"Paman, ayo kita menikah!" Seorang gadis polos melamar seorang pria dewasa yang lebih tua 10 tahun darinya, itu hanya lamaran tanpa makna, setidaknya dibenak pria dewasa seperti Lucian. Namun, lamaran dari gadis bernama Leanna adalah awal dari datangnya masalah di masa depan. Leanna telah melalui kehidupannya yang penuh dengan siksaan , sejak depresi yang dialami ibunya semakin parah. Dia bertemu lagi dengan paman tirinya -Lucian Gu datang di saat-saat sulit dalam hidupnya, memberikannya kehangatan dan membuatnya jatuh cinta. Lucian cukup peka saat melihat gelagat gadis itu. Dia yang menunda pernikahan akhirnya memutuskan untuk menerima perjodohan dari keluarganya. Namun, gadis itu mendatanginya sehari sebelum pertunangannya dan mengatakan hal gila. "Paman, kau tidak perlu menikahi wanita lain. Aku akan menemanimu sampai tua, jika kamu membutuhkan anak, aku akan melahirkannya untukmu." Bagaimana mungkin seorang gadis muda pendiam dan pemalu yang berusia awal 20-an mengatakan hal seperti itu dan mulai menerjang batasan diantara mereka? Banyak hal yang terjadi setelah ini mewarnai hubungan mereka.
View MoreIvory’s POV
My husband was working late again. He had been working late every day for the last six months. And some days he wouldn’t even come home. For every night I woke up alone, every business trip, and every impromptu weekend meeting, I repeated one line to myself like a mantra— “Damian loves working, and he loves me.” With that, I turned a blind eye to all his excuses, the ones that made sense and the ones that didn't. I endured them all. I never confronted him, never asked for more. It was another late night, and I thought to bring him some dinner. I shouldn’t have bothered. I should’ve stayed home, at least, I wouldn’t have to watch my husband thrust into another woman like a sex-starved wild animal. He seemed to be enjoying himself so much that he didn't notice me standing there, he didn't even care that he was fucking another woman with our wedding ring on his finger. Tears rushed to my eyes, blurring my sight. I wiped them away quickly and turned to walk away, but midway, I stopped, angered by her happy moans. "Aw, harder! "Yes, I'm cumming, just fuck me harder! I’m cumming, yes!” “Not this time,” I muttered bitterly. No, I couldn't just walk away, and I sure as hell wouldn't let them cum. I barged into the office and let the food box in my hand fall noisily. Damian’s eyes widened with shock as he noticed me for the first time. "Ivory?!" "What are you doing here?!" He exclaimed, pulling out of the bent over lady, his average sized dick hung loosely to his groin. "Bringing you dinner…” I answered, my voice quivering slightly. “Is this the late-night meeting with your Boss?” My eyes wandered to the lady who seemed to be hiding behind him. I had been paying all my attention to Damian because I couldn't exactly blame the lady for his infidelity. But suddenly the butterfly tattoo on her back struck me. It was just the same as… I gasped. It took a while for me to fully process what my brain was telling me. "Camille?!" "It can't be you, is it?" Slowly, the lady stepped away from his shadow, now dressed in a lingerie. "Why do you seem surprised?" she rattled without any hint of remorse. "Any problem?" “You are my friend.” I managed to mutter. “My closest…” I told her everything about my marriage. I told her about my distress with Damian, and she advised me to let it go. She advised me to trust him. "What?" She rattled, "It's not my fault that he doesn't find you attractive. Even the maid is more attractive to him." "Camille... He's my husband..." "But he doesn't love you!" Camille yelled, "And you know it. Look, he's prepared the divorce papers. Stop flattering yourself, Damian is mine!" As Camille spoke, it felt like my heart was being ripped out of my chest. I wanted to scream out in pain but my voice came out in a shaky whimper. "What is happening? Damian, you want a divorce?" "I’m sorry, Ivory," Damian said, "This is not working for me anymore, you’re too boring. I've already signed the papers; I know it will be hard for you so take your time" Before Damian finished his statement, I walked over to the brown envelope on the table. I contemplated for a moment about my future if I signed the divorce papers but honestly, I knew I couldn’t endure any more of Damian’s cheating. He was a chronic womanizer and it was obvious, he would never change. Determined, I penned down my signature and turned away. He didn't deserve it. The four years I gave him, he didn't deserve it. I spent the last four years of my life, living in denial, convincing myself that Damian would never cheat on me. I was wrong, very wrong. He was sleeping with every other person except me. "Don't act all high and mighty when you know you'll regret it," he said as I made my way towards the door. Usually, I would walk away quietly with my head down, but not anymore. "Regret it?" I shot back, "No! I'm going to find someone who will love me and be attracted to me and..." "You wish, Ivory. It will only happen in your dreams.” Camille sneered, "Don’t flatter yourself with all that nonsense. No one will find you attractive!” Camille's words were like fuel to an already burning house and before I could tame myself, I charged at her with everything in me. I wanted to tear her face apart. But at that moment, a loud sound echoed in the room taking us all by surprise. I paused, looking around for the cause. It took a minute for me to realize that I had been hit in the head and my body was shutting down. Tears rushed to my eyes, and I couldn't tell if it was from the pain or the betrayal. But the last person I saw was Camille standing over me, smiling triumphantly. Few Hours Later I jolted awake at the sudden, loud slam of the door, my heart pounding in my chest. "Am I alive?" I thought to myself. My eyes were open but I could see nothing but stark darkness. Attempting to move my body, I discovered I was bound- both legs and arms tightly tied to a chair. Approaching footsteps resounded in the air, and my heart responded with fear, pounding loudly as it drew nearer. "Camille?" I called in a shaky voice, "Damian?" "I swear to God, you'll regret this, you will regret this you disgusting man!" The footsteps ceased, and I held my breath. "Take off the mask," he ordered I froze at the sound of the cold voice. It wasn't Damian."Mereka membatalkan pertemuan dengan keponakan anda," ucap Asistennya. "Apa? Apa mereka sedang menantangku? Beraninya mereka menolak!" Lucian menujukan amarahnya. "Catat nama mereka semua dan hancurkan perusahaan mereka!" "Tidak bisa. Mereka partner penting perusahaan. Jika perusahaan mereka berantakan maka perusahaan kita juga akan merugi, " ucap Asistennya menolak. "Bos, berhentilah bertindak seperti pemeran utama dalam novel CEO Sombong!" "Diam kau! Jangan mengolok-olokku! Kau harus hubungi pria lainnya dan kali ini bukanlah orang yang akan membatalkan janji secara mendadak. Aku akan memberimu waktu--" "Paman, tidak perlu memaksa mereka. Aku yakin tidak ada diantara mereka yang mau bertemu denganku. Aku akan kembali ke kamarku," Leanna menundukkan ekspresi kecewa, tetapi hatinya bersorak gembira. Dia tidak perlu bersusah payah untuk mengacau. "Leanna, lupakan orang-orang bodoh yang tidak mau menemuimu. Aku yakin para pria yang tersisa akan berebut untuk bersamamu." Luci
Lucian memegang kedua bahu Leanna untuk menghentikannya dan mendorongnya untuk duduk . "Pilih dengan benar! Mereka bersekolah di universitas yang sama denganmu." Lucian berdiri di samping Leanna, melihat ke arah foto-foto para pria muda. "Bagaimana dengan pria ini? Dia akan menjadi pewaris tunggal!" Leanna menoleh ke arah Lucian. "Tapi, dia tidak seperti paman." Lucian menoleh ke arah Leanna. Mereka berdua saling bertatapan. "Fokus saja dengan foto-foto itu dan carilah yang lebih dariku." "Tapi, tidak ada yang lebih dari paman," suara Leanna begitu lembut dan pelan hampir seperti sebuah bisikan yang hanya di dengar oleh keduanya dengan jelas. Lucian tidak menunjukkan reaksi yang Leanna inginkan. Justru terlihat seperti, Lucian sedang mengabaikan pengakuan Leanna sebagai omong kosong. "Leanna, bersikaplah serius! Kau harus mendapatkan pasangan yang bisa membuatmu menjauh dari pria bernama Luca itu." Lucian memegang kepala Leanna dan memutarnya untuk melihat ke arah daftar fo
"Aku akan memblokirnya!" ucap Lucian memindahkan nomer Luca ke daftar hitam. "Jangan pernah menghubunginya lagi!" Leanna mengerutkan keningnya, "Paman Lucian, apa biasanya seorang paman akan bersikap posesif seperti ini? Apakah ini sungguh wajar?" Lucian membeku dengan pertanyaan yang tiba-tiba. Dia merenungkan tentang apa yang dia lakukan. "Ini....tentu saja. Aku menjauhkanmu darinya karena dia orang yang tidak baik. Jadi, ini hal wajar!" Lucian memberikan alasan yang masuk akal untuk Leanna dan juga dirinya sendiri. "Kau harus istirahat. Aku akan pergi ke ruanganku untuk bekerja. "Paman, maaf aku selalu merepotkanmu. Pekerjaanmu juga selalu tertunda karena aku." "Jangan mengatakan itu. Aku tidak suka kau selalu merasa bersalah saat aku membantumu. Ini sudah tugasku!" Leanna memandang Lucian yang menghilang dari balik pintu. "Paman, kenapa kau tidak jujur dengan perasaanmu padaku?" *** Lucian tidak bisa fokus bekerja. Pertanyaan Leanna telah menganggu konsentrasinya. "T
"Leanna!" Luca yang telah berhasil masuk, memanggil nama Leanna. Leanna membuka matanya karena terganggu dengan suara yang memanggilnya. "Luca, kenapa kau di sini?" "Kau sungguh keras kepala ya!" Lucian menarik tangan Luca. "Keluar dari sini!" Lucian menarik tangan Luca dengan kasar. Kekuatan mereka berbeda jauh, meskipun Luca berusaha untuk menepis tangannya, tapi tidak bisa melepaskan diri. Tubuh Luca terlempar keluar ruang rawat. Lucian memberikan ancaman, "Berani kau masuk, aku akan mematahkan kakimu!" "Anda bisa melakukan itu, asalkan saya diizinkan untuk bicara dengan Leanna!" ucap Luca tanpa menunjukkan ekspresi takut. "Kau benar-benar ya!" Lucian mengambil ponselnya-menelepon seseorang. "Cepat bawa orang ini keluar sekarang juga!" Tidak lama setelah Lucian mengakhiri panggilan, dua orang bodyguard datang dan langsung menarik Luca keluar. Lucian menghela nafas lega, meskipun hanya sementara. Dia yakin orang itu akan melakukan cara lain untuk bisa mendekat
Lucian mendaratkan tinju langsung ke wajah Luca. "Apa yang kau lakukan pada Leanna? Kau hanya menjadi pengacau dalam kehidupan Leanna." Luca hanya diam saja. Wajahnya tertunduk menujukkan ekspresi penyesalan. Dia tidak peduli dengan rasa sakit dan lebam di wajahnya. Dokter membuka pintu. Lucian mendekat ke arahnya. "Bagaimana kondisinya?" "Apa anda keluarga pasien? Pasien mengalami tanda-tanda alergi. Apa dia makan sesuatu sebelumnya?" "Dia makan cake berisi kacang merah," jawab Luca saat Lucian menoleh ke arahnya. Dokter memberikan beberapa informasi sebelum akhirnya meninggalkan mereka berdua. Lucian menarik kerah Luca. "Kau! Apa kau sengaja ingin mencelakai keponakanku?" "Tidak mungkin aku akan melakukan hal buruk pada Leanna," ucap Luca dengan tegas melepaskan tangan Lucian dari lengannya. "Seandainya saya tahu Leanna milik alergi terhadap kacang merah, aku tidak akan memesankan untuknnya!" "Kau lebih baik tinggalkan Leanna dan kau dipecat! Aku tidak bisa membiar
Luca melepaskan tangannya. Yuna memegangi bagian lengannya yang merah. "Aku akan tetap melaporkan ini sebagai tindak kekerasan." Leanna berdiri dari tempat duduknya. "Aku akan membayar biaya perawatanmu, tidak perlu memperumit masalah!" "Kau! Apa kau merasa menjadi wanita kaya? Jika aku memintamu membayar 1 juta dolar, apa kau sanggup untuk membayar?" ucap Yuna menyeringai. "1 juta dolar? Kau terlalu berlebihan. Tanganmu bahkan tidak patah," ucap Leanna mencibir. "Memang tidak patah, tapi kerusakan mentalku sangat mahal. Namun...." Yura menunjukkan senyum liciknya. "Jika kau membiarkan aku menampar pipimu, aku akan melupakan masalah ini!" "Berani menamparnya maka jangan harap bisa kembali ke kota ini lagi!" Lucian melangkah mendekat dengan aura kuat yang mengintimidasi. Yuna langsung mematung saat Lucian mendekat ke arahnya. "Kenapa kau masih disini? Kau ingin aku--" "Tidak! Saya akan pergi." Yura berlari ketakutan. Lucian mengusap pipi Leanna. "Apa dia menyakit
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments