Home / Romansa / Happy Ending / Bab 3 hari pernikahan

Share

Bab 3 hari pernikahan

Author: nanaluvie
last update Last Updated: 2024-05-05 23:13:04

Cahaya matahari dimusim semi pagi itu perlahan mulai memasuki ruang kamar lewat celah – celah dan jendela kaca yang terbuka lebar tirainya, suasana pagi itu sangat damai sekali bunga- bunga mulai bermekaran karena mendapat energi dari cahaya matahari serta burung – burung kecil berkicauan seakan tengah beryanyi gembira untuk menyambut pagi.

Sangat nyaman untuk semua orang bersantai sambil menikmati secangkir kopi atau teh hangat untuk memulai hari, tapi berbeda dengan suasana yang terjadi di Villa keluarga Noa ada saat itu. begitu sibuk mengurus segala persiapan dari acara sakral yang beberapa menit lagi akan segera dimulai.

Tamara menatap datar pantulan dirinya dicermin meja rias itu dengan beberapa penata rias dibelakang yang begitu sibuk untuk mempercantik dirinya. Sedari tadi para penata rias itu tiada hentinya berdecak kagum melihat dirinya dan mengatakan bahwa Tamara begitu sangat cantik, seperti layaknya seorang putri.

Tamara sangat tidak suka mendengar mereka berkata seperti itu, Tamara tidak suka dirinya diberikan pujian seperti itu. ingin rasanya ia mencabik – cabik mulut orang – orang yang mengatakan hal seperti itu.

lagi – lagi orang – orang selalu berucap tanpa pernah memikirkan perasaan orang lain, memangnya siapa yang suka dicap bahagai sementara yang kita rasakan adalah penderitaan. Hari pernikahan yang seharusnya adalah hari yang paling bahagia kini malah sebaliknya, jangankan Tamara kelaurganya yang lain pun tak ada yang merasa bahagia akan pernikahannya.

Menikah dengan pria yang ia cintai seharusnya menjadi hal yang paling bahagia namun apalah daya jika pria itu justru malah mencintai wanita lain. Apa lagi dengan posisinya sekarang dimata keluarga sangatlah buruk, dimana ia di anggap sebagai wanita penggoda yang tidak tahu malu merebut tunangan adik kandungnya sendiri.

Selesai dengan tugasnya para penata rias itu pun bergegas keluar meningalkan ruangan beramaan dengan datangnya nenek Hanna. Nenek itu juga terliaht sangat cantik dengan dress putih yang ia kenakan dan sedikit riasan diwajahnya.

“Cucu nenek sangat cantik.” Ujar nenek Hanna yang perlahan mendekat dengan sang cucu.

“Tersenyumlah Tamara. Ini adalah hari yang suci dan sakral apa kata semau orang jika mereka melihat pengantin wanitanya terlihat tidak bahagia.”

Lagi – lagi Tamara dipaksa harus bahagia dengan sesuatu yang tidak ia sukai, yah sudah begitulah takdirnya. Tamara dijauhkan dari hal yang ia sukai lalu dipaksa bahagia dengan semuanya yang tidak ia sukai.

Tamara tidak tahan dengan ini semua, tak akan ada yang saggup untuk bisa menahan segala penderitaan ini sekuat apa pun dia. seperti cairan bening yang mulai menumpuk dipelupuk mata itu, sedikit lagi pasti akan jatuh diwajah yang sudah dirias begitu cantik.

“Kenapa menangis?” Tanya sang nenek dengan senyumnya yang perlahan memudar.

Sampai Tamara tak sanggup lagi menahannya, jatuh sudah air mata yang sedari kemarin ia tahan untuk ia bisa terlihat kuat menghadapi semaunya.

“JANGAN MENANGIS!!!” Bentak nenek Hanna.

“I- ini sungguh berat nek, bagaimana bisa aku menikah dengan pria yang cintanya ada pada wanita lain.” Ucap Tamara dengan bahunya yang bergetar sebagai tanda bahwa begitu beratnya tekanan yang Tamara alami.

“Kubilang jangan menangis, kau bukan lagi gadis kecil berusia lima tahun. Harusnya kau bahagia karena bisa menikah dan menjadi istri dari Damian, pria yang begitu adikmu cintai. Jika kau menangis seperti ini kau hanya akan terlihat menyedihkan. Berhenti menangis dan lalui saja semuanya dengan baik, ingat nenek tidak mau ada kesalahan yang terjadi."

