Erlangga dan Elena pun kembali menikmati kebersamaan mereka hingga petang dan Erlangga kembali mengirimkan hasil rekaman tersebut ketika Elena tengah membersihkan dirinya. Setelah puas dengan aksinya, ia pun keluar dari dalam kamar menemui Dadang yang sedang bersiap-siap membuat api unggun. Terlebih cuacanya begitu cerah.“Mang, apa mami dan papi sering ke Vila ini?” tanya Erlangga saat menemui penjaga Vila itu di bagian teras Vila.“Beberapa kali Nyonya dan Tuan besar juga Tuan muda kemari waktu renovasi,” tuturnya langsung berdiri dan mempersilakan Erlangga untuk duduk di kursi kayu depan teras.“Tuan muda siapa?” tanya Erlangga penasaran seraya mengernyitkan dahinya.Dadang yang bingung dengan pertanyaan Erlangga justru balik bertanya pada lelaki tersebut, “Maaf Tuan Erlangga, bukannya yang beberapa kali Jitu anaknya Tuan sendiri?” “Siapa?” tanya Erlangga yang telah cukup lama mengeluarkan nama Sakti dalam hati dan pikirannya.“Kalau nggak salah namanya Tuan Sakti. Kata Nyon
Erlangga dan Elena tampak menghabiskan waktu dengan bersama-sama mengelilingi api unggun. Sikap dan sifat Erlangga yang ramah mulai terlihat saat ia ikut membakar ayam dan Elena tengah ikut membakar jagung.“Ayo sini Ceu Emi ikut bakar jagungnya,” ajak Elena.Sedangkan ketiga lelaki, Dadang, Imam dan Erlangga membakar daging ayamnya. Dadang sengaja membawakan dua kursi rotan untuk diletakkan persis satu langkah dari api unggun dengan tujuan agar saat Erlangga dan Elena lelah, mereka bisa duduk di kursi rotan. “Er..., Jagung bakar punya kamu, pedes apa nggak?” tanya Elena mendekati tempat pembakaran ayam.“Dikit aja pedasnya, Lena. Ini ayam bakar kamu, gosong apa nggak? Hehehehehe...,” tawa Erlangga menggoda.“Awas aja kalau gosong, aku denda,” senyum Elena saat Erlangga menggodanya.Setelah matang, Emi membawa ayam bakar dan jagung bakarnya ke dalam Vila dan diletakkan pada meja makan di dalam Vila.Erlangga dan Elena yang masih berada diluar pun, kian merasakan hawa dingin at
Herlambang yang membawa Elena masuk ke dalam kamar, langsung merebahkan tubuh wanita cantik yang kian bertambah cantik seiring dengan kedewasaan dirinya dan pintarnya ia merawat diri. Setelah itu, Herlambang kembali ke ruang santai dengan membawa selimut tebal dan menyelimuti Erlangga yang tampak kacau berbaring pada permadani yang cukup tebal dengan pemanas di ruangan itu.Herlambang juga memunguti pakaian Elena yang berceceran di atas permadani dan membawanya ke dalam kamar. Sesampai di kamar, Herlambang yang masih berpakaian lengkap hanya mondar-mandir seraya memandang keindahan bentuk tubuh Elena dengan. Jakun yang turun naik. Bahkan, batang kelelakiannya pun telah pula berdiri tegak.Didekatinya tubuh nan elok wanita cantik yang telah membuatnya kecanduan. Teringat masa-masa gila kala mereka melakukan kenikmatan di lantai 14. Hasratnya seketika timbul. Matanya jelalatan memandang bentuk ternikmat yang sangat dirindukannya.Dengan napas menderu, dicium dengan lembut dan sangat
Sesampai di dalam kamar, Elena hanya bisa menangis sembari memegang perutnya. Ia benar-benar sangat terpukul dengan perilaku Herlambang yang dengan sengaja masuk dan tidur di sebelahnya.Dengan terus memegang perutnya Elena menangis dan berdialog pada calon bayinya, “Dek, maafkan mama..., Sekarang papa nggak akan kembali lagi sama kita..., hikss..., Maafkan mama, sayang. Mama terlalu banyak kesalahan sama papa. Mama menyesal, maafkan mama, sayang..., hikss...”Atas rasa sedih dan sesalnya Elena terus berdialog pada jabang bayi yang dikandungnya. Keinginan besarnya untuk tidak bercerai dan kembali pada Erlangga semata karena ia ingin darah daging Erlangga, yang dikandungnya saat ini kelak akan mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sendiri.Namun saat semua harapannya hancur, Elena yang bersikeras untuk kembali pada Erlangga akhirnya mencoba untuk menghubungi lelaki muda nan tampan itu. Tetapi, panggilannya di reject oleh Erlangga.Setelah itu, Elena pun mengirimkan pesan pada Erlan
