"Kapan kalian menikah?" tanya Thomas Brooks ketika Sandra memberitahukan keinginan calon mertuanya untuk bertemu dengan mereka."Karena itulah orang tua Raymond ingin menemui kalian untuk membicarakan tentang pernikahan kami," jawab Sandra sambil tersenyum tipis.Pria paruh baya itu menatap sekilas pada wanita muda yang sudah diangkat menjadi anaknya, kemudian perhatiannya kembali pada kertas-kertas yang ada di hadapannya."Katakan pada mereka kami setuju dengan keputusan mereka. Kapan saja dan di mana saja mereka akan mengadakan pernikahan kalian," tuturnya tanpa melihat ke arah putrinya."Tapi, Pa ... Mereka--"Sontak saja pria paruh baya itu melihat ke arah Sandra yang sedang duduk di hadapannya. "Kami hanya perlu datang dalam pernikahan kalian sebagai walimu, bukan?" tanyanya dengan tegas.Seketika Sandra terdiam. Bibirnya kembali tertutup. Dia mengangguk sebelum akhirnya menundukkan kepalanya."Seberapa besar dan hebatnya pesta pernikahan kalian akan memperlihatkan strata sosial
Beberapa barang Velicia sudah dimasukkan ke dalam koper miliknya. Sama seperti awal dia datang ke rumah itu, Velicia hanya membawa dua koper yang berisi barang pribadinya tanpa membawa barang-barang yang dibeli menggunakan uang Raymond. Semua pakaian, perhiasan, sepatu yang dibelikan Raymond untuk menunjang penampilannya sebagai boneka hiasan suaminya di depan atasan dan koleganya, ditinggalkan begitu saja di tempatnya.Namun, ada sebuah gaun pesta dan sepasang sepatu berwarna senada di dalam koper tersebut yang tidak pernah dikeluarkannya. Semua itu pemberian dari Arion. Gaun pesta dan sepasang sepatu dari desainer ternama itu terlihat sangat mewah dan anggun ketika dipakainya. Velicia sengaja membawanya karena kenangan mereka sangatlah berharga untuknya. Dan ada sedikit harapan kala melihat benda kenangan tersebut, dia ingin bertemu kembali dengan sang mantan, dan menikah dengannya.Tentu saja itu hanya harapan kecil darinya. Akan tetapi, harapannya ketika terpaksa menerima perjodoh
Raymond terhenyak. "Menikah?" Pertanyaan itu keluar dengan sendirinya. Seketika pikirannya kosong, tidak bisa memahami kalimat yang keluar dengan ekspresi kebahagiaan dari calon istrinya."Iya. Keluargaku sudah menyetujuinya. Kami baru saja membicarakannya," ujar Sandra dengan sumringah.Seketika Raymond tersenyum, dan matanya pun berbinar mendengar berita baik tersebut. Tanpa menunggu lama, dia berdiri dari duduknya, dan menyambut wanita tersebut dengan membuka lebar kedua tangannya.Sandra tersenyum lebar berada dalam pelukan calon suaminya. Pasangan tersebut merasa kebahagiaan sudah berpihak pada mereka berdua. "Aku sangat mencintaimu, Sayang," ucap Raymond sambil memeluk erat wanita selingkuhannya yang akan segera menjadi istri keduanya."Aku juga sangat mencintaimu, Sayang," balas Sandra dalam pelukan sang kekasih.Raymond melepaskan pelukannya, dan melihat wajah cantik wanita yang akan segera memberinya kedudukan tinggi dalam perusahaan tempatnya bekerja."Lalu, kapan aku akan
Siang harinya, Thomas Brooks menyuruh Sandra untuk datang menemuinya. Sebelum dia datang menemui papanya, Sandra menyempatkan diri untuk mampir ke ruangan Raymond."Sayang!" serunya setelah membuka pintu ruangan tempat Raymond bekerja.Raymond menoleh ke arah pintu dan dia terkejut mendapati Sandra sedang berlari kecil ke arahnya."Aku sangat merindukanmu," ucap Sandra ketika sudah berada di pangkuan Raymond yang duduk di kursi kebesarannya."Kenapa tiba-tiba berada di sini?" tanya Raymond sambil memaksakan senyumnya.Sedari pagi Raymond merasakan sakit kepala karena pembicaraannya dengan Velicia di meja makan pagi ini. Dan satu hal yang terlupakan olehnya, tidak menghubungi Sandra untuk menyapanya seperti biasanya sebagai rutinitas paginya."Karena kamu tidak menghubungiku pagi ini," jawabnya dengan sumringah.Raymond mengerutkan dahinya. Dia heran melihat Sandra yang baik-baik saja, bahkan terlihat sangat ceria. Tidak seperti biasanya yang akan marah-marah jika dirinya lupa menghubu
"Apa kamu yakin dengan keputusanmu?" tanya Thomas Brooks serius pada Sandra.Semua pasang mata yang ada di ruang makan itu menatap padanya. Sandra menjadi gusar. Tiba-tiba dia ragu pada keputusannya. "Sandra," panggil pria paruh baya itu dengan tegas. Aura ketegasannya memenuhi atmosfer di ruangan tersebut.Sandra terhenyak. Dia gugup mendapat pandangan layaknya seorang terdakwa dari seluruh anggota keluarga Brooks saat ini."Sandra ingin menikah dengan Raymond jika dia sudah mendapatkan jabatan di perusahaan," ucapnya lirih. Jantungnya berdegup sangat kencang. Dia takut jika salah satu sari mereka akan mempermalukannya dengan memperjelas statusnya sebagai anak pungut."Apa kamu tidak keberatan jika satu permintaan itu kamu berikan pada pria itu? Sedangkan kamu tidak akan mendapatkan kesempatan lagi untuk meminta apa pun dari kami. Dan setelah itu kamu tidak akan bisa lagi masuk ke dalam rumah ini sebagai anggota keluarga Brooks."Seketika Sandra menatap pria paruh baya yang dipangg
Langkah kaki Sandra berhenti ketika mendengar namanya disebut-sebut. Dia berusaha menajamkan pendengarannya untuk mencuri dengar pembicaraan keluarganya. Seketika matanya terbelalak saat mendengar sesuatu tentang dirinya."A-apa? Anak pungut?" gumamnya setengah tidak percaya dengan apa yang didengarnya.Dunianya terasa runtuh. Badannya gemetar dan nyaris tidak bertenaga. Satu-satunya kebanggaan dirinya telah hilang. Harga diri yang begitu tinggi ternyata hanyalah bayangan semu.Bukan hanya Sandra yang terkejut mendengarnya. Arion pun baru mengetahuinya. "Apa yang Mama katakan?" tanyanya tidak percaya.Belinda mendengus kesal. "Lebih baik Papamu saja yang menceritakannya," jawabnya sinis.Thomas menghela nafasnya. Dia merasa sangat bersalah pada istri dan juga putranya. "Dulu, ketika kamu masih kecil, Papa melakukan sebuah kesalahan. Pada saat Papa sedang ada perjalanan bisnis ke luar kota, Papa dijebak oleh seorang teman yang juga sedang ada pekerjaan di sana. Dia memberi Papa minuman