Share

Amarah Renald

Lelaki berpakaian dokter itu pergi meninggalkan kamar ini, dan membiarkanku untuk istirahat. Katanya, aku hanya perlu istirahat beberapa hari saja. Nantinya, dia akan mengirimkan suster untuk menjagaku. Meski di tolak, lelaki itu tidak peduli. 

"Di istana ini, apa semua orangnya aneh?" ocehku, tanpa ingin di jawab oleh siapapun. 

"Non, ini rumah Tuan Renald. Dia pengusaha sukses termuda di Asia dan juga orang terkaya kedua untuk orang seusianya," terang wanita tua di sampingku. Padahal, aku tidak berharap mengetahui hal yang tidak perlu aku ketahui. 

"Bu, aku hanya ingin pulang, itu saja!" keluhku, "katanya enggak miskin, tapi untuk apa dia menahanku?" lanjutku. 

Wanita itu ijin keluar sebentar dan memperingatiku, untuk tidak mencoba kabur karena semua akan sia-sia. 

Mengusir kebosanan, aku berdiri di depan jendela berukuran besar dan daun jendelanya sudah terbuka. Melihat ke bawah, ada Teman-teman yang tertata sangat cantik. 

"Hai!" Melambaikan tangan pada pengurus taman yang kebetulan menatapku., "aw!" pekikku kemudian. 

Bahuku terasa sangat sakit. Terasa urat-uratnya tertarik semua. 

"Toloong!" teriakku sekuat tenaga yang tersisa. 

Tangan ini serasa tidak bisa digerakkan lagi. Namun, menyisakan rasa sakit yang luar biasa. Aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya, menahan rasa sakit. 

"Toloong!" pekikku, yang kedua kalinya. Rasa sakit ini membuat diri terjatuh di lantai. 

Suara langkah kaki tergesa-gesa mendekat, dan terdengar suara Lelaki es itu. Dia terdengar marah, dengan suara basnya dia memanggil anak buahnya. 

"Siapakan mobil sekarang juga!" perintahnya. 

Sebuah tangan kekar melingkar di pundak dan pinggangku, membuat jantung ini berdebar kencang. Aroma maskulin tercium oleh hidungku, membuat rasa malu menghinggap. Ketika tubuhku terangkat, dan berada di dalam pelukannya. 

"Tuan, bisa turunkan saya!"

Renald menatapku tajam, rahangnya terlihat mengeras seperti orang yang sedang menahan amarahnya. 

"Bagaimanapun saya adalah istri orang! Jadi tidak bisa sembarangan di pegang oleh lelaki lain. Tolong turunkan saya, yang sakit adalah tangan saya dan kaki saya bisa di gerakan dengan baik!" ujarku pasti agar tidak ada kesalahan pahaman. 

Aku meronta, sehingga terjatuh dari pegangan kedua tangan kokoh laki-laki yang baru kukenal hari ini. 

Rasa sakit makin terasa dan membuatku kehabisan ingin menjerit. Namun, aku tidak bisa melakukannya karena ini rumah orang lain dan juga aku tidak mengenal mereka. 

Reinald menarik tangan kiriku yang tidak sakit, sehingga aku harus mengikutinya sampai berdiri. Kemudian dia mencengkram bahuku dengan kasar. 

"Apakah aku menjijikkan sehingga kamu tidak mau kugendong?" tanyanya dengan mata melotot ke arahku. 

Aku menelan ludah berkali-kali, takut dia melakukan hal buruk pada diriku. Tidak akan ada yang membantuku, jika dia benar-benar ingin mencelakaiku. 

"Jawab!" pekiknya, tentu saja membuat telingaku pekak. 

"Karena saya muslimah dan saya adalah seorang istri yang harus menjaga kepercayaan suami saya!" ujarku. 

Tangan Renald makin erat mencengkram bahuku, terasa sakit dan tidak berdaya. 

Aku tidak berani lagi menatap matanya yang terlihat memerah, rahangnya yang mengeras, dan juga bibirnya yang bergetar. Renald benar-benar sangat marah padaku, entah karena apa. 

"Siti! Hubungi pengacara dan minta dia mengajukan perceraian untuk wanita ini!" ujarnya lantang dan dia mendorongku dengan sangat kesal. 

Kemudian, dia berbalik menatap ke arah lain. Tidak melihatku yang terjatuh dan bahuku yang membentur kaki sofa. 

Darah segar muncul, dari sela hijab yang kukenakan. Membuat wanita tua itu terlihat panik. Aku sudah tidak berdaya, menahan rasa sakit hati yang terkoyak dan tubuh yang sakit luar biasa. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status