Sang nenek melirik sang cucu yang terlihat gelisah, rasa tak nyaman terlihat jelas di wajahnya. Jarak membentang diatara posisi mereka, setelah beberapa bulan tidak pernah bertemu dengan sang cucu. Tapi setelah bertemu hari ini ia melihat beberapa sedikit perubahan di diri cucunya itu.“Ingin pulang yah, sudah mulai nyaman dirumah kalian?” “Apa kurang jelas, aku lelah dan ingin segara pulang.” Sarkas Tamara.Nenek Hanna tersenyum tipis, dia suka ketegasan dari cucunya itu. “Padahal nenek pikir kau sudah tidak ada rumah untuk pulang.”Cukup!!! Tamara sudah tidak tahan dengan nenek Hanna yang terus saja bertele – tele dengannya. Karenanya perasaan baik dan ceria yang tadi ia rasakan perlahan – lahan memudar, apa lagi dengan nenek Hanna yang terus saja berkata – kata seakan tengah menyinggung segala kesedihannya.“Nenek tidak tahu apa pun tentang diriku dari dulu sampai dengan sekarang. Sekarang pun aku sudah punya kehidupanku sendiri, nenek sendiri kan yang dulu bilang seperti itu pad
“Nona hari ini pulang dari jam biasanya, nona ada pekerjaan lain yah tadi?” Bibi Harry adalah orang yang paling awal menyambut saat aku pulang kerumah, selalunya dia bertanya tentang bagaimana pekerjaanku hari ini dan apakah aku merasa baik dalam menjalaninya. Sebelumnya tidak ada orang yang memperlakukan aku seperti itu, bahkan pada bibi pengasuhku dulu tak melakukan sama seperti apa yang bibi Harry lakukan.Jika bukan bibi Harry aku mungkin akan sepenuhnya melalui kehidupanku yang begitu kesepian dirumah ini.“Nona pasti lelah karena bekerja seharian, lain kali nona tidak perlu begitu keras sekarang kan kandungan nona sudah membesar takutnya nanti terjadi apa – apa.” Bahkan dia mengkhawatirkan aku dan juga kandunganku, yang bahkan tak satu pun anggota keluarga yang mau menghawatirkanku seperti itu. Karena bibi Harry aku jadi bisa merasakan sedikit bagaimana rasanya dikhawatirkan oleh orang lain.“Bibi tahu, tadi itu aku bepergian dengan seorang teman baru.” Ujar sambil menetap bib
DO Company mengalami peningkatan saham berturut – turut dalam waktu enam bulan.DO Company digadang gadang akan memimpim pasar global.Damian Frendrick Diego kini resmi menjad Ceo DO Company menggantikan Marlon Laksama Diego.Sejumlah perusahaan besar global berusaha untuk menjalin kerja sama bersama DO Company.DO Company mengakuisisi sejumlah perusahaan ditanah air.Begitulah berita yang tersiar hari ini, semuanya membahas tentang kesuksesan dan kepopuleran perusahaan yang dipimpin oleh seorang Damian Frendrick Diego. Pria tampan dengan sejuta pesona dan kharismanya.“Sedang naik daun rupanya.” “Ya tuan, DO Company tengah menjadi perbincangan hangat karena saham mereka naik secara drastis dalam waktu yang cukup singkat. Dan menjadi perusahaan yang berhasil mencetak rekor tercepat.” Seorang pria dengan busana rapihnya begitu asik memandang semua portal berita diponselnya dan mendengar setiap penjelasan dari pria didekatnya tentang semua berita yang ia baca.“Tapi itu semua tidak le
“Dari mana?” Pertanyaan itulah yang dilontarkan pada Tamara saat ia baru saja tiba dirumah, rupanya suaminya pulang lebih awal dari acara pelantikannya sebagai Ceo utama perusahaan. Dan sepertinya tidak pulang sendiri, melihat adanya ibu dan ayah mertuanya yang sedang duduk santai diruang keluarga.“Rumah sakit.” Jawab Tamara singkat.“Kenapa kau tidak datang di acara tadi siang?” Bisik Damian dengan wajah yang merah padam, ia marah karena istrinya itu tidak datang diacara terpentingnya.“Aku tidak bisa datang.” Ujarnya.“Aku lelah, aku ingin segera kekamar untuk beristirahat.” Putus Tamara yang sudah ingin berlalu meninggalkan Damian.“Tunggu!!”Tahan Damian mencekal lengan Tamara.Tamara meringis menahan sakit dari cengkaram tangan Damian yang begitu erat. Bagaimana tidak Damian sudah memberitahu istrinay itu jika harus hadir diacara dia diangkat menjadi Ceo utama persahaan, acara yang begitu formal dan seluruh anggota keluarga harus datang apa lagi posisi Tamara adalah sebagai istr
