Share

Bab 261

Author: Rina Safitri
Benarkah itu disebut “istirahat”? Bukannya tahanan rumah terselubung?

Sebagai teman, Hana akhirnya menasihati, “Wulan, menurutku sebaiknya kamu hentikan saja hubunganmu dengan sepupuku.”

Ia ingin mengatakan, sepupunya masih peduli ke Puspa. Dari caranya bersikap, ia nggak terlihat seperti pria yang mau cerai. Masa Wulan mau selamanya jadi orang ketiga?

Namun Wulan langsung meninggikan suara, tajam dan keras. “Kenapa aku harus putuskan hubungan? Kak Indra cinta aku! Puspa itu cuma punya gelar istri, tapi di hati Kak Indra, dia bukan siapa-siapa. Cerai itu cuma masalah waktu!”

Hana kaget dengan nada tinggi itu, wajahnya pun langsung mengeras. Wulan marah, kenapa harus bentak dirinya?

Baru setelah emosinya meledak, Wulan sadar dirinya terlalu berlebihan. Ia tahu betul Hana nggak suka dibentak, jadi buru-buru ganti topik.

“Hana, kamu tahu? Wilson dipukuli habis-habisan oleh Kak Indra.”

Perhatian Hana pun sukses teralihkan.

“Kapan? Dan kamu kok bisa tahu?”

Wulan hanya ungkap sebagian, sembu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 262

    Sampai mereka meninggalkan rumah sakit, rasa takut yang mencekik itu masih menempel di hati Puspa, perasaan bahwa seluruh hidupnya digenggam erat oleh Indra.“Bukannya ayahmu baik-baik saja? Kenapa kok kamu nggak senang?”Dalam ruang mobil yang sempit, suara Indra terdengar dingin, seperti bisikan iblis dari neraka. Tubuh Puspa spontan menggigil.Wajahnya kaku, seolah semua jiwa dan semangatnya dicabut habis. Ia nggak jawab, malah balik bertanya lirih, “Memangnya aku boleh merasa senang?”Ya, secara nama ia memang istri Indra. Tapi kenyataannya, ia cuma boneka yang dibeli dan dipajang. Boneka yang nggak boleh punya kesadaran diri. Semua harus berjalan sesuai program yang Indra tentukan. Begitu membangkang, Indra akan bongkar, rakit ulang, lalu masukkan perintah baru.Namun ia bukan boneka. Ia manusia hidup. Mana mungkin ia bisa jadi mesin yang nggak berjiwa?“Boleh, asal kamu nurut, semuanya akan kembali seperti semula. Semua akan normal lagi,” jawab Indra dengan tenang.Puspa tersungg

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 261

    Benarkah itu disebut “istirahat”? Bukannya tahanan rumah terselubung?Sebagai teman, Hana akhirnya menasihati, “Wulan, menurutku sebaiknya kamu hentikan saja hubunganmu dengan sepupuku.”Ia ingin mengatakan, sepupunya masih peduli ke Puspa. Dari caranya bersikap, ia nggak terlihat seperti pria yang mau cerai. Masa Wulan mau selamanya jadi orang ketiga?Namun Wulan langsung meninggikan suara, tajam dan keras. “Kenapa aku harus putuskan hubungan? Kak Indra cinta aku! Puspa itu cuma punya gelar istri, tapi di hati Kak Indra, dia bukan siapa-siapa. Cerai itu cuma masalah waktu!”Hana kaget dengan nada tinggi itu, wajahnya pun langsung mengeras. Wulan marah, kenapa harus bentak dirinya?Baru setelah emosinya meledak, Wulan sadar dirinya terlalu berlebihan. Ia tahu betul Hana nggak suka dibentak, jadi buru-buru ganti topik.“Hana, kamu tahu? Wilson dipukuli habis-habisan oleh Kak Indra.”Perhatian Hana pun sukses teralihkan.“Kapan? Dan kamu kok bisa tahu?”Wulan hanya ungkap sebagian, sembu

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 260

    Indra samar-samar mengerutkan alisnya, sorot matanya seperti sedang menatap seseorang yang tengah sakit jiwa. “Barusan kita hanya makan, makan malam biasa.”Puspa menundukkan mata, menutupi segala riak di hatinya. Ya, bahkan dirinya pun merasa seperti orang gila. Siapa dia sebenarnya? Berani-beraninya mimpi bisa sebanding dengan mantan pacar yang Indra simpan dalam hatinya. Keluar dari restoran, mereka masuk mobil. Namun Indra nggak arahkan setir kembali ke Vila Asri. Indra justru bawa dia ke studio tempat Puspa bekerja. Puspa menatap bangunan yang begitu familiar itu dengan terkejut. Sementara Indra, jemarinya mengetuk ringan setir, suaranya tenang nggak terburu-buru, namun sarat dengan tekanan yang nggak bisa ditolak. “Pergi. Katakan ke mereka, kamu berhenti kerja.”Barulah Puspa mengerti alasan ia dibawa ke sini. Matanya berkaca oleh penghinaan. “Aku nggak mau.”Indra menoleh padanya, sorotnya datar, wajah tanpa emosi. Tenang, tapi kejam. “Kalau kamu ingin tahu apa akibatnya nen

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 259

    Ketika pelayan menanyakan, Puspa terhenti sejenak lalu menjawab dingin, “Ini pertama kalinya aku di sini.”Senyum di wajah pelayan itu mendadak kaku, kekeliruan itu buat dia bingung. Manajer segera datang untuk perbaiki suasana, dia dengan cepat menimpali, “Nona, maaf ya, dia baru masuk kerja, salah orang.” Puspa menahan emosinya, ia tahu betul wanita yang sering dibawa Indra makan berdua, yang dapat perlakuan istimewa seperti itu, pasti Wulan. Wajah Indra tetap tenang. “Tinggalkan menu-nya di sini, kalian keluar saja.”Manajer cepat mengiyakan dan tarik pelayan itu pergi. Indra letakkan menu di hadapannya. “Pilih kamu mau makan apa.”Puspa buka menu dan menatap daftar makanan. Indra hendak mengatakan sesuatu, “Aku dan Wulan datang ke…”Namun Puspa memotongnya dingin, “Belum makan, aku nggak mau kehilangan selera makan.” Dengar itu, Indra mengurungkan kata-katanya.Hidangan mereka seperti dimakan dalam mode sunyi, suasana lebih canggung daripada dua orang asing yang duduk bersebela

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 258

    Di lantai bawah, Endah dengar suara ribut dari atas, alisnya langsung berkerut. Saat lihat Indra turun tangga, pandangannya seketika jatuh ke goresan baru di punggung tangan putranya. Nada suaranya penuh ketidaksenangan. “Di rumah, dia juga sering berulah seperti ini?” Menantu yang dinikahi seharusnya rawat keluarga, bukan malah terus-menerus bertingkah gila! Dengan kondisi mental Puspa seperti itu, bukankah cucunya nanti bisa tumbuh jadi anak yang sakit jiwa? Indra duduk di sofa, menekan pelipis yang berdenyut sakit. “Aku beresin urusanku sendiri. Ibu pulang saja.”Namun Endah tetap nggak beranjak, bibirnya hanya melontarkan kata. “Cerai! Kamu ceraikan dia,” lanjutnya tegas.Ia nggak ingin punya menantu yang setiap saat bisa jatuhkan kehormatan keluarga. Indra angkat kelopak matanya yang berat, suaranya datar. “Aku nggak akan cerai. Jangan sebut-sebut itu lagi.”Endah mengerutkan kening. “Kenapa? Kamu jatuh cinta ke dia?” Selain alasan itu, ia benar-benar nggak temukan jawaban l

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 257

    "Kuberi tahu, jangan mimpi! Ibunya Wilson sampai telepon ke sini, suruh aku jaga menantuku!”Endah nggak pernah merasa jadi bahan aib sebesar itu sebelumnya dan sumber malu itu seorang menantunya yang selama ini ia pandang rendah. Wajah Puspa mendadak memucat, rasa dingin mengalir di seluruh nadinya. Untuk pertama kalinya ia rasakan arti ungkapan: ada hal yang nggak bisa diucapkan. Indra mengerutkan kening, lalu bersuara bela Puspa, “Dia dan Wilson cuma rekan kerja biasa, nggak ada hubungan apa-apa.”Puspa menatap Indra yang berdiri di hadapannya, matanya simpan kebencian sekaligus ejekan. Apa maksudnya ia berlagak seperti pembela itu? Bukankah malu yang kini menimpa Puspa semua bermula dari ulahnya sendiri? Ia melangkah keluar dari balik Indra, berdiri menghadap Endah tanpa sedikit pun rasa hormat yang dulu pernah ada, hanya ketidakpedulian. “Iya, benar. Aku memang wanita murahan, nggak bermoral, nggak bermutu. Jadi cepat suruh anakmu ceraikan aku, atau aku akan selingkuin dia.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status