"Paman, ayo kita menikah!" Seorang gadis polos melamar seorang pria dewasa yang lebih tua 10 tahun darinya, itu hanya lamaran tanpa makna, setidaknya dibenak pria dewasa seperti Lucian. Namun, lamaran dari gadis bernama Leanna adalah awal dari datangnya masalah di masa depan. Leanna telah melalui kehidupannya yang penuh dengan siksaan , sejak depresi yang dialami ibunya semakin parah. Dia bertemu lagi dengan paman tirinya -Lucian Gu datang di saat-saat sulit dalam hidupnya, memberikannya kehangatan dan membuatnya jatuh cinta. Lucian cukup peka saat melihat gelagat gadis itu. Dia yang menunda pernikahan akhirnya memutuskan untuk menerima perjodohan dari keluarganya. Namun, gadis itu mendatanginya sehari sebelum pertunangannya dan mengatakan hal gila. "Paman, kau tidak perlu menikahi wanita lain. Aku akan menemanimu sampai tua, jika kamu membutuhkan anak, aku akan melahirkannya untukmu." Bagaimana mungkin seorang gadis muda pendiam dan pemalu yang berusia awal 20-an mengatakan hal seperti itu dan mulai menerjang batasan diantara mereka? Banyak hal yang terjadi setelah ini mewarnai hubungan mereka.
Lihat lebih banyak"Paman, menikahlah denganku!"
Gadis kecil berusia 10 tahun bersuara keras, , mata bulat bersinar menatap serius pada seorang pria, "Kita pasti akan menjadi sepasang pengantin yang sempurna." Senyum manis bahagia terukir di bibir mungilnya. Pria tampan berusia 20 tahun itu terdiam sejenak, senyum simpul terukir di bibirnya yang tebal.. "Leanna, kau sudah mengatakan ini puluhan kali padaku. Apa kau begitu menyukaiku?" Pandangannya terarah pada gadis kecil yang baru saja mengatakan hal yang tidak masuk akal. "Aku sangat menyukai paman Lucian. Ayo kita menikah sekarang juga dan aku akan tinggal bersama dengan paman selamanya," jawab gadis kecil yang bernama Leanna. Tangan mungil itu menarik tangan besar dan kekar milik pria yang dia panggil paman Lucian. “Leanna, dengarkan aku! Aku tidak bisa menikah denganmu!” tegas Lucian. "Apa itu artinya aku ditolak?" Ekspresi bahagia yang awalnya cerah menjadi muram. Semburat senyum lembut dalam sekejap lenyap digantikan dengan kekecewaan. “Apa paman tidak menyukaiku?” Air mata perlahan mengalir membasahi pipinya. Lucian mengusap rambut Leanna dengan lembut. “ Leanna, jangan menangis. Kau masih terlalu kecil untuk memikirkan tentang pernikahan. Suatu hari, kau akan menemukan pasangan lain yang lebih baik.” Leanna mengenggam lengan Lucian dengan lebih erat. “Aku tidak mau yang lain, aku hanya ingin bersama paman Lucian. Paman, tolong bawa aku bersamamu. Aku tidak ingin kau meninggalkanku sendirian.” "Leanna!" Seorang Wanita memanggilnya dengan tegas. Rengekan gadis itu langsung berhenti. Gadis itu langsung bersembunyi di balik punggung Lucian saat seorang wanita dewasa menghampirinya. Wanita itu adalah Nyonya Lucy- Mama Leanna. Tangan Leanna ditarik paksa, mendekat pada Nyonya Lucy. "Maafkan anak ini telah banyak mengganggumu." "Tidak apa-apa, kak, Leanna tidak menggangguku.” “Bukankah kau harus pergi sekarang? Jika tidak kau mungkin akan tertinggal pesawat.” “Baiklah. Aku akan pergi. Leanna, aku akan datang menemui mu lagi.” Lucian melangkah menjauh dari pandangan Leanna. Leanna menatap satu-satunya cahaya harapannya yang semakin lama semakin buram. “Paman Lucian!” Teriaknya dengan putus asa. Tubuhnya bergerak hendak mengejar Lucian, tetapi tangannya ditarik paksa masuk ke dalam rumah. Nyonya Lucy menatap Leanna dengan ekspresi wajah yang membuat Leanna tidak berani untuk melawan. Apakah tidak ada harapan baginya untuk terlepas dari kehidupan yang menakutkan ini? *** 12 tahun kemudian, Seorang gadis muda duduk dilantai dengan wajah tertunduk. Tubuh kurus seorang gadis berusia 22 tahun gemetar. Kondisi gadis itu membuat siapapun yang melihat akan merasa