Bella yang hatinya tengah bergembira pun melangkah ringan memasuki lift untuk menuju ke apartemen lelaki yang dicintai dengan membawa tas kanvas berisikan makanan kesukaan Erlangga dan dirinya.Sesampai di depan pintu kamar apartemen Erlangga, wanita cantik yang tergila-gila dan sangat terobsesi pada Erlangga itu pun memanggil nama Erlangga tanpa mengetuk pintu kamar apartemen lelaki itu dengan suara manjanya.“Er..., Erlangga..., Buka pintunya...,” panggil Bella tanpa mengetuk pintu.Berulang kali Bella memanggil nama pemuda tampan itu, namun tidak ada sahutan dari dalam apartemen, hingga membuat penghuni apartemen disebelah kamar Erlangga yang kebetulan keluar kamar menasihati Bella.“Mbak, diketukan aja pintunya. Mungkin orangnya mandi atau ketiduran,” ucap seorang wanita seumuran Bella.Mendengar ucapan wanita tetangga sebelah apartemen Erlangga membuat raut wajah Bella yang manis menjadi jutek dan menimpali omongan wanita yang sambil lalu melewati dirinya saat berada di depa
Usai makan, Elena pun masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri. Sementara, Herlambang tengah meminta pada Dadang untuk mencari mobil yang bisa disewa dan mengantar mereka pulang ke Jakarta.“Dadang, coba kamu cari tempat persewaan mobil yang ada sopirnya, biar bisa antar ke Jakarta. Kalau ada, cari mobil sekelas Rubicon, Pajero dan Alphard. Kalau nggak ada ya, di bawah itu juga boleh,” perintah Herlambang.“Baik Tuan besar,” ucap Dadang keluar Vila.Setelah itu, Herlambang menemui Emi yang sedang membuat keredok pesanan Elena.“Emi, apa pesanan Elena sudah selesai?” tanya Herlambang.“Sudah selesai, Tuan,” ucapnya.“Apa ada stroberi yang bisa dipetik?” tanya Herlambang.“Ada Tuan, apa saya petik sekarang?” tanya Emi kembali.“Ya, kamu petik, cari yang bagus-bagus,” titah Herlambang.Emi pun menganggukkan kepalanya dan berlalu dari hadapan Herlambang, menuju kebon stroberi yang berada di sebelah Vila tersebut. Setelah itu, Herlambang pun masuk ke dalam kamar untuk mengajak El
Elena dan Herlambang pulang ke Jakarta dengan menggunakan mobil Alphard yang disewa bersama sopirnya. Selama dalam perjalanan pulang ke Jakarta, Elena banyak bercerita tentang penyakit mamanya yang kambuh-kambuhan karena usia dan tentang Setya yang ingin masuk polisi dengan mengikuti rentetan latihan fisik.Elena yang awalnya mengambil jarak dengan Herlambang, kini tampak telah memberikan ruang pada lelaki dewasa nan tampan itu untuk semakin mendekatinya, sejak kejadian di dalam kamar mandi hari ini dan tampak hubungan mereka telah mencair kembali.“Gimana kabar mama? Sudah lama sejak kejadian waktu itu, aku merasa nggak enak untuk mampir ke rumah mama,” tutur Herlambang dengan tangan merangkul tubuh Elena.“Mama masih terus terapi. Mungkin karena udah bertambah tua, makanya mama dinyatakan sakit diabetes. Sekarang ini mama tambah kurus,” jawab Elena menoleh ke wajah Herlambang yang berada disisi kirinya.“Kapan-kapan aku akan bertemu mama, bolehkan?” tanya Herlambang mengecup dah
Erlangga yang saat ini sedang bersama Bella pun, akhirnya menghubungi Tiara yang telah berkali-kali menghubungi dirinya.“Ada apa Mii?” tanya Erlangga saat ia menghubungi Tiara dengan mengelus punggung Bella yang tertidur pulas dalam keadaan tanpa busana.“Ada apa? Justru Mami yang mau tanya sama kamu! Ada apa sebenernya? Kata Imam kamu balik ke Apartemen tanpa Elena,” tanya Tiara dengan intonasi meninggi.Sejenak Erlangga dan Tiara terdiam. Lalu Erlangga pun menjawab semua pertanyaan Tiara secara rinci.“Semua yang terjadi saat ini adalah salah Mami! Dan Mami juga ngasih jal...”“Wait! Tunggu...!” potong Tiara atas kesalahan yang dilimpahkan Erlangga padanya.“Mami nggak merasa, kalau sejak awal kesalahan Mami?” tanya Erlangga dengan intonasi mengejek.“Er, memang untuk peristiwa pertama salah Mami, dan Mami juga udah minta maaf. Masalah kesalahan ke dua itu, jangan salahkan Mami. Semua itu karena papimu yang terus membujuk Elena untuk mau menikah sama dia,” bantah Tiara atas