Alice terpaksa harus menikah kontrak dengan Dante, sepupu dari kekasihnya karena ingin membebaskan ayahnya dari penjara. Siapa sangka, ternyata pernikahan itu adalah malapetaka bagi Alice karena Dante adalah pria kejam dan arogan! Namun, sebuah kejadian tak terduga membuat Alice menemukan fakta bahwa dia bukan hanya menikah dengan satu pria ... tapi dua!?
Lihat lebih banyak"Berani-beraninya kamu mencuri istriku di malam pertama pernikahanku!"
Suara itu samar-samar terdengar di telingaku namun aku mengabaikannya.
Bug.
Tiba-tiba aku merasakan pergerakan di ranjang dan suara pukulan. Dengan cepat aku segera membuka mataku dan terperanjat saat melihat wajah Hans –kekasihku, yang sudah lebam.
Jantungku berdetak kencang saat melihat Dante, suami kontrakku, berada tepat di hadapanku dengan wajah memerah dan mata yang terlihat siap membunuhku sekarang juga.
Kenapa dia bisa ada di sini? Kenapa dia terlihat sangat marah? Bukankah kita menikah hanya karena kontrak saja?
Sebelumnya kita sudah sepakat untuk hidup masing-masing setelah menikah. Lalu kenapa sekarang dia seperti ini?
Mata Dante teralih ke arah Hans dan dia mengangkat tinggi tangannya siap melayangkan satu pukulan lagi ke arah Hans.
Melihat itu tentu aku tak bisa tinggal diam. Dengan cepat aku beranjak dari ranjang lalu berlari ke hadapan Hans dan merentangkan kedua tanganku.
“Berhenti, Dante! Jangan lukai dia!” ucapku menatap Dante tajam.
Mata Dante teralih ke arahku. Dia menatapku tajam dan mengambil langkah mendekatiku.
Refleks kakiku melangkah mundur melihat ekspresi menyeramkan Dante. Terlihat Dante menggertakkan gigi dengan tatapan tajam layaknya laser yang akan menembus tubuhku.
“Jangan lukai dia, katamu? Aku ini suami sahmu, Alice,” ucap Dante, dengan manik yang mulai melemah.
Meskipun Dante tak terlihat tegang seperti sebelumnya, tak bisa dipungkiri, bahwa aku tetap merasa takut, terutama setelah melihat apa yang baru saja dilakukannya pada Hans.
“Tapi, ki-kita hanya menikah kontrak,” ucapku tergagap karena gugup sekaligus gemetar.
Mendengar jawabanku, aku bisa melihat pria itu menyeringai, sebelum manik coklatnya kembali menatapku dengan tajam.
“Kontrak pernikahan kita tak membolehkan kamu untuk memiliki hubungan spesial dengan pria lain, Alice, apakah kamu lupa?” tanya Dante, tersenyum mengejek ke arahku.
Jujur saja, aku sama sekali tidak sadar. Bahkan, aku sangat yakin bagian itu tidak ada dalam kontrak yang aku tanda tangani. Namun, melihat kondisi suami kontrakku sekarang, aku tidak cukup berani untuk melawannya.
Bugh!
Belum sempat aku menjawab pertanyaan Dante, sebuah suara pukulan kembali mengejutkanku.
Aku mendongak dan melihat Hans melayangkan satu pukulan pada wajah Dante.
“Dasar pria gila!” bentak Hans.
Tak bisa dihindari, perkelahian antara mereka pun terjadi. Sedangkan aku, jujur saja kakiku terasa ngilu dan tidak mampu menopang tubuhku.
“Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Dante?” tanyaku mencoba memberanikan diri.
Dante menghentikan serangannya pada Hans dan memberi kode kepada dua anak buahnya untuk menahan Hans. Dia bahkan membawa anak buah kemari. Sebenarnya untuk apa?
Mendengar pertanyaanku, Dante menyeringai dan berkacak pinggang. Dia berjalan ke arahku sementara kakiku terasa berat dan aku berakhir duduk di lantai.
Dante menertawakanku melihat ekspresi ketakutanku. Namun, bukannya pria itu menjawab pertanyaanku, Dante justru semakin memperpendek jarak antara wajahnya dengan wajahku.
Hingga tiba-tiba … bibir hangat Dante menyentuh bibirku dan itu terjadi dengan waktu yang sangat singkat.
“Apa yang kamu–”
Seketika mataku terbelalak dan degup jantungku berdetak kencang. Bukannya menjauh, Dante justru semakin menghisap bibirku lebih kuat.
Tak bisa melawan, aku pun mengarahkan pandanganku ke arah Hans. Wajah pria itu memerah, dengan napas yang terus memburu. Aku tahu, Hans pasti marah.
Hans yang melihat apa yang dilakukan Dante memberontak dan mencoba melepaskan diri. Namun anak buah Dante justru memukulnya.
“Ayo pulang, karena kamu tak bisa pergi dariku, Alice,” ucap Dante meraih pergelangan tanganku dan menariknya.
