Share

POV Ashraf

Penulis: DekPut
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-01 12:13:06

Aku sama sekali tidak percaya, bahwa Sindi benar-benar berselingkuh dengan karyawan kepercayaanku sendiri. Selama ini, kupikir semua kebaikanku bisa mengubah sifat Sindi.

Ya, dulu istriku memang senang sekali bergonta-ganti pasangan, setiap kali ketahuan selingkuh, dia akan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, dan kembali bisa membujukku untuk kembali padanya.

Namun, itu dulu, jauh sebelum kami menikah. Aku dulu tak mempermasalahkan Sindi berselingkuh karna dulu dia hanya kekasihku. Namun, sekarang, aku adalah suaminya, bukan lagi pacarnya.

Aku merasa tidak dihargai oleh wanita itu. Bisa-bisanya dia mempermainkan janji suci pernikahan kami. Terlebih, selingkuhannya adalah Heru, karyawanku sendiri.

"Lihat saja! Aku akan membalas rasa sakit hati ini berulang kali lipat padamu dan Heru, Sin!" tekadku dalam hati.

Aku langsung menghubungi pengacaraku, memintanya mengurus perceraian kami. Harga diriku telah diinjak-injak oleh wanita itu.

Dulu, kupikir dengan memenuhi semua permintaan dan kebutuhannya, dia akan tetap setia padaku, dan tak mengulangi kebiasaan buruknya, yaitu berselingkuh. Namun, ternyata pemikiran ku salah.

Sindi lagi-lagi mengkhianati kepercayaanku. Memang benar kata orang, kalau selingkuh itu merupakan penyakit yang susah diobati.

Harusnya, aku percaya pada perkataan orang tuaku dulu. Sekarang, aku hanya bisa menyesali keputusan dan kebodohanku waktu itu, dengan memilih memperistri Sindi. Sementara hubunganku dengan kedua orang tuaku , malah jadi kacau balau karna dulu, lebih memilih membela Sindi dan menikah dengannya.

***

Keesokan harinya, aku memutuskan untuk pergi ke rumah Elleanna, salah satu anak rekan bisnisku. Aku ingin meminta maaf karna pernah mengabaikan ucapannya.

"Aku harus meminta maaf pada anak Pak Suprapto dan membawa kue sebagai buah tangan dan tanda permintaan maaf. Tak mungkin aku ke sana dengan tangan kosong."

Aku pun memutuskan untuk membeli kue di salah satu toko langgananku. 

"Kira-kira, Elleanna suka makan kue apa, ya? Apa aku harus bertanya pada Pak Suprapto?" 

Setelah beberapa menit berpikir, aku teringat bahwa rekan kerjaku sering membeli cheese cake di toko ini untuk putrinya.

Aku pun memutuskan untuk membeli cheese cake saja. Kurasa, Elleanna akan suka dengan kue itu. Terlebih, Pak Suprapto beberapa kali  terlihat membeli cheese cake yang katanya untuk putrinya. Anak Pak Suprapto hanya Elleanna seorang, jadi sudah pasti dia menyukai kue itu.

"Pesan satu box cheese cake saja, mbak," ujarku pada pelayan toko yang melayaniku sejak tadi.

"Sebentar ya, pak. Saya siapkan dulu," tutur pelayan itu.

Aku mengangguk saja, lalu menuju meja kasir setelah kue itu dibawa ke sana.

"Satu box cheese cake. Ada lagi yang ingin dibeli, Pak?" tanya kasir itu ramah.

Aku menggeleng. Sebab, aku memang tak berniat membeli kue lagi selain pesanan itu. Kasir itu tersenyum ramah, kemudian menyebutkan nominal uang yang harus kubayar.

"Total nya lima puluh lima ribu, Pak."

Aku menyodorkan uang seratus ribu pada kasir toko itu.

"Kembaliannya empat puluh lima ribu ya, Pak. Tunggu sebentar," ujar kasir itu.

"Tidak usah, mbak. Kembaliannya ambil saja. Bagi dua ya, sama mbak yang tadi. Atau belikan kue yang harganya empat puluh lima ribu, biar bisa dimakan sama-sama," ucapku.