“Aku…. Aku sudah lelah melalui segala penderitaan ini, aku hanya ingin terlepas dan pergi jauh, karena aku dan perbuatan bodohku yang akan merusak citra keluarga, jika karena dengan alasan itu nenek jadi memaksakan pernikahan ini mungkin keputusanku akan jauh lebih baik. Tolong hentikan pernikahan ini dan biarkan aku pergi, biarkan aku pergi jauh dan aku janji pada nenek dan semua keluarga aku tidak akan pernah kembali, jika perlu kalian bisa menghapus namaku dari keluarga aku pun tidak masalah dengan semua itu. aku hanya ingin hidupku bahagia dengan terlepas dari semua ini.” Jelas Tamara.

“Kamu tidak berhak memerintah nenek, nenek yang tertua dikeluarga ini. jika bukan karena nenek kalian semua mungkin tidak akan pernah merasakan semua kemewahan ini, nenek yang berkuasa atas kalian semua, nenek adalah pelindung kalian semua jadi semua keluarga termasuk dirimu harus patuh dengan keputusan nenek.

Setelah mengatakan itu sang nenek lekas pergi dari ruangan meninggalkan sang cucu yang masih meratapi nasibnya.

Lagi – lagi dengan alasan kehormatan keluarga, citra keluarga, semuanya untuk keluarga. Sudah berapa kali Tamara harus mengorbankan segala kebahagianya untuk keluarga. Keluarga yang baginya seperti bukan keluarga, memangnya keluarga mana yang tega mengucilkan dan berbuat tidak adil pada satu anak perempuan.

Telapak tangannya ia arahkan untuk mengelus perut yang masih terliaht datar itu, didalam sana terdapat kehidupan dari mahkluk mungil yang begitu lemah. Jika bukan karena dia mungkin Tamara sudah akan pergi jauh dari keluarga ini, jika bukan karena kejadian malam itu juga makhluk mungil ini tidak akan pernah ada didalam rahimnya ini.

Tapi Tamara tidak pernah menyahkan akan kehadirannya makhluk mungil ini dalam rahimnya, hanya saja ia takut anak ini akan lahir dengan takdir yang sama seperti ibunya. Diperlakuakn tidak adil, tidak berhak bahagia dan dikucilkan sama seperti yang Tamara alami sejak kecil sampai dengan sekarang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Happy Ending    Bab 37 nenek dan cucu

    Prangg!!!Suara bising terdengar ruang kamar rumah sakit itu, perawat yang berada disana dengan buru keluar setelah meliat dokter mereka marah dan membanting kotak makanan itu ke lantai.“Kamu gila!!” Marahnya pada wanita yang duduk itu.“Kamu tahu kan, makanan selain dirumah sakit itu tidak boleh untuk pasien. Lagi pula tidak ada yang bisa menjamin makanan itu sehat atau tidak dan kamu memberikannya pada pasien yang sedang sakit.” Lanjutnya lagi.Tamara hanya terdiam mendengar amukan Queen padanya, saat tadi ia sedang menyuapkan makan makan untuk nenek Hanna Queen tiba – tiba masuk melihatnya dan membanting kotak makan itu.“Sekarang kamu pergi!!” Ujar Queen sembari menunjuk kea rah pintu.“Pergi!! Aku bilang, aku akan kasih tahu ibu dan ayah kalau kamu berani mengganggu nenek.”Tamara tak ada pilihan lain, meskipun Queen langcang padanya tapi saat ini ia tidak ada kekuatan untuk membalas Queen. Ia beranjak mematuhi Queen yang memintanya untuk segera keluar, namun tangan nenek Hanna

  • Happy Ending    Bab 36 Kau saja bisa, kenapa aku tidak bisa

    “Apa maksudnya tadi itu?” Satu pertanyaan dari rentetan pertanyaan yang sebelumnya diajukan oleh Damian pada sang isteri, layaknya seorang isteri yang tertangkap basah berselingkuh oleh suaminya Tamara hanya bisa diam dengan posisinya duduk di sofa sementara Damian berdiri mengintrogasi dirinya.“Kamu pergi dengan laki – laki lain, apa menurutmu itu baik? Kamu mau mempermalukan aku lagi, mempermalukan keluarga kita lagi?”“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, kami bertemu di taman dan dia berbaik hati mengantarkan aku pulang karena kondisiku yang tidak memungkinkan.” Jelas Tamara.“Tapi kenapa harus bersama dia, selama ini juga kamu selalu memesan taksi. Apa kamu tidak tahu siapa Kenzo itu, kalau ada ada media yang melihat kalian bersama menurutmu akan seperti apa reaksi mereka. Posisi kamu sekarang ini adalah sebagai seorang isteri, isteriku.” Damian.Tamara menganguk puas dengan itu, tak ingin lagi berlama – lama ia segera perlahan beranjak dari duduknya. Tak ingin terus mendengar

