Share

Harga Diri Janda Cari Suami
Harga Diri Janda Cari Suami
Penulis: Reg Eryn

Bab 1

Cari Istri atau Babu? 

"Siapa nama, kamu?" tanya wanita paruh baya di hadapanku. 

Hari ini, Mas Adi membawaku bertemu dengan Ibunya. Kami sudah sepakat untuk saling memperkenalkan diri pada keluarga masing-masing.

Mas Adi mengatakan jika dia ingin menjalin hubungan yang lebih serius denganku. Jadi, kami harus saling berkenalan pada kedua belah pihak keluarga. 

Mas Adi sudah kubawa ke rumah orang tuaku, dan sambutan orang tuaku sangat baik. Orang tuaku juga menyerahkan semua keputusan padaku.

Aku dan Mas Adi sudah dekat sejak tiga bulan yang lalu. Dan dia memberanikan diri untuk menikahiku.

Aku belum pernah membahas terlalu jauh dengannya. Hanya sebatas menikah saja. Aku tau dia adalah seorang duda beranak empat yang ditinggalkan oleh istrinya. Mas Adit, membawa tiga anaknya, sementara sang mantan istri membawa satu anak bungsunya.

Kata Mas Adi, mantan istrinya itu meninggalkan dirinya gara-gara sang istri malas mengurus banyak anak.

Entahlah, aku belum percaya seratus persen padanya. 

Dan aku juga janda ber-anak dua yang ditinggalkan oleh suamiku karena kepincut wanita lain. Sudah satu setengah tahun aku bercerai dengan Mas Fadli. Dan baru tiga bulan terakhir ini aku dekat dengan laki-laki lagi.

Aku menerima Mas Adi, karena nasibnya sama denganku, yaitu ditinggalkan oleh pasangan. Jadi aku tahu bagaimana perasaannya.

"Sttt! Ditanya Ibu, itu!" Mas Adi menyenggol lenganku pelan. 

"Nama saya, Dita, Bu," jawabku se-sopan mungkin. 

Kesan pertama, tidak boleh buruk. Soal lanjut atau enggaknya, itu urusan belakangan. 

"Oh, kamu janda?" tanyanya dengan tatapan tidak suka. 

"Iya, Bu, saya janda anak dua, dan kedua anak saya, ikut dengan saya," jawabku jujur. 

"Ohhh, bercerai karena apa?" tanyanya lagi, masih sinis. 

"Karena mantan suami selingkuh, Bu."

"Sudah berapa tahun kamu menjadi janda?"

"Satu setengah tahun, Bu."

"Selama itu, apakah bapak dari anak-anakmu pernah mengirim uang untuk nafkah kedua anaknya?"

"Tidak pernah, Bu. Alhamdulillah, saya bekerja."

"Bekerja di mana?" tanyanya seperti detektif. 

Mau cari menantu, atau cari penjahat sih? 

"Bekerja di rumah saja, Bu. Mencuci dan menggosok pakaian tetangga. Saya juga antar jemput anak tetangga ke sekolah."

"Berapa gajimu sebulan?"

Sampai gaji pun, ditanyakan? 

"Dua setengah juta, Bu," jawabku berbohong.

Gajiku sebulan, bisa mencapai empat juta. Karena aku mengantar jemput banyak anak tetangga. Mencuci pakaian juga tidak hanya satu rumah saja. Ada beberapa ibu rumah tangga yang mempercayakan pakaiannya padaku untuk kucuci dan gosok.

"Owh, bagus lah. Kau tau anak Adi ada tiga, kan?"

"Iya, Bu, saya tau." Aku mengangguk. 

"Bagus. Jadi, jika nanti kalian menikah, ibu tidak mau kau bawa anakmu untuk tinggal bersama kalian. Kau bisa menitipkan anakmu pada Ibumu, atau mantan mertua dan suamimu. Ibu mau, kau hanya fokus mengurus ketiga anak Adi beserta rumahnya. Ibu tidak mau melihat rumah Adi berantakan oleh segala macam maianan ketiga anaknya. Kau tahu kan, jika Adi adalah karyawan di salah satu pabrik terbesar di kota ini?" tanyanya. 

Aku hanya mengangguk saja, untuk menjawabnya. 

"Nah, gaji Adi itu besar. Setiap bulan, dia mendapatkan lima juta rupiah. Dari semua itu, setiap bulan, Adi membagi gajinya pada Ibu satu juta rupiah. Untuk adiknya Adi, lima ratus ribu, dan adiknya yang satu lagi lima ratus ribu. Dia harus membantu adiknya karena dulu Ibu menyekolahkan dia sampai dia bisa bekerja dan berada di posisi ini. Sisa uang hanya tiga, juta. Kau bagi untuk keperluan dapur dan keperluan anak-anak. Oh, ya, jangan lupa berikan dulu satu juta untuk biaya transportasi Adi."

Mataku melotot sempurna mendengar rincian calon Ibu mertua. 

"Hanya tersisa dua juta, Bu," ucapku mengingatkan Ibu, agar dia sadar jika uang itu tidak lah cukup untuk keperluan sekeluarga dengan lima orang. 

"Iya. Ibu tau. Makanya, kau bagi-bagi itu untuk keperluan dapur dan sekolah anak-anak. Jika masih kurang, kau masih bisa bekerja untuk membantu keuangan Adi. Gajimu juga besar itu, dua setengah juta. Untuk kedua anakmu, cukup beri lima ratus saja pada Ibumu. Dan sisanya, bisa untuk keperluan rumah tanggamu. Toh, kedua anakmu itu, sepenuhnya masih tanggung jawab Ayahnya, meskipun kalian telah berpisah. Minta saja pada Ayahnya tiap bulan untuk nafkah anaknya. Sedangkan Adi, ketiga anaknya adalah tanggung jawabnya. Jadi, kau harus membantunya," ucap Ibu panjang lebar dengan sangat enteng.

"Pagi kau bisa bangun jam setengah empat pagi, memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah. Pokoknya, jam enam pagi semuanya harus sudah selesai. Jadi, jadi kau bisa mengurus semua keperluan anak Adi untuk bersekolah. Setelah itu, kau antarkan anak-anak sekolah, dan kau bisa bekerja mengantar anak tetanggamu bersekolah dan kau juga masih bisa menerima cucian pakaian." Calon Ibu mertuaku itu juga merinci setiap pekerjaan rumah serta pekerjaanku. 

"Bagaimana, Dit? Kamu setuju dengan Ibuku, kan?" tanya Mas Adi seraya tersenyum.

"Maaf, Mas. Kau ingin mencari istri, atau mencari babu gratisan yang bisa sekalian mencari uang untuk keluargamu?" tanyaku seraya tersenyum sinis. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status