sendok berisi bubur ke dalam mulutnya.Kenan menaruh tas itu ke atas meja, lalu berjalan menuju vanetta dan merebut mangkuk bubur yang berada diatas paha Vanetta. Vanetta menatap Kenan kesal."Biar gue yang suapin lo," kata Kenan dan mengadu bubur itu.Vanetta menghela napas dan membuka mulutnya saat Kenan menyodorkan sendok berisi bubur ke arah nya. Vanetta menelan bubur itu dengan pelan."Kenan," panggil Vanetta yang hanya dibalas deheman oleh Kenan."Kamu kenapa datang ke sini? Memang nya Oceana udah izinin kamu?" tanya Vanetta lirih.