Memang ada baiknya Tamara tidak pernah menjadi bagian dari keluarga Diego, keluarga yang dulunya begitu harmonis dan saling menyanyangi satu sama lain. Seperti apa yang dikatakan ibu mertuanya jika kehadirannya hanya membuat malu nama keluarga dan merupakan kesialan bagi mereka. Tamara meringis dalam hatinya, entah sudah berapa ribu kali ibu mertuanya itu melontarkan kata – kata menyakitkan untuknya. Tamara hanya ingin menghabiskan makan malamnya dengan tenang, tapi ibu mertuanya itu tiada hentinya terus mengoceh dan mengomelinya.“Tuhan!!! Sebenarnya dosa apa yang dulu aku lakukan hingga aku mendapatkan menantu yang tidak berguna sama sekali.”Tidak berguna, tidak tahu diri, tidak tahu malu, perempuan penggoda dan masih banyak lagi. Tamara muak dan lelah mendengar itu. Namun dibalik rasa lelah dan sakit hati, ia masih tetap bertahan dan tersenyum seolah ia tidak kebaratan dan menerima segala perkataan ibu mertuanya itu.“Kalau begini terus aku merasa kasihan dengan Damian, sudah bag
“Tamara!!”Aku menghentikan langkahku saat sedang menaiki tangga, aku berjalan begitu pelan membawa banyak beban pikiran sampai aku tidak menyadari jika ayah mertuku kini sedang berada diatas, lima anak tangga dari posisiku.“Ayah.” Ucapku pelan saat melihatnya tersenyum padaku.“Sudah ingin tidur nak?” Aku menunduk sambil memainkan jari tanganku, wajah orang baik dan peduli dengan keadaan kita wajahnya selalu terlihat teduh sampai rasanya beban berat yang ada dipikiran kita sedikitnya berkurang.“Tamara, kenapa diam?” Bingung Marlon karena menantunya itu tidak mengubrisnya sama sekali.“Aku sudah ingin tidur, ayah. Ayah sendiri kenapa belum tidur?” Tanyaku balik namun dengan kepala yang masih mendunduk.Marlon terkekeh pelan sambil mengggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Masih belum mengantuk, ayah sebetulnya ingin keluar melihat halaman belakang rumah untuk mencari udara segar. Ingin ikut bersama ayah juga? Keluar sebentar menikmati suasana malam hari bisa sedikit mengurangi beban
Kecupan manis seorang wanita kepada seorang pria yang masih bergelut nyaman dengan selimut tebalnya, menutupi tubuh telanjangnya.“Sudah ingin pergi?” Ujar itu dengan wajah cemberutnya karena sudah akan ditinggalkan oleh wanitanya.“Aku harus pulang kerumah ayah dan ibuku, aku ada janji kepada mereka karena malam nanti perusahaan akan mengadakan pesta untuk merayakan hari jadi perusahaan. aku harus tampil baik kan malam nanti.” Balas sang wanita sembari ia fokus mamakai kembali pakaiannya. Sang pria membalikkan tubuhnya menatap langit – langit ruangan itu. “Orang kaya memang seperti itu yah, mereka sangat mudah untuk memperkaya diri mereka. Aku jadi iri.”“Itulah mengapa kamu juga harus berusaha semaksimal mungkin.”“Sayang…… Dia sudah menjadi Ceo, kapan dia bercerai?” Tanya pria itu dengan antusias seperti ia memang sangat mendambakan apa yang dipertanyakannya.Wanita itu mengidikkan bahunya, dengan santai ia merias wajahnya yang terlihat masih apa adanya itu. “Mungkin tidak lama la
Tidak seburuk apa yang ada diekspektasiku, namun duduk diam tanpa ada yang peduli jauh lebih baik. Aku akhirnya dapat duduk dan menikmati hidangan pencuci mulut yang diberikan pelayan padaku, setelah tadi aku dikepungin banyak wartawan dengan seribu pertanyaan mereka. Dan kembali lagi sejatinya aku tidak ada yang mau peduli, suamiku sibuk berbincang dengan para koleganya, begitu pun dengan kedua orang tua dan mertuanya. Terlebih lagi adiknya, Queen yang sudah begitu asik berbicang dengan banyak orang. Tak peduli dengan siapa pun itu, nampaknya adiknya itu ingin membangun relasi dan koneksi dengan banyak orang. Dengan begini aku jadi tenang berada di acara ini bahkan hingga acara selesai jika semua orang itu tidak ada yang mempedulikannya, melirik pun juga tidak, dan tidak ada juga yang merasa aneh dengan aku yang seakan menjauhi keluargaku. Aku menyisakan sebagian hidangan pencuci mulut yang manis itu dan hanya memakannya sebagian saja, setelah aku beranjak menuju area