Katya hanya menatap punggung pria itu sembari memicing kesal. Tadinya ia hendak mengkonfrontasi Gaffandra, tapi Katya terlalu malu untuk bertengkar di depan pelayan yang menatapnya sambil tersenyum.Sekarang saja rasanya ia sudah ingin menbenamkan wajahnya di tanah seperti burung unta, karena ia pasti terlihat seperti wanita nakal karena berada semalaman di kamar Gaffandra."Maaf Nona, perkenalkan nama saya Asti," si pelayan memperkenalkan diri dengan sopan kepada Katya, ketika Gaffandra telah menghilang ke balik pintu kamar mandi."Halo, Asti. Namaku Katya."Asti mengangguk. Sebenarnya sejak semalam ia pun sudah mengetahui nama Nona Muda cantik yang digendong Tuan Gaffandra dan dibawa masuk ke dalam kamarnya.Pelayan itu refleks mengambil sisir sikat dan meminta Katya untuk duduk di kursi depan cermin. Dengan hati-hati, Asti menyisir rambut coklat kemerahan dengan ikal-ikal lembutnya yang masih basah itu. Katya memejamkan matanya selama beberapa detik untuk menikmati sapuan sisir y
"Ririn sudah sadar dan sehat, dampak dari operasi membuatnya tak bisa sadar dalam waktu yang lama. Tadi dia menanyakanmu, tapi Ibu sudah bilang kalau kamu sedang sibuk bekerja bersama Pak Gaffandra." Katya hanya bisa meringis mendengar perkataan Bu Sadna melalui sambungan telepon padanya. Ini pasti dalih Gaffandra yang mengatakan bahwa ia bekerja untuk pria itu agar tidak perlu repot-repot menjelaskan kemana Katya yang tidak pulang semalaman."Syukurlah kalau Ririn sudah sehat. Terus Bayu gimana, Bu? Maaf aku tidak bisa bergantian menjaga di rumah sakit," cetus Katya yang seketika merasa sangat bersalah kepada ibu asuhnya itu."Ibu pasti lelah terus berjaga, kan?" ucap gadis itu lagi. "Tidak juga, Katya. Ada Bu Husna yang membantu di sini kok," cetus Bu Sadna, yang seketika membuat Katya bertanya siapa gerangan wanita itu."Bu Husna itu yang menjaga anak-anak di rumah singgah milik Pak Gaffandra," ungkap Bu Sadna sambil tersenyum. "Oh iya, Bayu juga sudah operasi fraktur tulang, da
Meski hari ini adalah hari libur weekend, namun mendadak ada hal penting pada pekerjaan Gaffandra yang harus dituntaskan hari ini juga. Maka pria itu pun terpaksa meninggalkan Katya sendirian di rumahnya, menunda janji kencan yang sangat ia nantikan meskipun tidak rela. Namun kenyataannya, Gaffandra ternyata sama sekali tidak bisa fokus saat berada di kantor. Pria itu pun memutuskan untuk membawa pekerjaannya keluar. Mungkin sedikit udara segar dan suasana yang berbeda bisa membuatnya lebih fokus.Dan tiba-tiba saja ide itu muncul.Di perjalanan, ia pun memutar kemudi BMW-nya menuju ke rumah singgah tempat adik-adik asuh Katya berada sementara asrama panti asuhan mereka direnovasi.Hari yang sudah menjelang siang dan pekerjaannya yang masih belum selesai, membuatnya tak yakin untuk meneruskan sisa hari ini dengan kencan bersama Katya.Tidak, itu akan terlalu singkat jika dipaksakan hari ini juga dan rugi baginya, lalu kenapa tidak dia habiskan untuk bekerja sekaligus bersenang-sena
"Aku benci cuaca panas, Katya. Aku juga benci pantai. Dan sebenarnya... pekerjaanku hari ini juga padat sekali. Tapi entah kenapa selama seharian ini, yang aku pikirkan hanyalah kamu." Suara maskulin yang mengalun lembut disertai sorot teduh yang teroancar dari manik gelap Gaffandra itu membuat Katya terpaku. Semula ia ingin marah karena pria di depannya ini sangat lancang mencium bibirnya di depan umum, yang bisa saja terlihat oleh adik-adik asuhnya!Namun kini semua kalimat kesalnya pun tertelan kembali, membuatnya hanya menatap Gaffandra tanpa berkata-kata. Senyum kecil kembali terukir di wajah pria itu melihat keterdiaman Katya. Satu cubitan gemas pun ia layangkan ke pipi gadis itu."Sadar nggak sih, kalau kamu itu imut, ngangenin dan bikin candu, hm?" "Aaw!!" Katya memegang pipinya yang barusan dicubit oleh Gaffandra dengan satu tangan, namun tiba-tiba saja tangannya yang bebas ditarik hingga berdiri oleh pria itu. "Ayo ikut, ada yang ingin aku tunjukkan." Gaffandra tersenyu
"Kak, kok badanku disabunin lagi, sih? Kan tadi udah?" Katya tersentak mendengar protes kecil salah satu adik asuhnya yang bernama Mira, yang terlihat heran karena Katya kembali membalurkan sabun ke seluruh tubuhnya untuk yang kedua kalinya."Eh? Aduh, maaf ya, Ra. Kakak lupa." Ringis Katya meminta maaf. Gadis itu pun buru-buru membilas tubuh mungil Mira dengan air."Kebanyakan ngelamun sih, itu pasti lagi mikirin Pak Gaffandra kan? Hahaah...," celetuk jahil Nala, yang juga sama-sama berada di kamar mandi membantu Katya memandikan adik-adiknya yang lain."Jangan ngaco, La! Siapa juga sih yang ngelamun?" ujar Katya yang kemudian dengan sengaja menyipratkan air hingga mengenai wajah Nala.Nala menjerit kaget, tapi kemudian membalas Katya dengan mencipratkan air lebih banyak hingga kakak asuhnya itu pun basah kuyup. Malah gadis remaja itu bersikap semakin sadis, dengan menyemprotkan isi botol shampo ke rambut Katya.Memang sih, Katya belum mandi karena lebih mendahulukan adik-adiknya s
"Om, Kak Katya katanya lagi sakit ya?"Gaffandra yang baru saja keluar melalui pintu kamar, tersenyum kepada seorang anak kecil yang berdiri di depannya dengan wajah cemas. Ia mengajak anak kecil itu untuk berjalan menjauhi kamar agar Katya yang sedang terlelap tidak terganggu."Iya, benar. Tapi dia sudah minum obat dan sekarang sedang beristirahat," sahut pria itu sembari mengusap kepala Mira, anak kecil yang barusan bertanya.Tadi Mira sengaja menunggu di depan pintu kamar utama, yang ia dengar kalau Katya dibawa ke dalam sana dalam gendongan Gaffandra. Jiwa polosnya pun seketika ketakutan, beranggapan jika sesuatu yang parah terjadi pada kakaknya."Kak Katya nggak pernah sakit," guman Mira sambil tertunduk lesu, lalu tiba-tiba mengangkat wajahnya menatap Gaffandra."Apa Kak Katya akan sembuh lagi, Om?"Pria itu sedikit merasa tak nyaman saat mendengar kalimat Mira tentang Katya yang tidak pernah sakit sebelumnya, dan ia sangat yakin sekali kalau itu tidak benar. Bukan tidak pernah s
"Pagi ini Bapak sudah ditunggu meeting dengan klien dari Singapore, lalu lanjut meeting dengan bagian human capital dan produksi, Pak." Nina, sekretaris Gaffandra memberitahukan jadwal kegiatan bosnya itu yang akhir-akhir ini sangat padat dan cukup melelahkan. Ditambah lagi hampir setiap hari ia mampir ke rumah sakit, untuk menemui sang kakek yang masih belum pulih karena serangan jantung beberapa hari yang lalu.Gaffandra adalah cucu tertua keluarga Adhyatama selain adik tirinya Kayden yang masih berusia 7 tahun, dan Mahendra Adhyatama sangat menyayangi cucu pertamanya ini. Diam-diam Gaffandra mendesah pelan mendengar agenda hari ini yang selalu saja dipenuhi jadwal rapat sama seperti kemarin-kemarin.Rasanya ia lelah sekali, tapi entah kenapa akhir-akhir ini masalah di perusahaannya seolah tak ada habisnya. Gaffandra bisa saja mendelegasikan semuanya kepada bawahannya, namun beberapa hal yang krusial tak bisa ia tinggalkan begitu saja. "Baik, Nina. Terima kasih infonya." Nina
Hm... rasanya hangat dan nyaman sekali.Dengan kedua maniknya yang masih tetap terpejam rapat, Katya pun memulas secarik senyum manis di wajahnya.Katya yang biasanya tidur dengan memeluk guling jika sendirian, atau kadang bersama adik asuhnya jika mereka sedang sakit, untuk kali ini merasakan kenyamanan yang berbeda karena pelukan dari dua lengan kokoh yang melingkari tubuhnya dengan posesif.Tunggu sebentar. Lengan kokoh??Kelopak mata gadis itu pun membuka dengan tiba-tiba, menampilkan bola coklat gelap yang membelalak dengan lebar saat melihat seraut wajah tampan yang sedang terlelap dan berada begitu dekat dengan wajahnya.Kenapa Gaffandra bisa tidur di sampingnya?? Bukannya tadi...Sontak Katya memandangi sekelilingnya, dan heran karena tempat ini begitu asing. Bukannya tadi dia sedang tiduran di sofa? Kok bisa-bisanya sekarang dia malah berada di atas ranjang bersama Gaffandra?Katya bermakasud beranjak untuk bangun, namun ternyata gerakannya itu membuat pria di sampingnya iku