Sebuah tempat yang panas. Matahari bersinar terang seperti biasanya. Arga mengusap peluh di leher yang terbelit ikatan dasi. Ia lepaskan dasinya dan menatap Kenneth."Kenapa harus aku? Kenapa bukan Jo yang melakukan tugas lapangan ini. Lagipula pemeriksaan detail harusnya bisa dilakukan oleh tenaga ahli," oceh Arga pada Kenneth yang mengajak dirinya siang ini memeriksa bahan dan kondisi tempat kerja bagian bahan. Juga bagian penagihan di luar kantor."Ehm pak Jo sudah mengecek semuanya tadi pagi dan pak Jo menyarankan untuk mengajak Anda juga untuk mengecek ulang agar sama-sama tahu. Namun, mendadak pak Jo tidak enak perut sehingga harus istirahat di ruangan dan tidak ikut kita!""Ah, melelahkan. Lain kali cukup orang lapangan saja dan jangan ajak aku. Lagipula disini tidak ada Karin.""Karin?""Ya Karin. Admin divisi tiga. Apa kamu kenal?""Saya!" Kenneth berpikir sebentar. "Saya pernah bertemu dengan dia beberapa kali. Namun tidak terlalu dekat. Dia hanya admin proses. Terlihat biasa
Memikirkan semuanya membuat Karina merasa sangat pusing. Ia tidak bisa tidur malam ini. Bahkan memejamkan mata saja sulit. Uang yang diberi oleh Jonathan terlalu banyak. Tidak masuk akal kalau itu hanya untuk upah membersihkan rak berkas. Juga hadiah milik Azka. Dari siapa dan mengapa. Semuanya berebut dipikirkan mencari jawaban.Arga, seharian juga tidak tampak batang hidungnya. Mengapa mendadak sekali saat Karina ingin bertanya perihal hadiah milik Azka. Apa Arga sengaja melakukan itu. Atau memang sudah terjadi sesuatu. "Sial! Aku nggak bisa tidur!" Karina duduk di tepi ranjang. Bersamaan dengan itu, ada tangan kecil yang meraba dan mencari keberadaannya."Bu, kok nggak tidur?" Azka membuka mata, lalu bergeser mendekati ibunya. "Lho, kamu kok bangun?" Karina mendekati Azka. Mencubit pipi gembulnya yang selalu terlihat menggemaskan."Aku pengen tidur bareng ibu. Tapi ibu malah sibuk duduk. Ini udah malem Bu. Emang ibu nggak bosen siang udah duduk terus?"Karina tersenyum. Sangat ce
Karina mengepalkan tangan menahan emosi. Ia ingin menampar mulut pria di depannya. Berani sekali menyamakan dirinya dengan beberapa admin produksi lain yang katanya menghalalkan segala cara untuk cari tambahan uang. Bahkan jadi selingkuhan manager atau ketua divisi pun dilakukan. "Saya tidak melakukan apapun dengan pak Jonathan ataupun Pak Arga!" jawab Karina tegas. Menatap dengan yakin kalau apa yang dikatakan memang benar.Ketua divisi itu terlihat tersenyum. Sepasang matanya menyipit merasa senang sekali. "Begitukah! Ya, kalau kamu sudah tidak dipakai sama pak Jo atau pak Arga. Saya bersedia jadi yang berikutnya. Saya tau kamu janda."Sontak Karina melotot tidak percaya. Ia tidak mengira kalau akan dipandang sebelah mata. "Sepertinya obrolan ini semakin membuat hati saya sakit. Lebih baik saya permisi!"Karina hanya bisa terisak dalam diam. Andai kebenaran bisa diungkap. Andai ia bisa bilang kalau dirinya adalah istrinya Jonathan. Andai kalau mertuanya mau menerima dirinya dan Azk
Tidak ada yang mudah untuk dilalui Karina dalam hidupnya. Meski telah menyembunyikan identitas, tetap saja ada masalah yang datang.Rumah begitu sepi malam ini, Azka tidak banyak bicara menceritakan harinya di sekolah.Ia sibuk mengatur alat sekolahnya untuk besok. Karina jadi ingin tahu.“Kenapa kamu bawa yang baru? Kamu sudah punya yang lama kan?” tanya Karina saat melihat Azka memasukkan segala alat baru sekolah ke dalam tasnya. “Aku mau pakai yang ini!”“Tapi Azka. Itu bukan punya kamu!”“Kalau bukan punya aku, kenapa dikirim ke rumah ini. Jelas-jelas semua hadiah yang dikirim ke sini atas nama Azka, Bu!”“Tapi ibu nggak tau siapa yang mengirim itu!”“Maaf Bu, Azka yakin yang ngirim pasti orang baik. Sudah berhari-hari semua hadiah ini ada disini. Dan tidak ada yang datang untuk meminta. Itu artinya semuanya memang milikku, milik Azka dan Azka mau bawa ke sekolah. Siapa tau yang ngirim hadiah bakal seneng kalau dipakai Azka gunakan alat sekolah baru ini!”Karina hanya bisa diam. K
