Home / Romansa / Happiness is Unwanted / Chapter 6 Memories

Share

Chapter 6 Memories

Author: Pooja
last update Last Updated: 2021-03-19 21:14:44

Audy menatap nanar air hujan yang lebat itu mengguyur jalanan melalui balik jendela kamar. Seharusnya sekarang dia sedang berkencan menikmati malam minggu bersama Gerald, seperti pasangan pada umumnya. Namun, dia hanya bisa berdiam diri bak patung hidup.

Tok...Tok...Tok...

Ketukan beruntun yang menggema dari luar kamar, menyadarkan Audy dari lamunannya.

"Siapa?" tanya Audy tanpa mengalihkan padangan pada benda transparan di depannya.

"Simbok, Non."

"Masuk." Seru Audy dari dalam kamar.

Mbok Ani perlahann memutar gagang pintu. Ia melangkah hati-hati mendekati Audy.

"Kenapa mbok?" Audy merasa heran melihat mbok ani yang kini menunjukan gigi putih yang tertata rapi, sambil tersimpuh malu.

"Eh... itu Non, ada yang lagi ngapel."

"Siapa mbok?"

"Den Gerald, Non."

Mendengar nama yang disebutkan mbok Ani, mata Audy membulat sempurna. Dia tidak percaya laki-laki yang sedari tadi tidak ada kabar kini sudah berada di rumahnya.

"Serius mbok?"

"Serius Non. Masa mbok bohong."

Audy menggeleng-gelengkan kepalanya. Entah apa yang tadi dipikirkannya hingga ia tak mendengar deru suara mobil Gerald.

"Aduh, Aduy belum dandan nih mbok."

"Mau dandan gimana lagi si Non? gitu aja udah cantik kok."

"Apaan? orang kucel begini."

"Non tuh udah cakep dari lahir, abis bangun tidur juga keliatan cantik."

"Iih simbok, pinter banget gombalnya."

Mbok Ani tekekeh kecil melihat Audy yang tampak gusar mencari alat make up nya.

"Ya sudah, Mbok ke bawah dulu yah."

"Mbok, gak mau bantuin Audy gitu?"

"Udah deh Non, yang  natural aja. Cantiknya paras seorang wanita hanya akan membuat lelaki menatap. Tapi, cantiknya akhlak akan membuat mereka menetap."

"Bukannya tadi mbok bilang mau kebawah? hati-hati turun tangganya." Tandas Audy yang tak mau diceramahi panjang lebar.

Mbok Ani menggeleng pasrah sambil berkata, "Dasar bocah."

Audy meringis lebar menatap punggung renta Mbok Ani. "Simbok gak tau sih, insecurenya aku saat liat temen kampus Gerald yang glow uo semua." batin Audy 

Audy menghela nafas panjang. Andaikan saja Gerald bisa lebih ramah, mungkin Audy bisa cuek dalam berpenampilan. Tapi, sayangnya Gerald tipe ice boy. Audy sendiri tidak tahu apa yang bisa meluluhkan Gerald. Sifat periang dan senyum cerianya ternyata tak mampu membuat Gerald bersikap hanvat. Audy hanya berharap, semoga dengan penampilan yang goodlooking bisa menarik perhatian Gerald.

Audy mengamati penampilannya di cermin besar berukuran 1×1 meter yang berada di kamar. Setelah cukup yakin, ia melangkah perlahan keluar kamar untuk menemui Gerald.

"Hai Ger, maaf menunggu lama." Seru Audy yang telah berada di anak tangga paling akhir yang terhubung dengan ruang tamu.

Sama seperti hari-hari sebelumnya, Gerald hanya menatap Audy tanpa ekspresi.

"Tak apa."

Audy memaksakan senyumannya saat berada di hadapan Gerald.

"Mengapa tidak mengabari kalau mau kesini?"

"Surprise."

Mulut Audy ber O ria. Ia mengambil duduk disebelah Gerald.

"Kangen yah?" ucap Audy percaya diri sembari mencolek perut Gerald.

"Tidak." balas Gerald tanpa dosa.