Kasir itu menatapku dengan mata berbinar. Dia mengucapkan terima kasih padaku.

"Makasih ya, Pak. Silakan berbelanja lain kali," ucapnya.

Aku hanya tersenyum saja. Lalu berlalu pergi menuju rumah Pak Suprapto, tempat tinggal Elleanna sekarang .

***

Aku telah tiba di depan rumah rekan bisnisku, lalu mengetuk pintu rumah itu.

"Assalamualaikum."

Seorang art datang membuka pintu dan menyambutku.

"Cari siapa , pak?" tanya pembantu Pak Suprapto.

"Saya cari Elleanna, apa dia ada?" tanyaku.

"Non Elleanna ada di dalam. Sebentar ya, Pak. Saya panggilkan. Silahkan masuk dulu."

Pembantu itu mempersilahkan aku masuk dan segera memanggil majikannya.

Aku menunggu sebentar di ruang tamunya.

Tak berselang lama, Elleanna datang menemuiku.

"Pak Ashraf, ada apa datang ke sini? Apa kita ada urusan?" tanya wanita itu dengan nada ketus.

Aku terdiam beberapa saat. Sepertinya wanita itu sedang malas bertemu denganku. Dengan sedikit gugup, aku menyerahkan kue yang tadi kubeli padanya.

"Ini, Mbak. Saya ke sini mau meminta maaf dan mengucapkan terima kasih," tuturku sedikit gugup.

Elleanna menaikkan alisnya. Mungkin, dia heran kenapa aku meminta maaf padanya.

"Minta maaf dan berterima kasih untuk apa, Pak? Anda gak ada bikin salah sama saya," katanya ketus.

Aku menelan saliva. Tak percaya bahwa Elleanna bisa seketus itu padaku. Padahal , kemarin sikap dia tak seperti ini.

"Saya minta maaf karna sudah meragukan Mbak kemarin dan tidak percaya bahwa istri saya selingkuh. Saya juga berterima kasih pada mbak , karna sudah memberitahu saya soal perselingkuhan Sindi," ucapku.

"Oh. Soal itu. Gak masalah, Pak. Lagian, saya hanya mengingatkan. Kalau kemarin Pak Ashraf ragu dan gak percaya, wajar saja. Lagian, Anda kan memang bucin sekali sama Bu Sindi," sindir Elleanna.

Aku diam saja. Memang benar apa yang dikatakan Elleanna, dulu, aku memang begitu mencintai Sindi dan bucin pada wanita itu. Namun, sekarang, tekadku sudah bulat. Aku gak akan menjadi budak cinta lagi dan menuruti keinginan wanita itu.

"Maaf, mbak. Saya janji gak akan bucin lagi pada Sindi," ucapku.

Elleanna menaikkan alisnya, lalu tertawa. Tawa renyah yang membuatku bahagia, entah kenapa.

"Pak Ashraf ini lucu. Apa hubungannya Anda bucin dengan Sindi, sama saya? Gak ada hubungannya sama sekali, Pak. Mau Anda bucin sampai mati pun, saya gak peduli. Yang saya pedulikan, sekarang, hanya kebahagiaan diri saya sendiri," Ucap Elleanna.

Aku meneguk ludah. Tak menyangka Elleanna akan mngatakan hal seperti itu. Tapi, emang benar apa kata wanita itu, kalau tak ada hubungannya kebucinanku dengan dia. Entah kenapa, aku bisa mengatakan padanya seperti itu.

"Oh iya, saya hanya tak mau disebut bucin lagi sama Mbak. Makanya, saya beritahu kalau saya gak akan bucin lagi pada Sindi, Mbak," ucapku.

Elleanna hanya mengangguk saja. Dia juga meminta artnya untuk menjamuku dengan memberikan secangkir kopi dan beberapa potong cheese cake yang tadi kubawa.

"Silakan diminum dan dimakan kuenya, pak."

Aku mengangguk. Suasana terasa begitu canggung karna kami berdua sama-sama tak saling berbicara. Aku menikmati kopi buatan Mbok Na, art Elleanna dan cheese cake yang tadi kubeli, sedangkan wanita itu sibuk bermain ponsel.

