Luca melepaskan tangannya. Yuna memegangi bagian lengannya yang merah. "Aku akan tetap melaporkan ini sebagai tindak kekerasan." Leanna berdiri dari tempat duduknya. "Aku akan membayar biaya perawatanmu, tidak perlu memperumit masalah!" "Kau! Apa kau merasa menjadi wanita kaya? Jika aku memintamu membayar 1 juta dolar, apa kau sanggup untuk membayar?" ucap Yuna menyeringai. "1 juta dolar? Kau terlalu berlebihan. Tanganmu bahkan tidak patah," ucap Leanna mencibir. "Memang tidak patah, tapi kerusakan mentalku sangat mahal. Namun...." Yura menunjukkan senyum liciknya. "Jika kau membiarkan aku menampar pipimu, aku akan melupakan masalah ini!" "Berani menamparnya maka jangan harap bisa kembali ke kota ini lagi!" Lucian melangkah mendekat dengan aura kuat yang mengintimidasi. Yuna langsung mematung saat Lucian mendekat ke arahnya. "Kenapa kau masih disini? Kau ingin aku--" "Tidak! Saya akan pergi." Yura berlari ketakutan. Lucian mengusap pipi Leanna. "Apa dia menyakit
"Paman, katakan yang sejujurnya padaku, alasan kau tidak menyukai Luca karena kau cemburu ada yang lebih dekat denganku selain kau?" Leanna diam-diam tersenyum. Dia duduk lebih dekat datang Lucian. "Paman, kau pernah bilang padaku akan mengatur kencan untukku, tapi saat ada pria di dekatku yang menjagaku, kau tidak senang?" "Bukannya aku tidak senang, tapi pria itu tidak pantas untukmu. Dia tidak punya status, dan kekurangan uang. Bagaimana aku bisa memberikanmu pada pria seperti itu?" ucap Lucian memberikan alasan. Dia berusaha untuk tetap fokus menyetir. "Benarkah hanya alasan itu? Aku tidak menyangka paman akan melihat status sosial seseorang." Leanna menjauhkan tubuhnya sedikit-kembali ke posisi semula. "Jika itu tentangmu, aku hanya ingin yang terbaik. Sebagai pamanmu, ini sudah kewajibanku untuk memperhatikan ini. Leanna, jika kau ingin pacar, aku akan segera mengatur--" "Aku tidak membutuhkan itu. Paman, apa kau pikir ketika aku pergi kencan dengan orang lain yang mem
"Kau datang lebih lambat, dihari pertama?" Lucian yang membukakan pintu mencibir Luca "Terlambat? Tuan Lucian, di dalam aturan kontrak tertulis jika jam kerja mulai--" Lucian memotong penjelasan Luca. "Berani membantah bosmu? Apa anak muda tidak tahu bagaimana menghormati atasannya? Kau ingin aky pecat?" Lucian memberikan tatapan mengintimidasi yang membuat Luca tidak bisa mengatakan apapun. "Segeralah buat sarapan! Aku harap di siang hari nanti kau tidak terlambat untuk membuat makan siang dan juga jangan memberi Leanna makanan murahan." Luca hanya mengangguk dan mulai sibuk di dapur. Lucian kembali ke ruang kerjanya, membiarkan Luca berada di dapur sendirian menyiapkan sarapan sederhana sesuai dengan permintaan. Leanna melangkah masuk ke dapur. "Ada yang ingin aku tanyakan padamu. Kau sengaja datang bekerja di sini, kan?" Luca dengan tangan yang masih sibuk menggoreng sosis, menoleh sebentar ke arah Leanna. "Kenapa kau penasaran tentang itu? Kau takut, aku akan--" Lea
Lucian menatap tajam pada pemuda ituangannya di tekuk di depan dada. "Sekarang kau harus membersihkan semua ruangan disini kecuali kamar. Aku harap kau bisa melakukannya dalam waktu cepat!" Pria muda yang usianya tidak jauh dari Leanna, mengangguk dan menjawab dengan sopan, "Baik, Tuan." Lucian duduk dengan santai di sofa dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Lucian memperkirakan pria itu tidak akan selesai kurang dari dua jam Namun, siapa yang mengira bahwa dalam waktu kurang dari 1 jam, pria itu datang padanya. "Saya sudah menyelesaikan semuanya." "Begitu cepat. Sekarang buat makanan untuk aku dan keponakanku." Pria muda itu mengangguk, dia mulai masuk ke dapur dan menyiapkan bahan-bahan untuk memasak. Lucian berdiri mengawasinya. "Asistenku telah memilihmu dari banyaknya kandidat, aku harap hasil masakanmu memenuhi standarku!" Pria itu hanya menganggukkan kepala. Tangan dan pandangannya berfokus pada bahan yang mulai dia masukkan ke dalam panci. pemuda berambut sed
"Bagaimana bisa anda mengatakan akan mentoleransi nilai wanita bernama Leanna ini? Apa karena dia menggunakan jalur belakang?" Yuna tidak tahan untuk membiarkan hal ini begitu saja. "Bukankah ini tidak adil?" "Apa kau berani menentang keputusanku? Aku telah bersikap adil, jika kau masih ingin protes, aku akan membuatmu mendapatkan nilai D." Yuna menghela nafas untuk menenangkan dirinya. Tatapannya begitu tajam ke arah Leanna yang masih bersikap tenang. Saat dosen meminta mereka mengerjakan, Leanna menjawab pertanyaan dengan santai. Luca juga fokus dengan pekerjaannya. Waktu berlalu, mereka mulai mengumpulkan tugas itu. Dosen memberikan beberapa materi baru sampai waktu habis. Para mahasiswa keluar ruangan. Leanna masih dikelas mengecek jadwalnya. Luca melirik ke arahnya. "Tidak ada jadwal lagi hari ini. Kau bisa kembali atau kau ingin aku mengajakmu berkeliling sekolah?" "Luca, bisakah aku saja yang menemaninya berkeliling. " Yuna tiba-tiba saja datang bersama dengan te
Leanna langsung melangkah keluar dengan terburu-buru. Dia bahkan mengabaikan panggilan wanita yang berstatus sebagai dosen dan penanggung jawabnya Kaki Leanna melangkah tanpa tahu ke arah mana jalanan ini akan membawanya. Dia masih belum mengenali tata letak ruangan di kampus ini. Pikirannya kacau, dia hanya ingin menghindari pria itu. "Kenapa? Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?" Saat berada di koridor, dia mendengar para wanita yang sedang bergosip. "Bukankah wanita itu yang tadi bersama CEO tampan idaman dikota ini? Apa dia pacarnya?" "Tidak mungkin, CEO Lucian tidak akan memiliki sebuah hubungan. Mungkin dia hanya sugar babynya, tapi dia tidak terlihat terlalu cocok. Jika aku yang datang ke tempat tidur CEO Lucian, aku pasti bisa menyingkirkan wanita itu." Leanna mengepalkan tangannya. Dia berbalik dan melangkah ke arah wanita itu itu. "Kau begitu percaya diri dapat mendapatkan paman Lucian dan meningkatkanku?" Menatap dari bawah ke atas. "Dia tidak akan tertarik