"Lalu untuk apa kau kemari?" kesal Audy mencebikan bibirnya.

"Ini." Gerald menyerahkan bungkusan besar yang tergeletak di lantai dekat kakinya.

"Apa?"

"Bukalah." perintah Gerald

Mata Audy berbinar ceria. Meski hatinya dongkol dengan keiritan Gerald dalam berbicara namun, dibaliknya Gerald tipikal laki-laki yang penyayang serta pengertian.

Pelan tapi pasti, Audy mebuka bingkisan yang diberikan Gerald.

"Waaa... Makasi,"ucap Audy tulus. 

"Sama-sama."

Audy memeluk erat boneka bear berwarna merah muda terang yang baru saja diberikan Gerald. 

"Suka?" 

Audy terpaksa mengangguk. Hatinya terasa sesak. Bagaimana bisa Gerald memberikan boneka bear padahal ia sendiri menyukai keroppi?. 

Bahkan warnanya begitu feminin sedangkan Audy lebih pro dengan warna gelap seperti cokelat atau biru tua. Dalam hati Audy bertanya, apakah Gerald hanya pura-pura peduli padaku?.

"Kalau begitu aku pulang dulu." Imbuh Gerald sembari bangkit dari tempat duduknya.

"Lho? kenapa buru-buru?"

"Tesis ku sudah menungguku."

Audy mendesah kecewa, lagi-lagi Gerald lebih mementingkan tesis dari pada kekasihnya.

"Itukan bisa nanti-nanti." Cegah Audy tak rela Gerald pergi.

"Lebih cepat selesai lebih baik."

"Apa aku harus menjadi seorang pengemis baru kau peduli?"

Gerald mengangkat dagu Audy agar sejajar dengannya.

"Ku harap kau dapat mengerti." 

Audy memalingkan wajahnya. Manik matanya terlalu lemah untuk beradu tatap dengan sorot tajam manik hitam milik Gerald.

"Baiklah. Hati-hati di jalan."

"Iya."

Audy mengekori langkah kaki Gerald ke luar pintu rumah. Tangannya melambai lesu saat mobil gerald melewati batas pagar.

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

Piyar..... Bunyi beda berjatuhan

"Della... Berhentilah bekerja, aku ingin kamu di rumah saja mengurus keluarga ini," amarah Hendra kini memuncak, saat melihat tumpukan berkas kerjaan Della dibawa pulang kerumah.

"Apa salahnya aku bekerja? lagi pula untuk apa aku mengurus keluarga ini,? Memangnya aku siapa?" tanya Della sinis.

"Ow ya aku lupa, statusku hanya nyonya muda rumah ini" ucap Della dengan menekan kata status.

"Apa maksudmu Della?"

"Aku tidak punya maksud apa-apa," jawab Della dengan entengnya lalu mengambil tumpukan berkas dan ingin mengerjakannya kembali.

Seketika berkas yang dipegang Della dirampas dengan paksa oleh Hendra. "Kamu..."

"Apa ? Aku lelah berdebat denganmu. Aku ini  istri yang tak pernah kau anggap. Aku nyonya di rumah ini tapi, nyonya tak dianggap. Kau lihat setiap sudut rumah ini bahkan kamar ini punya almarhum istrimu, aku tidak ada tempat disini." Della mengungkapkan rasa kecewa yang dipendam selama ini kemudian berlalu meninggalkan Hendra.

Brukk

Della yang tergesa berlari menghindari Hendra yang mengejarnya tak sengaja menabrak tubuh boneka bear berukutan 2 meter yang digendong Audy.

"Audy!" teriak Della susah payah menahan tubuhnya yang huyung ke belakang agar tak jatuh ke lantai.

"Maaf Bunda. Aku tak sengaja," elak Audy tak mau disalahkan.

Sekejap Della tertegun melihat sesuatu yang dipeluk Audy.

"Baguskan?" tanya Audy yang paham Della sedang mengamati boneka sekaligus bunganya.

