Ternyata Suamiku Dua Orang

Ternyata Suamiku Dua Orang

Oleh:  Ihataara  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
14Bab
387Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Alice terpaksa harus menikah kontrak dengan Dante, sepupu dari kekasihnya karena ingin membebaskan ayahnya dari penjara. Siapa sangka, ternyata pernikahan itu adalah malapetaka bagi Alice karena Dante adalah pria kejam dan arogan! Namun, sebuah kejadian tak terduga membuat Alice menemukan fakta bahwa dia bukan hanya menikah dengan satu pria ... tapi dua!?

Lihat lebih banyak
Ternyata Suamiku Dua Orang Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ihataara
Selamat datang di cerita saya... diharap bintang lima dan review nya. Kalian para pembaca adalah ratu dan raja bagi Author. Jangan lupa dukungannyaaaaa......
2024-03-21 14:10:27
0
default avatar
Inatus Zehro
ditunggu kak kelanjutannya. Jangan lama2 ya. capek nunggu hahaha
2024-03-11 16:39:23
2
user avatar
Liya Mardina
seru ... lanjutkan Thor ....
2024-03-01 15:20:56
2
14 Bab
1 - Kepergok Suami
"Berani-beraninya kamu mencuri istriku di malam pertama pernikahanku!"Suara itu samar-samar terdengar di telingaku namun aku mengabaikannya.Bug.Tiba-tiba aku merasakan pergerakan di ranjang dan suara pukulan. Dengan cepat aku segera membuka mataku dan terperanjat saat melihat wajah Hans –kekasihku, yang sudah lebam.Jantungku berdetak kencang saat melihat Dante, suami kontrakku, berada tepat di hadapanku dengan wajah memerah dan mata yang terlihat siap membunuhku sekarang juga.Kenapa dia bisa ada di sini? Kenapa dia terlihat sangat marah? Bukankah kita menikah hanya karena kontrak saja?Sebelumnya kita sudah sepakat untuk hidup masing-masing setelah menikah. Lalu kenapa sekarang dia seperti ini?Mata Dante teralih ke arah Hans dan dia mengangkat tinggi tangannya siap melayangkan satu pukulan lagi ke arah Hans.Melihat itu tentu aku tak bisa tinggal diam. Dengan cepat aku beranjak dari ranjang lalu berlari ke hadapan Hans dan merentangkan kedua tanganku.“Berhenti, Dante! Jangan lu
Baca selengkapnya
2 - Kamu adalah Iblis
“Alice! Kamu sudah bangun!?” Suara seorang pria yang menerobos pintu kamar tiba-tiba mengejutkanku. Dante, dengan wajah dinginnya, membawa nampan berisikan roti dengan selai strawberry serta susu yang merupakan menu favoritku tiap pagi.Apalagi yang akan dia lakukan?Dante berjalan ke arahku dan menyodorkan piring berisikan roti ke hadapanku. Entah mengapa, sikap baiknya seperti ini justru membuatku khawatir. Pria itu sama sekali tak pernah berbuat baik kepadaku. Merasa kesal karena tidak bisa menebak apapun di kepalaku, aku menghempaskan piring yang disodorkan Dante hingga piringnya pecah berserakan di lantai. “Aku tidak butuh makan,” ucapku membuang muka.Namun, tak lama setelah suara piring yang kuhempas, bunyi pecahan kembali terdengar di telingaku.Prang!Suara vas bunga yang pecahannya sudah tergeletak di lantai membuat pundakku bergetar. Siapa lagi kalau bukan Dante pelakunya?Matanya memerah dan menatap tajam ke arahku. Dia sangat marah sekarang. Namun aku benar-benar tak p
Baca selengkapnya
3 - Sandiwara
“Mengapa kamu berubah drastis dan memilih melayaniku?” tanya Dante saat aku mengantarkan makan malam untuknya. Dia menatapku dengan penuh selidik seolah mencari jawaban melalui gerak gerikku.Memang benar, sejak aku menyaksikan sendiri dengan mataku bagaimana jasad ayahku diambil, dan dibawa entah kemana, duniaku seakan runtuh. Detik itu juga, aku mulai memiliki keinginan untuk menghabisi Dante dan juga orang-orang yang telah membuat hidup keluargaku sengsara dengan tanganku sendiri. Aku memutuskan untuk mengikuti semua perintah Dante, tak peduli tentang betapa arogan dan buruk emosi pria itu. Aku tetap berlutut di hadapannya demi mendapatkan kepercayaan dari Dante. “Sekarang aku tidak memiliki sandaran lagi. Aku juga tidak memiliki pekerjaan dan semua keluargaku sudah meninggal. Jadi aku akan melakukan yang terbaik agar kamu tidak mengusirku saat kamu bosan dengan keberadaanku, aku melakukan ini hanya untuk bertahan hidup,” jawabku menunduk.“Benarkah? Bukannya karena kamu menyimpa