Akal sehatku masih berfungsi. Jadi aku menghempaskan tangan Dante dan berlari ke arah anak buah Dante untuk menghentikan penyerangan pada Hans.
Aku menarik lengan salah satu anak buah Dante agar dia berhenti melayangkan pukulan kepada Hans namun sayangnya satu hempasan darinya membuatku terjerembab ke lantai.
Sudut mataku melihat Dante yang berjalan mendekatiku.
Tak ingin pria itu kembali melakukan hal aneh padaku, aku pun tergerak untuk berlari ke arah balkon.
“Menjauh dariku, Dante! Jika kamu memang menginginkanku, berhentilah bersikap posesif dan menakutkan seperti ini!” ucapku, memutar tubuhku hingga bagian belakang tubuhku bersentuhan dengan dinginnya besi balkon.
Namun Dante masih tetap melangkah mendekat ke arahku tanpa peduli apapun.
“Dante, aku mohon, lepaskan Hans. Dia tidak memiliki niat buruk,” mohonku.
“Aku hanya memberinya pelajaran,” jawab Dante tanpa ekspresi.
Aku menunduk, seketika, pikiranku melayang ke kejadian-kejadian sebelum aku berada di genggaman Dante, pria posesif, arogan, dan juga kejam.
Pernikahan kontrak dengan iblis bernama Dante itu terjadi demi membebaskan ayahku yang masuk penjara karena fitnah. Bahkan, aku baru sadar, bahwa suami kontrakku, adalah sepupu dari Hans, kekasihku.
“Alice!” Teriakan dari Hans, seketika membuyarkanku dari lamunan. Karena terkejut, aku tak sadar dengan lantai balkon yang licin, sehingga aku tergelincir ke belakang.
“Alice!” Teriangan Dante adalah hal terakhir yang kudengar, bersamaan dengan suara angin yang memenuhi telingaku.
**
“Argh!”
Aku terduduk dengan nafas tersengal-sengal. Aku meraba tubuhku dan sepertinya aku masih hidup, karena hal terakhir yang aku ingat adalah aku jatuh dari balkon lantai tiga tempat aku bertemu dengan kekasihku, Hans.
‘Minumlah ini, Nona.”
Aku menoleh ke arah sumber suara dan ada perempuan paruh baya di sampingku.
Perempuan paruh baya itu menyodorkan sendok berisi cairan hitam ke arahku.
“Apa yang terjadi?” tanyaku sembari mencoba meraih cairan tersebut, sebelum perempuan paruh baya tersebut langsung memasukkannya ke dalam mulutku, dan memaksaku menelan cairan pahit tersebut.
“Nona terjatuh ke kolam yang cukup dalam, untungnya, kembaran Tuan Daren, Tuan Dante, menyelamatkan Nona sebelum kehilangan kesadaran.”
‘Daren? Kembaran Dante? Sejak kapan pria itu memiliki kembaran bernama Daren?’
“Terima kasih.”Mendengar pernyataan itu keluar dari mulut Dante. Aku merasa tubuhku seakan dihantam palu saking terkejutnya.Aku melepaskan pelukanku dari tubuh Dante dan aku bisa melihat dari belakang bahwa Dante mengusap air matanya.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Dante berdiri terlihat akan meninggalkanku.Namun siapa sangka tampaknya Dante tak sanggup menopang tubuhnya sendiri.Dante sempoyongan dan dengan segera aku meraih bahu Dante untuk menangkapnya.Bukannya berhasil. Dante justru berbalik dan aku tak sanggup menahan tubuhnya yang jauh lebih besar dariku.Ah aku memang terlalu percaya diri untuk menangkapnya.Aku pun berakhir berada di bawah Dante. Untungnya Dante masih menopang dirinya dengan kedua tangannya.Dia menyunggingkan senyum, ini senyuman yang kulihat di wajah Daren.“Kamu mencoba menangkapku dengan tubuh kecilmu itu?” ejeknya kemudian.Ah aku tidak jadi memuji senyumnya.Aku memalingkan wajahku dan mendengus kesal.Dante menyingkir dari atasku dan berbaring
Setelah aku memastikan bahwa Daren hanya menyisakan pakaian saja di kamar hotel ini, aku keluar.Ternyata sudah ada orang suruhan Dante yang menungguku di depan hotel.Tanpa harus bertanya atau permisi mereka segera membawaku ke dalam mobil dan kembali ke tengah hutan rumah Dante.Aku melihat arah perjalanan ke rumah Dante dan itu benar-benar menyeramkan. Semuanya hutan rimbun dan bahkan ada banyak hewan buas yang berkeliaran.Pantas saja Dante memiliki pagar yang cukup tinggi. Kalau tidak, mungkin dia akan menjadi santapan singa.Tapi yang lebih aneh lagi kenapa dia mau membuat rumah di tengah hutan? Bukankah itu gila?Dalam kurun waktu 1 jam kami pun sampai di Mansion Dante dan satu hal yang aku lihat saat masuk mansion.Wajah khawatir semua orang.“Ada apa?” tanyaku.“Sepertinya Tuan sakit, dia batuk-batuk namun pintu kamarnya dikunci dan Tuan melarang siapapun untuk masuk. Kami khawatir kondisinya memburuk karena Tuan bahkan menolak makan pagi ini,” terang Bibi pelayan.“Gampang,”