Diam-diam, aku memperhatikan gadis itu dan tersenyum. Ternyata, Elleanna jauh lebih cantik dibanding dengan Sindi, istriku yang sebentar lagi akan jadi mantan.

"Kenapa Heru bodoh sekali, lebih memilih Sindi daripada Elleanna? Padahal, jauh lebih cantik wanita yang di depanku ini, daripada Sindi," batinku dalam hati.

Saat aku menatap Elleanna, tak sengaja pandangan kami bertemu. Wanita itu terlihat heran karna aku memandangnya sejak tadi.

"Pak Ashraf kenapa mandangi saya dari tadi? Apa ada yang salah dengan wajah saya?" 

Pertanyaan Elleanna membuatku gelagapan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hanya Diberi Nafkah IDR 15K   POV Ashraf

    Aku sama sekali tidak percaya, bahwa Sindi benar-benar berselingkuh dengan karyawan kepercayaanku sendiri. Selama ini, kupikir semua kebaikanku bisa mengubah sifat Sindi.Ya, dulu istriku memang senang sekali bergonta-ganti pasangan, setiap kali ketahuan selingkuh, dia akan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, dan kembali bisa membujukku untuk kembali padanya.Namun, itu dulu, jauh sebelum kami menikah. Aku dulu tak mempermasalahkan Sindi berselingkuh karna dulu dia hanya kekasihku. Namun, sekarang, aku adalah suaminya, bukan lagi pacarnya.Aku merasa tidak dihargai oleh wanita itu. Bisa-bisanya dia mempermainkan janji suci pernikahan kami. Terlebih, selingkuhannya adalah Heru, karyawanku sendiri."Lihat saja! Aku akan membalas rasa sakit hati ini berulang kali lipat padamu dan Heru, Sin!" tekadku dalam hati.Aku langsung menghubungi pengacaraku, memintanya mengurus perceraian kami. Harga diriku telah diinjak-injak oleh wanita itu.Dulu, kupikir dengan memenuhi semua permintaan dan

  • Hanya Diberi Nafkah IDR 15K   Pov Sindi

    "Cuih, kau bilang tak ada hubungan apa pun, tetapi baru beberapa menit yang lalu kalian bergandengan tangan begitu mesra layaknya pasangan suami dan istri, atau seperti pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara. Sudahlah, aku tak butuh penjelasanmu. Aku lelah dengan semua omong kosong yang kau katakan, Sin. Mulai saat ini, kutalak kau, sekarang!” ucapku penuh penekanan. Wajah Sindi berubah pucat pasi, keringat dingin seperti biji jagung mengucur dengan derasnya melewati dahi Sindi yang lebar. Meski sedikit merasa kasihan, tetapi rasa kasihan ku menguap begitu saja. Entah karena rasa benci yang menyeruak hati lebih mendominasi, atau memang aku sudah tak peduli dengan itu. Kuayuhkan kaki panjangku menjauh dari dua pengkhianat itu. Sindi, mantan istriku dan Heru, salah satu pegawaiku. Kutinggalkan kedua pengkhianat itu diiikuti Pak Suprapto yang sedari tadi diam tanpa kata. Tak sengaja, kulihat Pak Suprapto tersenyum penuh arti ke arah Heru. Entah apa yang dipikirkan Pa

  • Hanya Diberi Nafkah IDR 15K   POV Ashraf

    "Mungkin ada salah paham di sini, Mbak Elleanna pasti salah paham," ucapku demi membela Sindi, istriku. "Terserah Anda mau percaya atau tidak. Faktanya, rumah tangga saya berantakan karena ulah istri Anda. Ah, bukan, ulah karyawan kepercayaan juga istri Anda!" Elleanna, anak dari salah satu investorku berkata seperti itu sambil berlalu entah ke mana. Apakah benar yang dikatakan Elleanna? Mengapa pula Sindi berkhianat padaku setelah apa yang selama ini kuberikan kepadanya? Atau ini hanya alibi anak Pak Suprapto untuk menjelek-jelekkan istriku saja? Aku merasa frustasi dan bingung dengan situasi saat ini. Jika memang benar apa yang dikatakan Elleanna adalah kebenaran, maka siap-siaplah Sindi menerima kemarahanku. Namun, jika apa yang dikatakan Elleanna sebuah kebohongan, aku tak akan segan-segan memenjarakan wanita itu, sebab dia sudah berani menuduh istriku. Ya, tak peduli siapa ayah wanita itu. Yang jelas, siapa pu