miris. Kulit putih dipenuhi dengan lebam berwarna biru keunguan. Gadis yang tidak lain aalah Leanna dewasa, merasakan seseorang yang mengamatinya, tetapi dia terlalu takut untuk melihat mereka. Kepalanya tertunduk. "Apa yang akan terjadi padaku setelah ini? Hal apa yang akan mereka lakukan." gumahnya dengan suara yang begitu pelan. Pikiran Leanna dipenuhi dengan hal-hal negatif yang membuatnya semakin takut. Leanna menutup telinganya, tidak ingin mendengar apapun pembicaraan Namun, dia tidak bisa sepenuhnya menghalangi suara seorang pria yang terdengar akrab, tapi nada bicaranya yang tinggi tidak mungkin itu milik pria yang selama ini ditunggu olehnya. "Apa dia benar-benar sampai sejauh itu, bahkan ingin membunuh anaknya sendiri?" Suara seorang pria dengan nada tinggi. "Ya. Anda tahu kondisi Nyonya Lucy, kan? Dia memilki depresi yang parah dan semakin buruk setelah Tuan Roy meninggal.” Leanna mengenali suara itu sebagai suara kepala pelayan. "Lalu, apa yang kalian lakukan selama ini? Kalian telah berada di rumah ini selama bertahun-tahun dan mengetahui jika seorang gadis kecil telah dianiaya, tetapi kalian hanya diam melihatnya menderita?!" Siapa sebenarnya pria itu? Kenapa dia teengar seperti berada di pihak Leanna? Apa pria itu adalah Paman Luciannya? Leanna ingin mengangkat wajahnya, tapi dia terlalu takut jika pria itu bukanlah dia. "Maafkan kami, Tuan Muda. Anda tahu bahwa kami--" "Cukup! Aku tidak ingin mendengar pembelaan. Kemasi barang Leanna, dia akan berada dalam perawatanku sampai Kak Sisi selesai dengan pemulihannya. Tinggalkan aku sendiri bersama Leanna!" Suara langkah kaki terdengar memecah keheningan. Seorang pria melangkah mendekat dan berdiri di depan Leanna. Leanna Han merasakan sentuhan di atas kepalanya. Secara refleks, tubuhnya bergerak menarik diri menjauh. "Jangan takut! Apa kau tidak mengenaliku? Kita pernah bertemu sebelumnya." Suara pria yang sebelumnya menggunakan nada tinggi, berubah menjadi begitu lembut dan menenangkan. Suaranya seperti seorang pria yang selama ini tersimpan dalam ingatan kenangan indah alam hidupnya. Leanna yang awalnya menenggelamkan wajahnya disela-sela kaki, mulai mengangkat wajahnya. Mata yang menatap kosong itu menatap pria di depannya-Lucian Gu. Meskipun penampilan pria ini terlihat berubah, fitur wajahnya semakin dewasa dan tampan. Namun, mata yang menatapnya dengan kelembutan yang masih sama. Ada banyak hal yang ingin Leanna katakan, sayangnya tidak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya. Lucian kembali bicara, "Apa kau telah melupakanku? “ Espresinya menunjukkan kekecewaaan. Lucian mencoba membuat Leanna mengingatnya. “Saat kecil kau selalu berada di sekitarku dan berteriak ingin menikah denganku." "Paman Lucian?" Leanna memanggilnya dengan ragu, tetapi tubuhnya sudah bergerak untuk memeluknya, merasa kehangatan yang selama ini dirindukannya. Leanna memeluk Lucian dengan begitu erat dan menangis dengan putus asa. Pelukannya dibalas dengan erat juga. Jari-jarinya menepuk pelan punggungnya. "Maaf, aku baru menemuimu sekarang." Leanna tidak mengatakan apapun, dia hanya bisa menangis. "Paman, jangan tinggalkan aku lagi. Hanya paman satu-satunya yang aku miliki." "Aku tidak akan meninggalkanmu, aku janji. Mulai sekarang kau akan tinggal denganku dan berada dalam perawatanku." Lucian hendak melepas pelukannya, tetapi cengkeraman tangannya begitu erat dan sulit untuk dilepaskan. "Paman, kita akan bersama selamanya, kan?" ucap Leanna meminta kepastian. "Tentu, saja. Jangan khawatirkan tentang itu." "Paman berjanji tidak akan ada yang memisahkan kita, kan?" Gadis kecil yang telah tumbuh dewasa itu melepaskan pelukannya dan mengulurkan kelingking. "Janji, kan?" Lucian tanpa ragu mengulurkan jari kelingkingnya. Mereka membuat janji satu sama