Share

Bab 85

Auteur: Rina Safitri
"Aku tahu."

Indra mengangguk pelan. Ia tahu semuanya. Cakra telah kasih tahu secara rinci.

Awalnya, saat melihat Puspa selamat tanpa luka serius, Indra benar-benar bersyukur.

Namun ketika tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam kecelakaan itu, gimana ngerinya situasi yang dialami Puspa, hatinya terasa seperti diremas. Ia menyesal.

Ia nggak pernah bayangkan bahwa kejadian itu menyimpan cerita sekelam itu. Tapi wajah Puspa justru makin pucat. Matanya gelap, hambar. Karena setiap tetes simpati dari Indra kini terdengar seperti ejekan.

Kasih sayang yang datang terlambat, tak ada gunanya.

Indra mencoba menenangkan suasana, “Kejadian ini murni nggak disengaja. Ini nggak akan terulang lagi.”

Puspa tersenyum miring. Senyum yang nggak ada manis-manisnya. “Kalau terlalu banyak kebetulan, itu namanya bukan kebetulan. Sama halnya dengan ‘kecelakaan. Kamu jelas tahu siapa yang kau pilih di antara aku dan Wulan.”

Semua ini hanya usaha menyelamatkan harga diri, setelah semuanya terjadi.

Mata Pu
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 224

    Orang yang datang itu nggak lain adalah Jimmy. Dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku, ia melangkah masuk dengan sikap cuek seenaknya, penuh rasa nggak peduli. Kakek Budi langsung mengernyitkan dahi. “Kamu ngapain datang ke sini?”Jimmy menyunggingkan senyum tipis. “Masalah kakak sudah buat gempar di luar. Tentu saja aku harus pulang untuk ‘tunjukkan perhatian’.” Meski bibirnya menyebut kata ‘perhatian’, namun ekspresi wajahnya jelas sekali tunjukkan kalau ia cuma datang untuk nonton keributan. Sifat dan kelakuannya, Kakek Budi mana mungkin nggak tahu? “Ini bukan urusanmu. Pulang saja.” Namun, orang sudah datang, mana mungkin ia mau pergi begitu saja? Tatapannya pun beralih ke Indra dan Puspa. “Kakak, sejak kapan kamu suka main paksa seperti gini? Kakak ipar sudah bilang mau cerai, kamu masih maksa nggak mau lepas. Apa kamu nggak malu? Di mana harga dirimu?”Lalu ia mengalihkan pandangan ke Puspa, seakan makin perkeruh suasana. “Kakak ipar, kalau kamu butuh bantuan, bilang

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 223

    Ruang tamu seketika sunyi senyap. Nggak seorang pun bicara, semua mata hanya terarah padanya. Puspa kembali buka suara lirih tapi tegas, “Aku nggak ingin hidup dengan dia lagi.”Endah segera menekan nada suaranya, penuh teguran, “Puspa, kamu ngomong apa? Jangan sembarangan!”Baru saja sang kakek nutup persoalan ini, mengapa menantunya justru ungkit itu lagi? Sang kakek menarik napas, lalu berkata, “Puspa, Indra sudah jelaskan. Dia dan Wulan nggak ada hubungan apa-apa. Aku akan pastikan perempuan itu dikirim jauh-jauh, nggak akan muncul lagi di depanmu. Suami-istri mana bisa dengan mudah bilang cerai hanya karena satu dua masalah kecil?”“Kakek, mungkin memang dia nggak punya hubungan dengan Wulan, tapi di hatinya, selalu ada kakak Wulan. Aku cuma hancurkan sesuatu yang paling dia sayangi, dan dia hampir cekik aku sampai mati. Aku nggak tahu, mungkin lain waktu kalau nyinggung dia lagi, apa dia akan langsung bunuh aku.” Puspa balas dengan getir.“Omong kosong! Indra bukan orang sekeja

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 222

    “Puspa, ada masalah besar.”Tania mengguncang tubuh Puspa hingga ia terbangun. Puspa yang masih mabuk, berusaha bangun dengan setengah sadar. Matanya hanya setengah terbuka, suara seraknya masih berat karena baru bangun tidur. “Kenapa?” Tania kasih HP-nya ke Puspa. “Kalian masuk berita.”Di posisi teratas trending berita, judul besar mencolok: [Indra Selingkuh Saat Masih Menikah.] Di bawah berita itu, terpampang jelas foto Indra dan Wulan masuk hotel bersama, keluar-masuk komplek berdua. Lebih parah lagi di jam yang sama saat mereka berdua terlihat, media juga pajang foto Puspa yang sedang hadiri acara di Vila Asri. Hanya saja wajahnya dibuat kabur. Puspa menatap semuanya dengan tenang, tanpa ekspresi. “Kenapa kamu sama sekali nggak ada reaksi?” tanya Tania bingung.“Aku yang suruh orang sebarkan itu,” jawab Puspa datar.Tania terdiam.Belum sempat ia tanya lebih jauh, HP Puspa berdering. Tania lihat sekilas, lalu serahkan kembali pada pemiliknya. “Telepon dari Kakek Budi.”Begit