  • Happy Ending    Bab 35 Ditaman

    “Apa ini, kamu melukis calon bayimu?” Tamara lantas berbalik melihat seseorang itu yang tak lain adalah Kenzo.“Kamu.”Kenzo tersenyum melihat Tamara, ia sudah tahu jika wanita hamil itu akan terkejut melihatnya. Bagamana tidak terkejut jika ia secara tiba – tiba datang dan menanyakan soal lukisannya.“Kupikir siapa wanita hamil yang duduk sendiri dibawah pohon.” Ujar Kenzo.“Bukan urusanmu, lagi pula untuk apa kamu disini. Ingin menggangguku?” Sembur Tamara mendengus kesal pada Kenzo.“Tadinya sedang lari sore dan tak sengaja melihatmu disini. Aku tidak ganggu lo yah, aku cuna bertanya tentang lusikanmu itu. Tidak kusangka kalau kau pandai melukis, kau pasti seorang seniman.” Jelas Kenzo.“Bukan urusanmu.” Ucap Tamara berbalik, ia enggan untuk mempedulikan Kenzo apa lagi ia bertanya tentang lukisan bayi kecil yang dibuatnya. Kenzo menarik nafas dan menghembuskannya, cukup menguras mental berbicara dengan Tamara. Apa karena mereka sebelumnya tidak pernah berinteraksi, waktu masih se

  • Happy Ending    Bab 34 janji & impian

    “Dia adalah salah satu guru yang sempat bengajar disini selama tiga bulan, sekarang ia mengajukan cuti dengan alasan kondisi kehamilannya yang semakin tua. Namun kami belum menerima kejelasan apakah ia akan kembali mengajar atau tidak.” Jelas seorang pria tua yang merukan kepala taman kanak – kanak.Pria itu mengaguk puas sambil membolak balikkan berkas mengenai ibu guru Tamara, tentu ada rasa kepuasan tersediri baginya setelah mengatahui dengan jelas bahwa Tamara adalah salah satu guru ditaman kanak – kanak ini.“Baiklah, kurasa itu cukup.” Ujarnya dengan mengembalikkan berkas itu kepada kepala taman kanak – kanak.“Apa ada saran dari anda tuan, anda kan sekarang adalah pemilik sah taman kanak – kanak ini.”“Aahh tidak, kau urus saja sendiri.”*** Sore hari yang cerah itu sekitar pukul 15:33, Tamara keluar dari rumah dengan menenteng keranjang kecil entah apa yang ia bawa. Setelah bermapitan kepada bibi Harry, Tamara langsung saja berjalan keluar dari gerbang rumahnya menghampiri mo

  • Happy Ending    Bab 32 Hotel di pagi hari

    Pintu lift hotel terbuka untuk seorang pria yang sudah menunggu disana, sejenak ia me melihat arlojinya dan memutuskan untuk masuk kedalam lift bersama dengan asisten pribadinya.“Apa jadwal hari ini?” Tanya pada sang asisten wanitanya.Mendengar atasannya menanyakan jadwal dengan sigap wanita itu membuka tabnya dan mengecek jadwal untuk hari ini.“Pagi ini jam 09:00 kita akan menghadiri taman kanak – kanak untuk peresmian bagunan baru disana.”Pria bernama Ammanuel Kenzo Algatra itu kembali melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 08:10 pagi, baru ingat jika ia akan meresmikan gedung baru untuk taman kanak – kanak yang dibangun oleh keluarganya dan itu juga salah satu alasan mengapa Kenzo kembali ke negara ini.Pintu lift terbuka lagi untuk orang yang akan turun menuju lantai bawah, namun yang membuat alisnya terankat dan tersenyum tipis adalah seorang pria yang ia kenal disana bersama dengan seorang wanita yang memeluk lengan si pria. Pria yang tak lain adalah Damian Frendrick

  • Happy Ending    31 Hari kurang beruntung

    Damian PovAku melirik arlogiku dan sudah menunjukkan pukul 10 malam, ini sudah waktunya jam kerja selesai melihat juga area parkiran sudah banyak yang kosong dan hanya ada beberapa mobil saja. Kantor yang pada jam awal begtu adat dan sibuk dengan pekerjaan masing – masing karyawan, kini terasa begitu senyap dengan langkah kakiku bersama Erlando terdengar begitu nyaring menyentuh lantai.Beberapa langkah aku melewati beberapa bagian kantor menuju ruanganku, terdengar juga suara seperti entakal heels seorang wanita. Aku yang akan mengarah ke kiri dan dia yang sebaliknya, bertemulah aku dengan wanita yang sudah dua minggu ini kami tidak ernah bertukar kabar.“Damian!!”Aku sedikit terkejut dan merasa hangat sekaligus saat merasakan nyamannya pelukan dari wanita itu, wanita bernama Queensha Nathallya Noa kekasihku, cintaku.Aku melepaskan pelukan kami dan beralih menatapnya dengan senang, melihat wajahnya yang lucu dan polos super menggemaskan ini membuat perasaanku perlahan membaik. Waj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status