Baca selengkapnya
4 - Menemukan Kelemahan Dante
Tiba-tiba Dante kembali menarik kepalaku dan menciumku lagi namun kali ini dengan cara yang lebih rakus. Aku memukul-mukul dadanya mencoba melepaskan diri. Aku tak ingin diriku terlihat sedang melakukan hal tak senonoh ini di depan Hans. “Dante lepaskan!” ucapku di sela-sela ciuman.Bukannya melepaskan, Dante justru memperdalam ciumannya dan berbisik ke telingaku.“Kamu sudah berjanji akan putus hubungan dengannya. Lalu kamu juga berkata akan memutuskannya dengan cara yang kejam. Sekarang aku akan membantumu,” bisiknya lalu kembali menciumku.Aku terdiam dan membiarkan Dante menciumku tanpa balasan.Dante benar, aku tidak perlu menjelaskan apapun kepada Hans. Justru cara ini akan membuat Hans bisa melupakanku dengan mudah karena menjadikanku sebagai orang jahat di pikirannya.Menyadari hal itu, aku membalas ciuman Dante dan dapat dirasakan bahwa Dante tersenyum dibalik ciuman yang dilakukannya.‘Maafkan aku Hans. Aku harus melakukannya agar kamu tidak perlu pergi ke neraka ini bersa
Baca selengkapnya
5 - Pria yang sempurna
“Ah!”Aku meringis kesakitan kala Daren memijat kakiku yang terkilir karena terjatuh dari atap. Meskipun pria itu menyentuhku dengan lembut, tetap saja, kakiku terasa nyeri.“Bisakah kamu melakukannya dengan lebih lembut lagi?” tanyaku setengah memohon.Daren tersenyum mendengar permintaanku. Seketika, aku terdiam, karena aku hampir tak pernak melihat senyuman di wajah suamiku sendiri. Senyum tulus yang menggemaskan, bukan seringai yang membuatku bergidik ngeri. “Kali ini akan lebih sakit dari yang tadi, tapi setelah ini kakimu akan sembuh, bersiaplah,” tutur Daren memegang pergelangan kakiku dan membuatku seketika menahan nafas.Daren kembali terkekeh, “Jangan tegang, ini tidak terlalu sakit. Kalau kamu takut, pejamkan saja matamu dan serahkan sisanya padaku,” tutur Daren yang dengan cepat kuturuti.Aku dengan cepat menutup mataku dan mencoba menggigit tanganku sendiri ketika Daren mulai menggerakkan kakiku.“Argh!”Aku berteriak dengan sangat nyaring karena kakiku terasa dipatahkan
Baca selengkapnya
6 - Mencari Petunjuk
Setelah tidak sengaja bertemu dengan bibi pelayan pada akhirnya aku diminta untuk kembali ke kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun bahkan tanpa berpamitan kepada Daren. Kalau dipikir-pikir, aku bisa mati kalau bibi pelayan itu melaporkan semuanya kepada Dante.Aku pun berjalan keluar kamar. Mataku menyapu seluruh ruangan mencari keberadaan Dante ataupun bibi pelayan. Aku melihat keduanya sedang berbicara serius di ruang tamu, sampai sang pelayan mengeryitkan dahinya. Dengan hati-hati, aku bersembunyi, berusaha melebarkan telingaku untuk mendengar inti pembicaraan mereka.“Tuan Dante, tapi Nona Alice–” Sial! Manikku dan juga sang pelayan bertemu, membuat pelayan itu tiba-tiba menghentikan pembicaraannya dan terdiam. Spontan, detak jantungku meningkat. Aku merasa panik, takut jika emosi Dante kembali membuncah dan melepaskan amarahnya padaku.Namun, aku tetap berusaha fokus. Kuarahkan mataku pada pergelangan tangan Dante yang sedang memegang ponsel. Ada gelang yang sama dengan m
Baca selengkapnya
7 - Perihal Tanda Lahir
