Share

Bab 2

Seorang pria denga setelan jas rapih berwarna hitamnya terlihat sedang memandangi arloji dipergelangan tangannya untuk kesekian kalinya jika dihitung – hitung, tangannya begitu gelisah mengusap bagian wajahnya sedari tadi. Orang dengan seguang kesibukan seperti dia ini memang tidak pantas dibuat menunggu seperti ini, seperti kata pepatah waktu adalah uang. Sangat pas untuk seorang pebisnis seperti dia ini.

“Maaf yah, karena dia membuatmu menunggu seperti ini.”

Pria itu menatap seorang wanita yang duduk tak jauh darinya dengan sorotan mata yang seakan mengmpat sial dengan siatuasi yang ia hadapi sekarang.

“Aku baru saja menghubungi Arzano da-“

“Maaf membuatmu menunggu.”

Tanpa mengubrisku pria bertubuh jangkung itu langsung saja berdiri dari duduknya, sikapnya itu sangat memperlihatkan jika saja ia Sudha begitu sangat kesal.

“Karena dia sudah datang, jadi langsung saja perlihatkan semua yang paling terbaik disini.”

Wanita kepala butik itu langsung sigap bergegas bersama dengan karyawan butik lainnya, mereka mengelukan semua dress terbaik mereka untuk kami berdua.

“Jika bukan karena Queen mungkin aku sudah sejak tadi pergi dari sini, karenamu aku harus menunggu dan membuang semua waktuku yang berharga hanya untuk melihat pakaian pengantin untuk sebuah pernikahan yang tidak akan pernah ada artinya.”

Aku tersenyum tipis mendengar itu pengakuan itu. “Kau pun juga bodoh karena memilih mendengarkan Queen.”

“Dan kau akan melapor pada ayahku jika aku tidak pergi melihat pakaian pengantin kita atau apalah itu alasanmu.”

“Itu artinya ayahmu tidak benar – benar mempercayaimu sepenuh, karena masih memilih mempercayaiku. Tahu begitu kau harus belajar dariku, belajar tentang bagaimana caranya agar bisa dipercayai oleh orang lain, belajar tentang begaimana cara mengungkapkan perasaanmu yang sesuangguh tanpa harus berbohong.”

“Kau jang-“

“Kau tahu akan menunggu lama kenapa tidak kau lakukan saja dengan Queen, kenapa harus menungguku. Jangan kau lakukan jika kau terpaksa, toh yang seharusnya menikah dan memilih pakaian pengantin sudah jelas adalah kalian berudua. Aku sama sekali tidak masalah.”

Nathaniel menatapku dengan sorot mata tajam seolah – olah akan menggoyakkan aku yang ada tepat dihadapannya ini. “Aku tidak tahu sebenarnya permainan apa yang sedang kau mainkan.”

“Ehh nona Tamara ini ada beberapa pilihan gaun yang sudah dipersiapkan, nona silahkan memilih yang nona suka.”

Wanita kepala butik dan beberapa karyawan butik lainnya membawa beberapa dress dan memperlihatkannya padaku, dari semua pilihan gaun indah itu tak ada satu pun yang memubuatku tertarik. Semau terliaht biasa untuk aku yang sedari dulu tidak pernah merasakan sesuatu yang aku sukai, aku terbiasa untuk tidak menyukai seuatu apa pun itu.

“Menurut anda yang terbaik dan langsung saja ukur tubuhku, aku tidak bisa berlama – lama disini.” Ujarku pada kepala butik itu.

Sesuai dengan perintahku tadi aku ingin semuanya secepatnya selesai, seperti saat ini aku sudah berada melihat diriku didepan cermin besar ini dengan gaun putih cantik dan elegan ini. seperti itu yang dikatakan orang – orang yang ada diruangan ini. “Cantik”

“Wah nona Tamara sangat cantik dan sangat cocok dengan gaun ini.”

Mereka semua berdecak kagum melihatku memakai gaun pernikahan ini, sementara aku tersenyum jahat dalam hati. Yang jika saja Queen ada disini melihat dan mendengar orang – orang ini memujiku, mungkin dia akan menjadi sangat kesal dan ingin segera mencabik – cabikku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana lucunya wajah kesalnya itu jika sedang sirik denganku, sosot matanya memerah seakan ingin menangis, nafasnya menjadi tidak teratur, wajahnya seakan emosi dan ingin meluapkan kemarahan dan ketidak terimaannya lalu kemudian dia akan menampilkan wajah sedih tidak berdaya dihadapan semua orang.

“Jika sudah selesai, tolong segera lepaskan gaun ini.”

“Tapi nona apa anda tidak ingin memperlihatkan ini pada tuan Damian?”

“Tidak.”

Jawaban singkatku membuat kepala butik itu menunduk dan segera membukakan gaun iu dari tubuhku, persetan dengan semuanya. Memangnya aku peduli, aku sama sekali tidak peduli dengan semua ini.

Aku bergegas keluar dari ruang itu sekejab langkahku terhenti melihat pria bernama Damian Frendrick Diego itu, pria yang akan menikah denganku dan akan menjadi suamiku. Dia sedang memasang tuksedo yang akan ia kenakan untuk dihari pernikahan nanti.

“Aku selesai.” Ucapku yang kemudian berlalu pergi meninggalkannya.

Damian menatap Tamara melenggang pergi dengan tatapan yang tak dapat diartikan, namun jelasnya saat ini ia begitu sangat marah dan tidak terima dengan sikap calon pengantinnya itu. bagaimana tidak, ia datang dengan begitu sangat terlambat lalu pergi dengan cepat tanpa kejelasan seperti ini. ia benar – benar tidak mengerti dengan apa yang pikirkan wanita itu.

Jika saja buka karena malam dimana semuanya terjadi Damiam tidak akan pernah membuang – buang tenaganya untuk merasakan emosi karena wanita yang telah mejebaknya itu. justru hari ini adalah hari yang spesial untuk dia dan juga Queen karena akan memilih gaun pernikahan yang cocok untuknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status