"Ya" jawab Della singkat. Hatinya sedikit bergetar melihat benda itu. Benda yang sangat Ia favoritkan dan selalu Gerald untuk menghiburnya dikala sedang bersedih atau sekedar untuk menyogoknya jika sedang marah. Tiba-tiba terbesit kerinduan dihatinya pada Gerald.

"Bun?" desis Audy memutus lamunan Della.

"Simpan baik-baik bonekanya, jangan sampai bunda ambil, ini boneka favorit Bunda," ucap Della seraya mengukir senyum manis.

"Benarkah Bun,?" tanya Audy dengan memasang muka cemberut.

"Iya, kenapa mukamu seperti itu?"

"Boneka ini dari Gerald. Tapi..." 

"Della!" teriak Hendra dari kejauhan. 

"Maaf, nanti dilanjut ngobrolnya aku pergi dulu kebelakang," ucap Della berlalu meninggalkan Audy dengan langkah terburu-buru.

"Bunda kenapa dipanggil ayah kok kayak ada rasa takut begitu? Jangan-jangan ayah minta jatah sama bunda tapi, bunda gak ngasih, duh... Kasian sekali ayahku," pikir Audy lalu masuk kedalam kamar membawa boneka yang sedari tadi dipeluknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Happiness is Unwantedย ย ย Rembering The Past

    Sinar mentari yang menerobos masuk lewat kisi-kisi jendela membangunkan Della dari mimpi indahnya. Ia menggeliat sejenak, lantas mengelus perutnya yang mulai membuncit.Hawa dingin yang menyergapnya membuat dirinya enggan beranjak. Dia segera menarik kembali selimut yang ia kenakan hingga menutupi seluruh tubuhnya."Sayang, kau sudah bangun?" ujar Hendra yang baru saja selesai membersihkan diri."Hmmm." Della bergumam pendek. Malas menanggapi pertanyaan retoris Hendra. Entah mengapa sejak kemarin moodnya belum juga membaik.Belum lagi benaknya yang mendadak memikirkan Gerald, cinta pertamanya yang semakin membuatnya lesu."Kau kenapa? Apa kau merasa tidak enak badan?" Hendra yang cepat menyelesaikan ikatan dasi di lehernya, beranjak mendekati Della."Aku tidak papa," elak Della saat tangan kekar itu ingin meraih dahinya."Tapi Bunda terlihat lesu. Apa Bunda menginginkan sesuatu?" tawar Hendra."Tidak, Yah. Bunda han

  • Happiness is Unwantedย ย ย Gerald romance

    Gerald memarkirkan mobilnya dengan hati-hati di halaman rumahnya. Lantas melepas seatbelt yang Audy kenakan. "Ckkk. Seperti anak kecil saja," Ujar Audy. Namun, ia membiarkan Gerald melakukan hal itu untuknya. "Tapi kau suka kan?" Goda Gerald. Kemudian membuka seatbelt yang dikenakannya sendiri. "Dasar bucin," Cibir Audy bersiap turun sebelum Gerald melempar gombalan lebay nya. "Biar aku saja," Cegah Gerald menahan lengan Audy. "Aku bisa sendiri, Ger. Tak perlu berlebihan," Sahut Audy lalu membuka pintu mobil. "Dasar tak bisa diajak romantis," Desis Gerald. Perlahan ia melangkahkan kakinya ikut turun. Audy mengabaikan kekesalan Gerald. Ia dengan santai melangkah masuk ke dalam rumah mereka. Melangkah terus hingga ke kamar. Lalu membaringkan diri di atas ranjang sebelum Gerald menyuruhnya.

  • Happiness is Unwantedย ย ย pomegranate

    Selesai sarapan, Gerald masih terus memberika perhatian pada Audy. Ia pun mengambilkan segelas air putih untuknya."Terima kasih. " Lidah Audy terasa kelu. Tidak terbiasa dengan sikap Gerald. Perhatian kecil dari laki-laki itu sukses membuatnya salah tingkah.Gerald tersenyum manis. Menatap Audy yang semakin terlihat cantik dengan sedikit rona merah di pipinya."Biar aku saja," tawar Gerald saat Audy hendak meletakan gelas itu kembali."Apa kau tidak pergi bekerja Ger?" Ujar Audy. Bila ditaksir mungkin sekarang sudah pukul tujuh lebih."Tidak. Aku akan menemanimu di sini.""Aku baik-baik saja," ucap Audy. Walau dalam hatinya ia berharap agar Gerald terus di sisinya.'Bodoh kau Audy. Apa sekarang kau mulai berharap padanya? Ap kau lupa bagaimana mudahnya dia mencampakkanmu?' Batin Audy mendadak dilema.