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 221

    Sepanjang jalan, Puspa nggak bicara sepatah kata pun. Ia seperti boneka kayu yang dikendalikan benang, cuma biarkan Tania bawa dia pulang. Begitu sampai di rumah, hal pertama yang dilakukan Tania adalah robek pakaiannya, ingin pastikan apa ada luka atau jejak lain di tubuhnya. Dengan suara serak, Puspa berkata pelan, “Aku nggak diperkosa.”Dengar itu, hati Tania yang tadinya sangat cemas akhirnya sedikit tenang. Nggak salah ia pikir berlebihan, tatapan kosong Puspa yang tanpa harapan itu benar-benar buat dia tampak seperti sudah kehilangan semangat hidup. Tania tanya hati-hati, “Jadi, sebenarnya kenapa?”Alih-alih jawab, Puspa malah balik tanya, “Di rumah ada alkohol nggak?”"Bir, mau nggak?"Puspa mengangguk. Begitu botol bir dibawakan, ia langsung buka botol itu dengan tangan gemetar, meneguk setengah botol sekaligus. Terlalu cepat. Cairan memicu rasa perih di tenggorokannya hingga ia tersedak hebat. “Uhuk…uhuk…” Bir muncrat keluar, basahi bajunya. Tania cepat-cepat ambil tisu,

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 220

    Cakra menatap Puspa yang wajahnya sudah biru keunguan, nyaris tercekik. Kepalanya semakin sakit. Lihat bosnya yang kehilangan kendali, ia benar-benar takut akan ada tragedi. “Bos, lepaskan! Nyonya nggak bisa napas lagi!” Dengan nekat, meski sadar bisa saja kena pukul, Cakra beranikan diri maju untuk melerai. Namun Indra hanya mengibaskannya dengan kasar, seolah lempar sampah. Tubuh Puspa terhempas, jatuh ke tanah seperti layang-layang yang putus benangnya. Meski hanya lihat, Cakra pun merasa ngilu. Puspa terbaring di lantai, terbatuk hebat. Kulit lehernya merah menyala. Ia mendongakkan kepala, senyumnya masih bertahan di wajah yang pucat. “Kamu sama sekali nggak penasaran, kenapa aku bisa nemukan tempat ini?” Sambil berkata begitu, matanya melirik ke arah Wulan. Jantung gadis itu seketika berdebar kencang. Puspa lanjutkan, seolah jawab pertanyaan untuk dirinya sendiri, “Tentu saja, semua ini berkat adikmu yang baik hati. Kalau bukan karena dia, aku nggak akan tahu tentang ‘markas

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 219

    “Sonya, adikmu bilang kamu sudah meninggal. Tapi aku nggak percaya, pasti dia bohong ke aku.”"Ini salahku, aku kehilangan kamu."“Aku akhirnya nikah, tapi dengan wanita yang aku sama sekali nggak cinta.”“Kamu pernah bilang, setelah nikah mau punya dua anak. Karena kamu nggak bisa wujudkan itu, maka aku yang akan gantikan kamu wujudkan itu.”Mata Puspa memerah, air mata membanjiri pandangan hingga kabur. “Aku sangat kangen kamu.”Baca sampai sini, Puspa nggak sanggup lagi intip lebih jauh. Dengan gerakan keras, ia nutup buku harian itu. Seluruh tubuhnya gemetar hebat. Butiran air mata sebesar kacang hijau menetes satu per satu, jatuh basahi karpet, lenyap tanpa suara. Ia menangis terisak, namun nggak ada suara sedikit pun. Perlahan berdiri, Puspa menatap sekeliling. Setiap sudut ruangan ini jelas ditata penuh perhatian. Bisa dilihat betapa banyak tenaga dan hati yang Indra curahkan di sini. Ia tiba-tiba teringat ke Vila Asri, tempat yang katanya adalah rumah pernikahan mereka. Tap

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status