  • Hanya Diberi Nafkah IDR 15K   Berkunjung ke Kantor

    "Mbok Na, tolong ambilkan ember!" Aku berteriak sekencang mungkin karena tak tahan melihat foto yang dikirim Mas Heru.Laki-laki itu benar-benar sudah tak waras. Bisa-bisanya dia mengirim foto menjijikkan seperti itu. Bukannya aku terpesona, malah membuat semua isi perutku keluar."Ini, Non. Non Ellea kenapa?" tanya Mbok Na khawatir."Perutku mual, Mbok. Pengen muntah apalagi setelah dikirim foto ini." Kusodorkan foto yang dikirim Mas Heru. Foto dirinya yang sedang memakai lingeri milikku."Astaghfirullah. Ada-ada aja Pak Heru. Maksudnya apa coba mengirim foto seperti itu?" oceh Mbok Na.Aku menggeleng, tak tahu juga apa maksud lelaki yang masih berstatus suamiku itu."Sudahlah, Mbok. Abaikan saja. Biarkan Mas Heru bertindak kekanak-kanakan seperti itu. Besok pagi, aku akan ke kantor Mas Heru. Tolong, bilang sama Pak Sutris untuk mengantarku, ya, Mbok?" pintaku.Mbok Na mengangguk, lalu meninggalkan diriku.***Cuaca pag

  • Hanya Diberi Nafkah IDR 15K   Melakukan Pembalasan

    "Pembalasan elegan adalah menyakitimu beserta selingkuhanmu secara perlahan. Tunggu saja pembalasanku."-Elleanna-***Aku mengangkat tubuh Mas Heru yang berjongkok di depan pintu ala-ala film India. Rasanya aku malas sekali melihat wajahnya itu, tetapi demi dramanya berakhir dengan cepat, mau tidak mau kuangkat tubuhnya."Aku sudah memaafkanmu, Mas. Bangunlah, jangan seperti ini."Mas Heru bangkit lalu menubrukkan badannya ke tubuhku. Rasanya ingin mengelak, tetapi itu sangat cepat terjadi."Terima kasih, Dek. Mas sayang sekali sama kamu. Pulanglah, Dek. Ayo, kembali ke rumah," bujuk lelaki yang masih berstatus suamiku itu.Aku tersenyum saja menanggapi ucapannya. Enak saja dia memintaku kembali ke rumahnya yang sumpek dan sempit itu. Seperti lelaki tak tahu malu saja Mas Heru. Sudah pastilah kutolak permintaan Mas Heru."Maaf Mas, aku masih ingin di sini. Nanti, kalau ingin pulang, aku akan pulang sendiri," ucapku akhirnya.

  • Hanya Diberi Nafkah IDR 15K   Rencana Mama (POV Heru)

    "Wanita akan luluh jika lelaki berani meminta maaf duluan." -Heru- Aku mengendarai motor ke rumah ibu. Hal ini kulakukan agar bisa meminta pendapat pada ibu. Biasanya, ibu mampu memberikan jurus-jurus jitu agar aku mendapatkan ide cemerlang. Kupacu motor dengan kecepatan sedang. Hanya butuh waktu lima belas menit dari rumah Sindi ke rumah ibuku. Tak terasa, kini aku sudah tiba di rumah. "Assalamualaikum." "Waalaikumussalam. Eh, kamu, Ru. Ada apa? Tumben ke sini?" "Mama ini gimana, sih. Anak sendiri main ke rumah malah responsnya begitu!" Aku menggerutu pada mama. Rasanya kesal sekali saat main ke rumah malah ditanya seperti itu. "Ya, maaf. Jarang-jarang kamu main ke sini, kalau main juga paling numpang makan. Istrimu gak masak lagi, emang? Atau masakannya gak enak?" Mama menebak kedatanganku. Aku menghela napas, rasanya ingin tertawa mende

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status