lain. "Aku janji akan selalu bersamamu." Senyum cerah terukir menggantikan kesedihan yang ditunjukkan Leanna. "Paman, aku tidak akan pernah melepaskanmu." Leanna mengatakan dengan nada yang terdengar posesif. Lucian hanya tersenyum. Leanna tahu jika Lucian tidak menanggapi ucapannya dengan serius, tetapi Leanna masih bertekad mengubah cara pandang Lucian padanya. Bagaimanapun, mereka tidak memiliki hubungan darah, masih ada peluang bagi Leanna untuk mendapatkan pria ini. Leanna kembali memeluk Lucian kali ini lebih erat dari biasa. Lucian melepaskan pelukannya dengan tidak nyaman. "Leanna, ayo berdiri! Pelayan itu pasti sudah selesai menyiapkan pakaianmu." Lucian mengulurkan tangannya. "Ayo!" Leanna menyambut uluran tangan itu. Dia mengenggam erat tangan itu. Lucian membawa Leanna masuk ke dalam mobilnya. Saat Lucian tidak naik, Leanna menjadi cemas. "Paman, kau mau ke mana? Apa paman berbohong dan ingin meninggalkanku?" teriaknya dengan putus asa. "Aku hanya ingin mengecek barang-barangmu. Tunggu di sini sebentar!" Leanna masih tidak melepaskannya. Tatapan mata gadis itu bergetar menyembunyikan kesedihan yang mendalam. "Paman, aku tidak ingin membawa apapun dari rumah ini. Bisakah kita tidak membawanya?" Lucian mengerutkan keningnya, menatap dengan curiga. Lucian melepaskan tangan Leanna . Pria itu mendekat kea rap pelayan yang mengemas pakaian Leanna. "Apa semua barangnya sudah siap?" tanya Lucian pada seorang pelayan yang ditugaskan. "Ya, Tuan Muda Gu." "Buka kopernya sebentar, aku harus memeriksa sesuatu." Pelayan itu mengerutkan keningnya dan menunjukkan wajah pucat, tapi dia tidak bisa berbuat apapun dan hanya melakukan perintah. Leanna tiba-tiba datang merebut tas itu lalu mendorong koper itu menjauh. Lucian menjadi semakin curiga. "Leanna, kenapa kau melakukan ini?"Leanna perlahan membuka matanya dan menyadari dia berada di kamarnya, pakaian yang dia gunakan juga gaun yang dipakainya di pesta kemarin. Leanna memegangi kepalanya yang masih pusing. Dia bejalan meninggalkan kamarnya. "Paman Lucian!" Lucian yang sedang memasak di dapur menoleh ke arah Leanna. "Kau sudah bangun? Aku membuatkan sup untukmu. Cuci mukamu lalu makan." "Paman, kau memperlakukanku seperti anak-anak lagi!" Leanna langsung duduk di meja maksn."Aku ingin langsung makan." "Kenapa? Kau memang keponakan kecilku, kan?." ucap Lucian duduk di kursi. "Makanlah, jika kau masih merasa pusing setelah ini istirahat dan t.idak perlu pergi ke kelas." Lucian menepuk kepala Leanna dengan lembut. Leanna menyingkirkan tangan Lucian dari kepalanya. Leanna tiba-tiba saja berdiri dan duduk di pangkuan Lucian. "Leanna, apa yang kau lakukan?" ucap Lucian masih berusaha bersikap tenang. "Paman bilang aku keponakan kecilmu, kan? Jadi tidak masalah jika aku duduk di pangkuanmu dan bersa
Lucian langsung mendekap Leanna dalam pelukannya, menyembunyikan wajah Leanna. Rambut panjang Leanna yang digerai menutupi sebagian dari wajahnya. "Apa yang kalian lakukan? Kalian membuatnya takut!" Lucian berteriak dengan marah. Para wartawan memilih untuk mundur. Lucian menoleh ke arah dua orang pria yang telah mengambil topi dan kacamata milik Leanna. "Berikan padaku atau kalian akan menyesalinya jika berani melawanku!" Dua orang pria itu memberikannya dengan tangan gemetar. Lucian mengambil dengan cepat dan memakaikannya ke Leanna. Lucian yang masih memeluk Leanna, berjalan masuk ke area hotel. Para wartawan tidak ada yang berani mengangkat kamera. Mereka justru mulai bergosip. "Apa kau melihatnya? Ini pertama kalinya aku melihat Tuan Lucian begitu menjaga identitas wanita itu tidak seperti sebelumnya." "Apa mungkin wanita itu akan menjadi calon istrinya?" *** Saat mereka sampai di dalam, Leanna melepaskan kacamata dan topinya. Seorang pria datang menyapa mereka.
"Kau sepetinya tahu begitu banyak tentang Tuan Lucian ya. Bahkan begitu bebas untuk mengungkap masa lalunya," cibir Leanna dengan ekspresi datar. "Aku tidak tahu kenapa kau harus mengatakan ini padaku." "Nona, aku hanya memberimu peringatan. Namun, jika kau hanya mengincar uang dari Tuan Lucian, tidak masalah jika kau mengabaikan peringatanku ini." "Tenaga saja, Tuan Lucian akan selamanya menjadi milikku!" Leanna mengucapkan dengan percaya diri. Nyonya Betty tersenyum mengejek. "Perkataan yang sama seperti para wanita itu." "Berhentilah membahas masa lalunya dan biarkan aku mencoba gaunnya. Kami tidak punya banyak waktu!" Leanna mengakhiri pembicaraan. Dia tidak ingin mendengar terlalu banyak tentang para wanita yang pernah berada di sisi Lucian. Leanna merasa tidak nyaman. Kenapa para wanita yang dikenal Lucian begitu sering menceritakan masa lalu dengan alasan memberikan peringatan. Leanna tahu mereka hanya ingin pamer karena mengenal Lucian lebih dulu. Seandainya L
"Pilihlah! Mana yang kau sukai?" Lucian dan Leanna berada di bagian etalase Snack. Leanna tidak terlalu antusias seperti sebelumnya dan hanya menjawabnya, "Aku akan menyukai apapun yang paman pilihkan." "Kau alergi bahan ini, jadi kita singkirkan yang ini. Aku akan pulih ini dan ini" Lucian mulai mengambil satu persatu dan tidak lupa mengecek setiap bahan yang tertera. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya lagi. "Paman, wanita tadi--" "Abaikan saja wanita itu, anggap sebagai orang yang lewat." "Bagaimana aku bisa mengabaikannya. Kalian berdua terlihat akrab. Pasti dia memiliki hubungan khusus dengan paman. Aku membenci para wanita yang pernah memiliki paman." Leanna hanya bisa meluapkan semua keluhannya dalam pikirannya, tanpa bisa mengatakannya Langsung. "Tapi kalian terlihat dekat." "Kami tidak dekat. Dia hanya salah satu kenalan," jawab Lucian. "Lalu, apa Paman akan pergi ke acara reuni?" tanya Leanna. "Jika paman pergi, tolong bawa aku!" "Tidak. T
Leanna secara refleks mundur. "Aku tidak mau! Aku tidak ingin kembali bersama orang sepertimu." Wanita itu menarik rambut Leanna yang mencoba menjauh. "Apa kau mulai berani melawanku sekarang? Kau tidak akan bisa pergi dariku...putriku" "Mama, lepaskan aku!" Leanna berusaha untuk memberontak. "Paman Lucian, tolong aku!" Wanita yang tidak lain adalah ibu Leanna itu menariknya keluar. "Tidak perlu memanggilnya! Kau ada dalam cengkeramanku sekarang." Leanna menggunakan tangannya untuk memukul wajah ibunya dengan keras membuat cengkeraman ibunya akhirnya terlepas karena memegangi wajahnya. Leanna menatapnya dengan mata yang tanpa emosi, wajahnya juga datar. Nyonya Lucy semakin marah. "Kau!" Tangannya hendak memukul Leanna, tapi seseorang yang berdiri di belakangnya justru menahannya. Nyonya Lucy menoleh ke arahnya."Lucian? Lepaskan tanganmu dariku!" " Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Leanna!" Lucian mendorong tubuh Nyonya Lucy yang membuatnya terjatuh ke lantai. N
"Leanna, apa yang kau katakan? Apa terjadi sesuatu padanya?" ucap Lucian mengerutkan keningnya. "Paman, apa kau sungguh tidak tahu? Paman tidak akan berbohong padaku, kan? Aku tidak ingin dibohongi orang yang paling aku percayai," ucap Leanna dengan ekspresi serius. Lucian menghela nafas. "Aku memang yang melakukannya. Leanna, jika aku tidak menyingkirkannya maka dia akan terus datang mengganggumu." "Jika paman ingin menyingkirkannya, kenapa harus menyebar skandal, bukankah itu terlalu mencolok, dia hilang saat kekacauan terjadi." "Bukankah itu saat yang tepat? Orang-orang akan menganggapnya melarikan diri dari masalah dan citranya akan rusak," ucap Lucian dengan ekspresi dingin. "Tapi, beberapa orang yang mengenal Luca meragukan hal itu," ucap Leanna dengan suara lirih. Lucian melirik ke arah Leanna. "Leanna, apa kau begitu peduli padanya?" Lucian menatap dengan tidak senang. "Tidak. Hanya saja--" "Aku tidak ingin membahas tentang dia. Lupakan saja pria itu dan an
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen