LOGINSekarang ia akhirnya paham kenapa Puspa nggak mau di sisinya lagi, ia terlalu sering lukai hati wanita itu, buat dia benar-benar kecewa. Kecerobohannya, kelalaiannya, semuanya buat hati Puspa membeku. Semua salahnya. Dan ia terima itu. Ia bahkan bersedia berubah. Asal Puspa mau masih dia satu kesempatan lagi, ia akan jadi suami baik seperti yang selalu diimpikan Puspa. Dan kali ini, ia nggak akan biarkan Puspa terluka lagi, apa pun yang terjadi, ia pasti akan bawa Puspa pulang dengan selamat.Setelah keheningan singkat, suara terengah Kakek Budi terdengar dari telepon. “Puspa sudah lama cerai dari kamu. Dia bukan bagian dari Keluarga Wijaya lagi. Kenapa kepentingan keluarga harus dirugikan oleh orang luar?"Suaranya semakin dingin. “Indra, caramu bertindak benar-benar mengecewakan. Jangan lupa, Keluarga Wijaya bukan cuma punya satu pewaris laki-laki.”Sebuah ancaman yang begitu jelas, jika ia nggak patuh, maka segala yang ia miliki kini akan direnggut kembali.Namun wajah Indra tetap t
Lukas baru sadar putra bungsunya hilang dua jam setelah jam pulang sekolah Leon.Biasanya, anak bungsunya memang nggak selalu pulang tepat waktu, tapi nggak pernah terlambat lebih dari satu jam. Kali ini bukan hanya terlambat, bahkan lebih dari satu jam.Saat istrinya telepon dan katakan kalau putra mereka dibawa pergi oleh Indra, sorot mata Lukas langsung menggelap disertai kerutan.Sinta Haposan, istri Lukas tahu betapa baiknya hubungan Keluarga Wijaya dan Keluarga Darkan dulu. Ia juga tahu retaknya hubungan mereka karena masalah adik iparnya, apalagi ia sering rawat ibu mertuanya yang akhir-akhir ini sering nangis karenanya. Mana mungkin ia nggak tahu?Namun ketika ia telepon putranya, suara yang jawab justru Indra. Seketika hatinya limbung. Saat Indra minta suaminya “tukar orang”, kalau nggak anak mereka nggak akan berakhir baik, dia benar-benar panik sampai gemetar.Tukar orang? Dengan siapa ia nggak ngerti. Yang ia tahu hanya satu, anaknya sedang dalam bahaya.Di telepon, Sinta m
Puspa nggak tahu sudah berapa lama ia dikurung. Satu-satunya yang beri tanda waktu hanyalah celah ventilasi sempit, tempat sinar suram berganti dengan terang, malam berlalu, pagi kembali datang.Pintu besi yang terkunci rapat hanya terbuka sekali. Seseorang letakkan semangkuk air di depan pintu, nggak ada makanan. Dengan tangan dan kaki terikat, jika ia ingin minum, jika ia ingin hidup, ia harus merangkak dan menelungkup seperti seekor anjing untuk menjangkau air itu. Niat untuk menghina dirinya jelas terlihat.Semalaman berlalu, panas di pipinya sudah reda, tetapi luka di dalam mulut akibat benturan masih terasa, nggak berdarah, namun tetap perih.Puspa menggeliat, pelan-pelan duduk, bersandar pada dinding kusam dan kotor. Tatapannya kosong, pikirannya mulai bekerja, siapa yang culik dia?Dalam hidupnya, ia punya dua kemungkinan pelaku: Indra yang terobsesi kurung dia, dan Keluarga Darkan yang ingin balas dendam.Yang pertama Indra sudah ia coret saat ia diculik dengan kasar. Ketika i
Suara Indra sedingin es. “Dia cuma cari kamu saja?”Pelayan itu jawab dengan gugup, “Aku nggak tahu. Selain dia, aku nggak lihat siapa-siapa lagi.”Indra berdiri, siap pergi. Pelayan itu buru-buru panggil, “Hmm, biaya berobatku….”Belum sempat kalimat itu selesai, tatapan tajam dan kejam Indra langsung menerjangnya. Pelayan itu seketika menutup mulutnya, lehernya mengecil, ketakutan jelas tersirat di matanya. Dalam hati ia mendengus, kalau nggak mau bayar ya sudah, kenapa harus takut-takutin orang kayak gitu?Cakra juga ikut mencibir dalam hati, dari mana Puspa temukan orang aneh seperti ini? Sedikit pun nggak peka situasi. Orang kayak gini mana bisa urus sesuatu. Namun setelah dipikir lagi, yah wajar saja. Orang yang direkrut mendadak memang biasanya banyak kekurangan....Di luar rumah sakit, dalam mobil.Indra menatap rekaman dashcam mobil yang diberikan pelayan itu, seluruh proses penculikan Puspa terlihat jelas.Lihat tamparan keras yang diterima Puspa, wajah Indra langsung mengge
Endah merasa hatinya sedikit bergetar ketika lihat tatapan Indra, namun wajahnya tetap tenang. Ia tanya pelan, “Kenapa? Kenapa kok kamu lihat aku seperti itu?”Indra kini curigai semua orang, nggak terkecuali ibunya sendiri.Ia tanya dengan nada datar, “Ibu, apa Ibu lakukan sesuatu di belakangku? Sesuatu yang nggak seharusnya ibu lakukan?”Endah pasang ekspresi terkejut, dan langsung merespons tanpa berbelit, “Kamu bicara apa sih? Masa kamu curiga, Puspa hilang karena Ibu?”Indra meneliti ekspresi wajah ibunya dengan saksama. Namun Endah tetap terlihat begitu tenang.“Di dunia ini, nggak ada yang lebih inginkan kebahagiaanmu dibandingkan Ibu. Ibu tahu kamu peduli ke Puspa. Walaupun Ibu nggak suka dia, Ibu nggak akan lakukan sesuatu yang buat kamu kecewa,” kata Endah.Ketegasan dan ketenangan ibunya buat kecurigaan Indra sedikit mereda.Memang benar, ibunya selalu tempatkan dirinya sebagai yang utama.Kalau bukan ibunya, lalu siapa?Sonya?Itu bahkan lebih nggak mungkin.Saat itu juga,
Kata-katanya bahkan belum sempat keluar, sebuah tamparan keras sudah lebih dulu mendarat di pipinya. Benturan itu begitu kuat hingga buat dia terpana, pipinya panas terbakar, telinganya berdenging hebat.Belum sempat ia kembali sadar, tubuhnya sudah diseret dan didorong kasar ke dalam mobil mereka.Saat itu Puspa benar-benar yakin, orang-orang ini jelas bukan orang yang dikirim Indra. Mungkin terdengar sedikit narsis, tapi kalau mereka benar anak buah Indra mana mungkin ia akan dipukul?Target mereka dari awal memang dirinya. Begitu berhasil tangkap Puspa, mereka nggak tinggal lebih lama. Gerombolan itu langsung mundur serempak, bergerak cepat seperti sudah terbiasa. Sang sopir tergeletak di tanah, kedua matanya memerah akibat pukulan, darah merembes di sudut bibirnya. Ia hanya bisa menatap putus asa ketika lihat Puspa dibawa pergi.Setelah lama terdiam di tanah, akhirnya ia merangkak bangun dengan tubuh yang gemetar.Tersandung-sandung, ia cari HP-nya karena orangnya belum selamat sam