Karena terlalu panik aku melupakan waktu terbaikku untuk melihat tanda lahir di dada Dante. Aku menarik tanganku dari dada bidang Dante dan sekarang semuanya terlambat karena Dante menjauhkan dirinya dariku.“Aku beri waktu 10 detik, kalau kamu pergi dari sini, aku tidak akan menganggapmu ingin memintaku memuaskan hasratmu dan kalau kalau kamu tidak pergi, aku akan menganggap dirimulah yang memintaku untuk bertindak lebih,” ujar Dante berkacak pinggang seraya mengibas-ngibaskan rambut basahnya dengan satu tangannya.Mendengar itu aku segera mengambil langkah cepat untuk keluar dari kamar mandi. Namun Dante menghitungnya dengan sangat cepat. Aku yakin dia hanya membutuhkan waktu dua detik untuk menghitung sampai sepuluh saking cepatnya dia menghitung.Bahkan aku baru saja mengambil dua langkah kaki dan baru saja memutar knop pintu yang ternyata dikunci sehingga memperlambat langkahku untuk keluar.Kapan ini dikunci?Brak.Sebuah tangan menghalangi pintu untuk dibuka.“Mampus,” gumamku m
Baca selengkapnya
8 - Mencari Kepastian
Cahaya matahari mulai menembus tirai putih di kamar Dante dan sangat menyilaukan hingga membuat mataku tergerak untuk terbuka.Siapa sangka aku juga ikut tertidur di kamar Dante.Aku menunduk melihat Dante yang masih tidur di pangkuanku.Sungguh lututku keram karena semalaman dengan posisi duduk sambil memangku Dante.Di waktu singkat yang tersisa ini aku memandangi wajah Dante yang tidur terlentang di pangkuanku.Bulu matanya panjang, tebal dan lurus. Bibirnya merah ranum, rahangnya yang tegas, hidungnya yang mancung. Semuanya tampak sempurna di wajah Dante.Tanpa sadar aku tersenyum memandangi wajah Dante. Siapa sangka wajah sebaik ini ternyata adalah sosok yang kejam dan tak bisa ditebak.Jika hanya melihat wajahnya saja, semua orang pasti tertipu.Ting ting.Suara alarm dari gawai Dante berdenting membuatku tersadar untuk cepat pergi dari kamar Dante atau nanti Dante mungkin saja marah besar ketika melihatku ada di kamarnya.Dante menggeliat dan pada saat itu aku mengangkat kepal
Baca selengkapnya
9 - Menunjukkan hal baik kepada Dante
“Selamat datang Tuan Dante yang tampan dan tak ada duanya di rumah ini,” ucapku menyambut kedatangan Dante yang baru saja datang dari kantor dengan ekspresi datar andalannya.Aku memamerkan senyum selebar lautan dan menyambut Dante sehangat mungkin.Namun bisa dilihat Dante melengos membuang muka.Dia tidak terlalu merespon sambutan dariku.Mungkin dia lelah.Tidak apa, aku tidak akan menyerah untuk menunjukkan hal baik kepadanya.Aku pun segera mengambilkan sandal bersih untuk Dante dan meletakkannya di depan kaki Dante.“Kamu aneh, sejak kapan kamu mau melakukan hal rendahan seperti ini?” tanya Dante yang tak butuh jawaban karena Dante langsung mengenakan sandal tersebut dan melenggang menjauh meninggalkanku yang masih di tempat dengan penuh tanda tanya.Ada apa dengan pola pikir Dante.Bisa-bisanya perhatianku ternyata Dante anggap sebagai hal rendahan.Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Sekarang bukan waktunya aku memikirkan sesuatu yang tidak-tidak.Aku harus mengambil langkah se
Baca selengkapnya
10 - Ulang tahunku
Setelah mendapat persetujuan dari Dante untuk menunjukkan bahwa masih ada banyak hal baik di dunia ini. Aku sangat bersemangat untuk menyambut kedatangan Dante dari kantor. Apalagi hari ini adalah ulang tahunku. Aku semakin bersemangat untuk membuatkan makanan enak untuk Dante. Seharian aku gunakan untuk menyiapkan makanan untuk Dante sampai tiba waktunya Dante datang saat menjelang malam.Dengan cepat aku bergegas ke pintu depan untuk menyambut kedatangan Dante serta tak lupa mengambilkan sandal bersih untuk Dante.Tak lupa pula aku menarik kedua ujung bibirku ke atas untuk menyunggingkan senyum saat Dante membuka pintu nanti.Klek.Dante membuka pintu dan menatapku sejenak sebelum akhirnya melepas sepatunya dan menggantinya dengan sandal bersih yang aku siapkan.Bisa dilihat Dante menyunggingkan sedikit senyuman yang sangat tipis nyaris tak terlihat.Ahhh senangnya.Dengan sumringah aku menoleh ke arah bibi pelayan yang ikut menyambut kedatangan Dante bersamaku, “Bibi, bibi barusa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status