"Karin, tunggu. Kita bisa kan jalan di luar sebagai teman. Aku ingin lebih dekat dengan kamu!" ungkap Arga yang secara brutal terus saja mencari celah untuk bisa dekat dengan Karina. Ia bahkan menahan perempuan itu untuk tidak pulang dulu sebelum mengiyakan keinginannya untuk jalan berdua.Karina melepas tangan Arga yang memegang lengannya. "Pak, dilihat orang. Pak Arga nggak malu. Pak Arga tau kan kita udah digosipkan lho. Dan saya tidak suka.""Gosip, aku nggak tau. Yang aku tau, aku mulai suka sama kamu Karin."Arga mengatakan itu begitu saja di tengah keramaian orang-orang yang berlalu lalang untuk pulang. Karina merasa bodoh. Ia seperti sedang bermain drama. "Pak, jangan begini. Pak Arga nggak malu apa!""Enggak!"Orang yang lewat seperti mendapat tontonan gratis. Sebagian mencuri kesempatan merekam momen itu. "Maaf, tapi saya harus pulang."“Aku anterin ya!”“Please Pak, berhenti. Jangan ikuti saya lagi!” pinta Karina. Ia sontak sedikit meninggikan nada bicaranya hingga menari
Jonathan merasa sangat tidak sabar untuk mencari tahu, siapa pelaku di balik motor Karina yang jadi sangat kotor itu. Tentu, Jonathan sangat menaruh dendam. Orang-orang yang tega membully Karina, tidak tahu saja kalau Karina itu istrinya. Sampai di ruangan pengecekan, ada petugas yang membantu memutar rekaman cctv siang tadi. Tepatnya saat pukul dua siang. Mayoritas karyawan memang banyak yang sudah masuk. Namun, ada beberapa yang sedang istirahat. “Nah itu dia. Ah mereka tega sekali membuang air got ke motornya Karin, dan hampir lima timba yang mereka tumpahkan. Juga sampah itu, ah menjijikkan sekali sikap mereka.” Jonathan merasa ngeri, bagaimana bisa karyawan perempuan di perusahaannya memiliki tabi’at begitu buruk.“Cepat cari tau datanya!” pinta Kenneth. Ia pun ikut memprihatinkan. Rasanya sayang sekali, padahal sama-sama perempuan. Tapi, tega sekali membully.Jonathan sudah mendapatkan apa yang dirinya mau. Ia juga meminta hasil rekaman untuk dikirim ke laptopnya. “Oh iya,
Jonathan masih terbayang-bayang dengan ucapan terima kasih dari Karina. Ia bisa melihat senyum cantik itu lagi, bagai matahari yang terbit di pagi hari, terlihat sangat indah.“Gimana ini, aku pengen ketemu Karin, aku mau dia. Sama Azka juga. Aku kangen kalian!” Jonathan menjatuhkan kepalanya di atas meja kantor, lalu memejamkan sepasang matanya.Terlintas lagi kenangan bersama dengan Karina. ia rindu masa itu. “Nggak bisa begini. Aku harus kasih tau Karina, kalau aku masih cinta sama dia.”Jonathan segera bangun, dan keluar dari ruangan. Ia melihat jam di pergelangan tangan masih ada waktu untuk mencari Karina. Kebetulan Karina pulang agak sore. Sengaja menunggu di depan pintu masuk proses. Jonathan merasa Karina mungkin sebentar lagi akan keluar. Benar saja, tidak butuh waktu lama. Karina muncul di depan pintu keluar. Ia masih harus absen pulang di mesin finger milik perusahaan di dekat pintu tadi. Jonathan berencana akan mengajak Karina bicara sebentar. Lalu memberitahu pelan-p
Azka butuh sosok ayah, anak laki-laki itu kadang terlihat sangat kuat dan pemberani. Juga paling memiliki tubuh yang begitu bagus dengan tinggi lebih dari teman seusianya dan tatapan mata yang tajam. Berbeda dengan anak kebanyakan, memang Azka adalah tipe anak cerewet juga banyak bertanya seperti anak-anak yang lain. Namun, dalam berbicara, Azka memiliki pilihan kata yang sungguh luar biasa dan sesuai realita. Tidak takut memberikan pendapat, meski harus mengatakan kejelekan temannya sendiri. Karena itu sesuai kenyataan. Bagi Azka sendiri, berbohong hanya akan menimbulkan masalah baru. Karena itu, ia tidak akan berkata hal palsu untuk menjaga perasaan orang lain, terutama teman sekolahnya.Karina sangat memahami perilaku dan sikap tersebut. Itu sangat mirip dengan Jonathan.Di masa lalu, Jonathan pun dengan lantang mengatakan kalau dirinya ingin bertanggung jawab atas kehamilan Karina. Ia tidak akan lari dan tetap berusaha meyakinkan dunia. Kalau Karina yang sederhana adalah memang