  • Happiness is Unwantedย ย ย Gerald's attention

    Perlahan Gerald membantu membaringkan Audy di atas ranjang. Dengan tangan kanan menahan punggung Audy agar tidak langsung Gerak pun sedikit membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan Audy.Sekilas tatapan mereka bertemu, Audy cukup lama menatap Gerald. Ia masih tak menyangka bila suaminya kini telah berubah menjadi malaikat yang super lembut.Begitu pula dengan Gerald, Laki-laki itu balas menatap wajah cantik Audy. Dalam hatinya ia berjanji, tak akan menyia-nyiakan istrinya lagi."Permisi. " Suara seorang pramusaji membuat Gerald dan Audy sontak mengalihkan tatapannya. Gerald lekas menarik tangannya yang tertindih punggung Audy. Lantas, membaringkan Audy dengan hati-hati.Wajah Audy sedikit memerah saat melihat pramusaji itu tersenyum canggung."Masuk saja, Sus," Ucap Audy sadar bila bila sosok yang berdiri di depan pintu tampak ragu. Mungkin saja

  • Happiness is Unwantedย ย ย Chapter 65 Gerald'a Confession

    Gerald mendudukan pantatnya di sofa sembari menunggu Audy keluar. Sesekali ia melirik pintu kamar mandi, agar bisa bergerak sigap jika gadis itu akan keluar. 'Maafkan aku, karena keegoisanku kamu menjadi terluka. Tapi aku berjanji, aku akan melupakan masa laluku dan memulai hidup bersamamu.'Gerald larut dalam pikirannya. Perasaan bersalah kembali menggeleyutinya. Ia beruntung semesta menyadarkan dirinya dengan cepat sehingga gadis itu belum terlepas darinya.Suara deringan ponsel terdengar nyaring, membuat lamunan Gerald buyar. Diliriknya ponsel Audy yang berada di atas nakas.Gerald menatap ke arah pintu toilet, sepertinya Audy belum selesai dengan urusannya."Apa aku saja yang mengangkatnya ya?" Gumam Gerald menimbang sebentar.Deringan itu masih terus berbunyi, Gerald menunggu sebentar lagi berharap Audy cepat keluar."Baiklah, biar aku saja yang mengangkatnya. Siapa tahu saja itu telepin penting," pungkas Gerald segera mende

  • Happiness is Unwantedย ย ย Chapter 64

    Sinar mentari menembus kaca jendela ruangan, di mana Audy sedang dirawat. Sinarnya sedikit menyilaukan, membuat Audy terbangun dari tidur panjangnya. Perlahan-lahan mata Audy mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia menatap sekelilingnya, infus yang terpasang di tangannya membuat ia susah bergerak."Auhh ...." Audy mengaduh kesakitan. Satu hal yang sangat ia benci, saat ia ingin tumbuh menjadi mandiri saat itu juga ia membenci saat dia sakit dan terbaring lemah tak berdaya.Gerald yang masih terlelap kini bangun saat mendengar suara Audy. Ia pun beranjak dari sofa menuju ke ranjang Audy."Apa kau baik-baik saja?" tanyanya sembari mengucek matanya agar terbuka dengan sempurna"Iya, aku baik-baik saja." Audy berusaha bangkit dari ranjang saat merasa ingin buang air kecil. Ia meringis kecil, kepala yerasa pening saat ia menggerakan tubuhnya."Apa yang ingin kau lakukan?" Heran Gerald dengab sigap memegangi tubuh Audy."Aku ingin ke ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status