Dengan histeris aku melompat kegirangan karena aku berhasil mendapatkan boneka kelinci jumbo yang aku inginkan berkat bantuan Daren.Pemilik permainan itu pun memberikan boneka jumbo itu kepadaku.Setelah mendapatkannya, aku mengingat bahwa Darren ingin naik bianglala. Jadi kami pergi untuk membeli tiket. Tapi sayangnya terdapat masalah di bianglalanya sehingga masih membutuhkan perbaikan.“Yahh,” keluh Daren tampak murung.“Bagaimana kalau kita naik perahu? Pemandangannya di sana kan indah,” ajakku meraih tangan Daren.Daren yang tadinya murung mendadak kembali bersemangat dan kali ini dia yang menarik balik tanganku mendahuluiku untuk pergi membeli tiket naik perahu.“Ayo,” ajak Daren setelah kami membeli tiket naik perahu.Dia mengulurkan tangan ke arahku yang ragu-ragu untuk naik perahu yang bergoyang.“Aku takut perahu ini akan membuatku tenggelam,” keluhku khawatir.Perahunya tampak akan berguling dan aku khawatir kami akan tenggelam.“Tidak apa-apa, Alice. Aku bisa menjamin kes
“Bibi fotokan aku di sini,” pintaku kepada bibi pelayan yang ikut serta bersamaku atas izin Dante.Tidak mungkin aku hanya berjalan sendiri plonga-plongo tak tahu ingin berbicara dengan siapa.Aku pun menyerahkan ponselku kepada Bibi pelayan tapi Bibi pelayan tampak kebingungan menggunakan ponsel untuk mengambil fotoku.Sepertinya Dante memang merekrut orang yang benar-benar kuno untuk menghindari kebocoran informasi.“Nona, saya tidak tahu cara menggunakannya,” keluh bibi pelayan mengerutkan kening.“Pencet ini berkali-kali,” tuturku menunjuk gambar lingkaran merah di ponsel yang Dante berikan.“Alice.”Panggilan itu bukan berasal dari bibi. Lantas siapa yang memanggilku?Aku mencari sumber suara di tengah keramaian taman bermain.Aku tidak melihat orang yang kukenali di hadapanku.Semuanya hanya orang berlalu lalang dengan wajah baru.Tiba-tiba seseorang menyentuh bahuku dan saat aku menoleh.“Aku Hans.”Mataku membulat sempurna saat melihat Hans di belakangku.Jujur saja aku ingin
Setelah mendapat persetujuan dari Dante untuk menunjukkan bahwa masih ada banyak hal baik di dunia ini. Aku sangat bersemangat untuk menyambut kedatangan Dante dari kantor. Apalagi hari ini adalah ulang tahunku. Aku semakin bersemangat untuk membuatkan makanan enak untuk Dante. Seharian aku gunakan untuk menyiapkan makanan untuk Dante sampai tiba waktunya Dante datang saat menjelang malam.Dengan cepat aku bergegas ke pintu depan untuk menyambut kedatangan Dante serta tak lupa mengambilkan sandal bersih untuk Dante.Tak lupa pula aku menarik kedua ujung bibirku ke atas untuk menyunggingkan senyum saat Dante membuka pintu nanti.Klek.Dante membuka pintu dan menatapku sejenak sebelum akhirnya melepas sepatunya dan menggantinya dengan sandal bersih yang aku siapkan.Bisa dilihat Dante menyunggingkan sedikit senyuman yang sangat tipis nyaris tak terlihat.Ahhh senangnya.Dengan sumringah aku menoleh ke arah bibi pelayan yang ikut menyambut kedatangan Dante bersamaku, “Bibi, bibi barusa
“Selamat datang Tuan Dante yang tampan dan tak ada duanya di rumah ini,” ucapku menyambut kedatangan Dante yang baru saja datang dari kantor dengan ekspresi datar andalannya.Aku memamerkan senyum selebar lautan dan menyambut Dante sehangat mungkin.Namun bisa dilihat Dante melengos membuang muka.Dia tidak terlalu merespon sambutan dariku.Mungkin dia lelah.Tidak apa, aku tidak akan menyerah untuk menunjukkan hal baik kepadanya.Aku pun segera mengambilkan sandal bersih untuk Dante dan meletakkannya di depan kaki Dante.“Kamu aneh, sejak kapan kamu mau melakukan hal rendahan seperti ini?” tanya Dante yang tak butuh jawaban karena Dante langsung mengenakan sandal tersebut dan melenggang menjauh meninggalkanku yang masih di tempat dengan penuh tanda tanya.Ada apa dengan pola pikir Dante.Bisa-bisanya perhatianku ternyata Dante anggap sebagai hal rendahan.Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Sekarang bukan waktunya aku memikirkan sesuatu yang tidak-tidak.Aku harus mengambil langkah se
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen