Uh, panas...Katya memejamkan erat kedua kelopak matanya, dengan kesepuluh jemarinya yang mencengkram erat seprai sutra hingga kusut di telapak tangannya.Perasaan seintens dan sepanas ini begitu asing, seolah ada api yang membakar kulitnya dengan kobaran tak kasat mata yang menyala-nyala. Katya tak sanggup lagi menahan lenguhan lirih yang lolos dari bibirnya, saat perpaduan seluruh elemen menggoda yang dilakukan Gaffandra membuat seluruh pembuluh darahnya seperti ingin meledak.Tanpa sadar gadis itu menjambak kuat rambut lebat pria itu agar menjauh dari bagian bawah tubuhnya, karena Katya merasa seperti ada sesuatu yang ingin mengalir keluar. Ia ingin menutup kedua pahanya yang membuka lebar karena ditahan oleh Gaffandra, takut sesuatu yang akan keluar itu akan mengenai wajah Gaffandra yang sejak tadi terus berada di sana. Katya mendesah dengan napas yang menderu dan memburu saat merasakan aliran seperti air yang membasahi pahanya.Ia tak sempat menutup pahanya, karena Gaffandra m
Dingin. Katya menghela napas pelan dan dalam, sebelum akhirnya ia membuka matanya perlahan. Mimpi buruk semalam masih mempengaruhinya hingga agak kesulitan untuk tidur sesudahnya.Tapi akhirnya ia pun dapat terlelap kembali setelah memeluk leher Gaffandra dan lelaki itu memeluk pinggangnya. Posisi seperti itu entah kenapa membuat Katya merasakan nyaman dan pulas terlelap. Namun ia sekarang merasakan kedinginan karena hembusan angin dari pendingin ruangan yang langsung menerpa kulitnya, dan tak ada lagi Gaffandra yang memeluknya. Ugh, selimut dimana sih??Sedetik kemudian ia pun baru tersadar dengan apa yang telah terjadi semalam, setelah merasakan perih yang terasa sedikit menyengat di bagian bawah tubuhnya. Katya bergerak perlahan untuk duduk sambil meringis menahan nyeri, dan mendesah lega saat akhirnya ia berhasil bersandar di kepala ranjang dengan selimut yang ia tahan menutupi dadanya."Aahh... Gaffandra sialan..." rutuknya pelan. Rupanya sesakit ini rasanya saat keperawana
Katya hanya menatap punggung pria itu sembari memicing kesal. Tadinya ia hendak mengkonfrontasi Gaffandra, tapi Katya terlalu malu untuk bertengkar di depan pelayan yang menatapnya sambil tersenyum.Sekarang saja rasanya ia sudah ingin menbenamkan wajahnya di tanah seperti burung unta, karena ia pasti terlihat seperti wanita nakal karena berada semalaman di kamar Gaffandra."Maaf Nona, perkenalkan nama saya Asti," si pelayan memperkenalkan diri dengan sopan kepada Katya, ketika Gaffandra telah menghilang ke balik pintu kamar mandi."Halo, Asti. Namaku Katya."Asti mengangguk. Sebenarnya sejak semalam ia pun sudah mengetahui nama Nona Muda cantik yang digendong Tuan Gaffandra dan dibawa masuk ke dalam kamarnya.Pelayan itu refleks mengambil sisir sikat dan meminta Katya untuk duduk di kursi depan cermin. Dengan hati-hati, Asti menyisir rambut coklat kemerahan dengan ikal-ikal lembutnya yang masih basah itu. Katya memejamkan matanya selama beberapa detik untuk menikmati sapuan sisir y
"Ririn sudah sadar dan sehat, dampak dari operasi membuatnya tak bisa sadar dalam waktu yang lama. Tadi dia menanyakanmu, tapi Ibu sudah bilang kalau kamu sedang sibuk bekerja bersama Pak Gaffandra." Katya hanya bisa meringis mendengar perkataan Bu Sadna melalui sambungan telepon padanya. Ini pasti dalih Gaffandra yang mengatakan bahwa ia bekerja untuk pria itu agar tidak perlu repot-repot menjelaskan kemana Katya yang tidak pulang semalaman."Syukurlah kalau Ririn sudah sehat. Terus Bayu gimana, Bu? Maaf aku tidak bisa bergantian menjaga di rumah sakit," cetus Katya yang seketika merasa sangat bersalah kepada ibu asuhnya itu."Ibu pasti lelah terus berjaga, kan?" ucap gadis itu lagi. "Tidak juga, Katya. Ada Bu Husna yang membantu di sini kok," cetus Bu Sadna, yang seketika membuat Katya bertanya siapa gerangan wanita itu."Bu Husna itu yang menjaga anak-anak di rumah singgah milik Pak Gaffandra," ungkap Bu Sadna sambil tersenyum. "Oh iya, Bayu juga sudah operasi fraktur tulang, da
Meski hari ini adalah hari libur weekend, namun mendadak ada hal penting pada pekerjaan Gaffandra yang harus dituntaskan hari ini juga. Maka pria itu pun terpaksa meninggalkan Katya sendirian di rumahnya, menunda janji kencan yang sangat ia nantikan meskipun tidak rela. Namun kenyataannya, Gaffandra ternyata sama sekali tidak bisa fokus saat berada di kantor. Pria itu pun memutuskan untuk membawa pekerjaannya keluar. Mungkin sedikit udara segar dan suasana yang berbeda bisa membuatnya lebih fokus.Dan tiba-tiba saja ide itu muncul.Di perjalanan, ia pun memutar kemudi BMW-nya menuju ke rumah singgah tempat adik-adik asuh Katya berada sementara asrama panti asuhan mereka direnovasi.Hari yang sudah menjelang siang dan pekerjaannya yang masih belum selesai, membuatnya tak yakin untuk meneruskan sisa hari ini dengan kencan bersama Katya.Tidak, itu akan terlalu singkat jika dipaksakan hari ini juga dan rugi baginya, lalu kenapa tidak dia habiskan untuk bekerja sekaligus bersenang-sena
"Aku benci cuaca panas, Katya. Aku juga benci pantai. Dan sebenarnya... pekerjaanku hari ini juga padat sekali. Tapi entah kenapa selama seharian ini, yang aku pikirkan hanyalah kamu." Suara maskulin yang mengalun lembut disertai sorot teduh yang teroancar dari manik gelap Gaffandra itu membuat Katya terpaku. Semula ia ingin marah karena pria di depannya ini sangat lancang mencium bibirnya di depan umum, yang bisa saja terlihat oleh adik-adik asuhnya!Namun kini semua kalimat kesalnya pun tertelan kembali, membuatnya hanya menatap Gaffandra tanpa berkata-kata. Senyum kecil kembali terukir di wajah pria itu melihat keterdiaman Katya. Satu cubitan gemas pun ia layangkan ke pipi gadis itu."Sadar nggak sih, kalau kamu itu imut, ngangenin dan bikin candu, hm?" "Aaw!!" Katya memegang pipinya yang barusan dicubit oleh Gaffandra dengan satu tangan, namun tiba-tiba saja tangannya yang bebas ditarik hingga berdiri oleh pria itu. "Ayo ikut, ada yang ingin aku tunjukkan." Gaffandra tersenyu
"Kak, kok badanku disabunin lagi, sih? Kan tadi udah?" Katya tersentak mendengar protes kecil salah satu adik asuhnya yang bernama Mira, yang terlihat heran karena Katya kembali membalurkan sabun ke seluruh tubuhnya untuk yang kedua kalinya."Eh? Aduh, maaf ya, Ra. Kakak lupa." Ringis Katya meminta maaf. Gadis itu pun buru-buru membilas tubuh mungil Mira dengan air."Kebanyakan ngelamun sih, itu pasti lagi mikirin Pak Gaffandra kan? Hahaah...," celetuk jahil Nala, yang juga sama-sama berada di kamar mandi membantu Katya memandikan adik-adiknya yang lain."Jangan ngaco, La! Siapa juga sih yang ngelamun?" ujar Katya yang kemudian dengan sengaja menyipratkan air hingga mengenai wajah Nala.Nala menjerit kaget, tapi kemudian membalas Katya dengan mencipratkan air lebih banyak hingga kakak asuhnya itu pun basah kuyup. Malah gadis remaja itu bersikap semakin sadis, dengan menyemprotkan isi botol shampo ke rambut Katya.Memang sih, Katya belum mandi karena lebih mendahulukan adik-adiknya s
"Om, Kak Katya katanya lagi sakit ya?"Gaffandra yang baru saja keluar melalui pintu kamar, tersenyum kepada seorang anak kecil yang berdiri di depannya dengan wajah cemas. Ia mengajak anak kecil itu untuk berjalan menjauhi kamar agar Katya yang sedang terlelap tidak terganggu."Iya, benar. Tapi dia sudah minum obat dan sekarang sedang beristirahat," sahut pria itu sembari mengusap kepala Mira, anak kecil yang barusan bertanya.Tadi Mira sengaja menunggu di depan pintu kamar utama, yang ia dengar kalau Katya dibawa ke dalam sana dalam gendongan Gaffandra. Jiwa polosnya pun seketika ketakutan, beranggapan jika sesuatu yang parah terjadi pada kakaknya."Kak Katya nggak pernah sakit," guman Mira sambil tertunduk lesu, lalu tiba-tiba mengangkat wajahnya menatap Gaffandra."Apa Kak Katya akan sembuh lagi, Om?"Pria itu sedikit merasa tak nyaman saat mendengar kalimat Mira tentang Katya yang tidak pernah sakit sebelumnya, dan ia sangat yakin sekali kalau itu tidak benar. Bukan tidak pernah s