Share

5 // Pertolongan Dengan Imbalan

"Ini tuh bukan berarti aku setuju menjadi kekasih Bapak, ya!"

Gaffandra mengulum senyum simpul mendengar nada kesal dari kalimat Katya barusan.

Sejak ia iseng menggoda gadis berkulit seputih salju kemarin, Katya kelihatannya jadi takut jika ternyata ia sungguh-sungguh.

Yah, Gaffandra sebenarnya hanya iseng saja mengajukan diri menjadi kekasih Katya, namun ia juga tidak akan menolak jika seandainya Katya menerima usul itu.

Sayang sekali, gadis itu malah menolak mentah-mentah. Bukan hanya menolak, Katya pun juga marah-marah dan mengomelinya. Haha.

Tapi untung saja gadis ini tidak menolak untuk datang pada perayaan ulang tahun Cia. Saat Gaffandra menjemputnya sesuai janji tepat jam 7 malam, Katya ternyata telah siap di depan pintu menunggunya.

Sangat menyenangkan tidak perlu menunggu seorang gadis yang berdandan terlalu lama, hal yang sering rasakan bersama Olivia ataupun mantan kekasihnya sebelumnya.

Gaffandra melirik Katya yang mengenakan jeans, sepatu kets, dan blus putih bunga-bunga kecil berlengan panjang. Sederhana, tapi ternyata manis juga.

Rambut coklat kemerahan ikal gadis itu dibiarkan tergerai panjang di punggungnya. Sedikit eye liner, perona mata dan lipstik merah muda terpulas tipis di wajahnya.

Katya rupanya sedikit berdandan, tidak cuek seperti penampilannya di bioskop waktu itu. Baguslah.

"Kamu membawa kado?" Tanya Gaffandra saat melirik sebuah kotak kecil yang berada di pangkuan Katya.

"Uh-hum. Bukan kado mahal, dan aku nggak tahu Cia akan suka apa nggak," ringis Katya tidak percaya diri.

Cia adalah bagian dari keluarga Adhyatama yang kaya raya, pasti anak itu sudah memiliki segalanya. Pusing kan kalau memikirkan akan memberikan apa untuk orang yang begitu?

"Tidak masalah. Cia akan senang dengan apa pun pemberian kamu," tukas Gaffandra sambil tersenyum.

Tak ada yang berbicara sesudahnya, karena jalanan malam itu lumayan lancar dan Gaffandra fokus menyetir. Katya pun akhirnya memutuskan untuk membuang pandangan ke jendela.

Melamun. Memikirkan bahwa satu bulan yang lalu ia tidak akan pernah terpikirkan akan berkenalan dengan sosok Cia dan Gaffandra.

Lalu lihatlah sekarang, dirinya sedang berada di dalam mobil mewah, menuju ke rumah Cia untuk ikut merayakan ulang tahun anak itu.

Seuntai senyum tipis terurai di wajahnya. Meskipun aneh dan agak tidak wajar, tapi tante kecil dan keponakannya ini lumayan seru juga.

Sebenarnya Katya agak sedikit enggan berurusan dengan orang kaya seperti mereka, yang sikap dan gaya hidupnya sangat jauh berbeda dengan dirinya.

Tapi tak ada salahnya juga menambah lingkaran pertemanan kan?

***

Di luar perkiraan Katya yang mengira kalau dirinya akan terpinggirkan karena bukan dari kalangan sosialita, ternyata justru Cia dan keluarganya menyambut hangat dirinya.

Katya berkenalan dengan ayahnya Cia, yang juga kakeknya Gaffandra, serta ibunya Cia yang masih sangat muda. Mungkin masih berusia 30an.

Ada Jayden juga yang langsung menyapa dengan ramah dan mengajak berkenalan dengan sahabat-sahabat Cia yang lain.

Pesta ulang tahun ini dirayakan di rumah yang sangat besar dan mewah milik Cia, tepatnya di bagian taman luas di belakang rumahnya.

"Halo."

Katya menoleh cepat ke sumber suara yang barusan menyapanya. Saat ini ia sedang berdiri di dekat meja makanan dan minuman, baru saja mau mengambil segelas fruit punch yang menggugah selera.

Seorang anak kecil laki-laki yang tampan tersenyum manis ke arahnya.

"Kakak cantik, boleh kenalan? Namaku Kayden, usiaku 7 tahun." Ia menjulurkan satu tangannya, yang kemudian dijabat juga oleh Katya, yang diam-diam tertawa dalam hati melihat gaya si bocah yang seperti orang dewasa.

"Halo, Kayden. Aku Katya."

"Wah, Kayden dan Katya. Ternyata nama kita sama-sama awalan K! Kayaknya itu artinya jodoh deh. Ya kan, Kak?" tukas Kayden dengan mata yang berbinar-binar.

"Kayden!"

Suara yang tiba-tiba menyela di antara mereka membuat Katya menoleh, dan ternyata Gaffandra yang datang entah dari mana.

Sebenarnya sejak Katya tiba di rumah Cia, pria itu tiba-tiba menghilang entah kemana. Tak masalah sih bagi Katya, justru dia agak lega malah.

Karena Gaffandra itu... aneh. Dan sedikit menakutkan juga, setelah di bioskop memeluknya tanpa ijin, lalu di acara wisuda kemarin dia mengusulkan agar mereka berpacaran. Hih.

"Jangan main-main. Kamu masih 7 tahun, jangan seperti Cia yang dewasa sebelum usianya," tegur Gaffandra sambil mendelik kepada si bocah yang cuma cengengesan.

"Kak Katya belum punya pacar kan? Jangan pacaran dulu, tunggu aku 10 tahun lagi ya!" Kayden malah semakin menjadi-jadi dengan meraih tangan Katya dan mengecup jemarinya, sama sekali tidak peduli meski melihat Gaffandra yang sudah mendelik ke arahnya.

Katya hanya bisa tertawa geli melihat Kayden yang berlari terbirit-birit melihat kekesalan di wajah Gaffandra.

"Lucu banget ya Kayden. Adiknya Cia ya?" tanya Katya setelah tawanya mereda.

"Bukan," sahut Gaffandra.

"Oh, kalau begitu... keponakannya Bapak?"

"Bukan juga."

Katya mengernyit bingung ketika Gaffandra membantah semuanya. Ia pun akhirnya hanya melemparkan tatapan bertanya kepada Gaffandra.

"Dia adikku," ucap Gaffandra mengejutkan.

Hah? Adik?? Sekecil itu??

"Adik tiri lebih tepatnya sih. Ayahku menikah lagi, entah untuk keberapa kalinya jangan tanya, karena aku lupa. Kayden adalah putranya dengan istrinya yang sekarang," jawab Gaffandra santai.

"Jangan bengong. Muka kamu jadi jelek." Gaffandra iseng memasukkan potongan kecil kue canapé yang ia ambil dari meja, ke dalam mulut Katya yang terbuka lebar.

Katya terpaksa mengunyah makanan manis dengan tekstur lembut itu, sambil berpikir betapa anehnya keluarga si Gaffandra ini.

Punya tante yang masih berusia 11 tahun, lalu adik yang masih berusia 7 tahun. Rumit.

"Ah, sial!" Gaffandra tiba-tiba saja mengumpat pelan, membuat Katya menatapnya heran.

Ada apa lagi sih??

Katya ikut melihat ke arah pandangan Gaffandra tertuju, yaitu seorang wanita cantik dengan rambut bercat pirang yang sedang tersenyum dan berjalan ke arah Gaffandra.

"Kenapa dia datang, sih?" guman pelan Gaffandra, tapi masih dapat didengar oleh Katya. "Cia, awas saja kalau ketahuan kamu yang mengundangnya!"

"Halo, Gaffandra." Suara lembut yang menyapa itu kini sudah berada sangat dekat, bahkan wanita cantik itu memeluk dan mencium pipi Gaffandra.

"Halo, Oliv. Apa kabar?" Sahut Gaffandra dengan raut datar dan dingin, sangat jauh berbeda dari sebelumnya.

Wanita yang dipanggil Oliv itu pun tersenyum, namun entah kenapa Katya melihat sorot sedih di matanya.

"Aku sedang mencoba untuk baik-baik saja," sahutnya sendu. Jemari lentik berkuteks merah menyala milik wanita itu pun terjulur, seperti hendak meraih wajah Gaffandra.

Namun pria itu memundurkan tubuhnya selangkah, dan tiba-tiba saja ia menyambar dan menarik pergelangan tangan Katya.

"Oh iya, Oliv. Kenalin, ini Katya. Pacarku."

Belum pulih dari keterkejutannya karena Gaffandra yang tiba-tiba menariknya mendekat, Katya pun semakin membelalakkan maniknya mendengar kalimat ngaco yang pasti akan menimbulkan masalah itu.

Katya merasakan bibir Gaffandra yang berada begitu dekat di sisi wajahnya, bahkan desah napas lembut beraroma mint pun ikut tercium olehnya.

"Untuk kali ini saja, Katya. Bantu aku."

Bisikan pelan itu membuat Katya mematung selama sejenak.

Aduh.

Iya sih, dia memang punya hutang budi kepada Gaffandra yang telah membebaskannya dari keharusan membayar uang wisuda, tapi ya nggak gini juga cara balas budinya!

Wanita cantik yang dipanggil Oliv itu pun serta merta mengalihkan wajahnya untuk menatap lekat Katya.

Maniknya yang setajam sinar laser seolah menguliti seluruh penampilan Katya, menelitinya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.

"Halo, aku Olivia," ucapnya kemudian sembari menjulurkan satu tangannya kepada Katya.

"Katya," sahut gadis itu bersalaman dengan Olivia. Rasanya Katya ingin sekali memutar bola mata, karena bisa-bisanya ia terjebak di dalam drama antara Gaffandra dan mantannya!

Ya, ia ingat sekarang. Kemarin di bioskop, Cia pernah bercerita kalau Gaffandra baru saja putus dari kekasihnya yang bernama Olivia.

Dan sekarang Gaffandra malah menggunakannya sebagai "tameng" dengan berpura-pura menjadi pacarnya.

Ya ampun, drama klise ini rasanya membuat kulit Katya menjadi gatal-gatal karena alergi.

"Kita baru putus 2 minggu, secepat itu kamu menemukan pengganti, ya?" Tawa tanpa suara yang ditujukan kepada Gaffandra keluar dari bibir Olivia, membuat Katya ingin garuk-garuk saja kepala rasanya karena risih.

"By the way, Katya. Berapa usiamu? Sembilan belas? Atau masih delapan belas?"

"21 tahun," sahut Katya lugas.

"Oh. Masih muda ya," komentar Olivia sambil tersenyum dan melirik Gaffandra.

Wanita itu sepertinya ingin mengucapkan sesuatu, tapi Katya mendengar ponselnya suara yang berbunyi.

Dengan perasaan lega karena merasa bebas dari drama Gaffandra dan mantannya, Katua pun permisi untuk menerima telepon yang ternyata dari Bu Sadna.

"Halo."

"Katya..."

Katya mengernyit mendengar suara wanita itu terdengar serak seperti orang yang sedang menangis. Seketika perasaannya pun berubah tak enak.

"Bu Sadna? Ada apa?"

"Katya... maafkan Ibu, nak. Ibu tidak bisa mempertahankan asrama kita... maaf, Katya."

"Ibu bicara apa sih? Sebenarnya apa yang--"

Ucapan Katya pun terpotong saat ia mendadak mendengar suara jeritan Ririn, salah satu adik asuhnya di asrama.

"Bu? Ririn kenapa? Tadi--"

TUT TUT

Tiba-tiba saja sambungan teleponnya mati, dan Katya pun buru-buru menelepon Bu Sadna kembali.

Tapi sayangnya, Bu Sadna tidak mengangkatnya.

Tanpa berpikir dua kali, Katya pun buru-buru mencari Cia. Ia harus pamit pulang, karena sesuatu tengah terjadi di asrama yatim piatu.

"Cia!"

Katya menghampiri anak perempuan yang sedang berulang tahun itu untuk mengecup pipi kiri dan kanannya.

"Happy birthday ya. Maaf aku nggak bisa lama-lama karena harus pulang."

Cia membulatkan matanya mendengar perkataan Katya. "Eh? Kok pulang, Kak? Acaranya belum mulai loh ini..."

"Maaf. Beneran aku minta maaf banget, Cia. Tapi ada masalah urgent di asrama, jadi aku harus pulang sekarang juga. Salam buat Jayden dan semua ya. Bye, Cia."

Dan tanpa berkata apa pun lagi, Katya pun segera berlari keluar dari rumah mewah itu tanpa menoleh lagi.

Yang ada di dalam pikirannya hanya satu, yaitu segera kembali ke asrama.

***

Katya baru saja turun dari ojek, saat ia melihat pemandangan mengharukan sekaligus mencekam di malam itu.

Bu Sadna beserta seluruh anak asrama panti asuhan terlihat sedang duduk dengan pandangan kosong di trotoar jalanan, ditemani beberapa tetangga yang rumahnya cukup dekat dengan panti asuhan.

Mereka memberikan minum, selimut dan makanan ala kadarnya untuk anak-anak panti yang kelaparan dan kedinginan karena sepertinya belum makan malam.

"Katya!" Bu Sadna memanggilnya, dan Katya pun berlari mendekati wanita paruh baya itu.

"Ada apa ini? Kenapa anak-anak berada di luar selarut ini?" Tanya Katya tak mengerti.

"Ibu meminjam uang kepada rentenir untuk membayar rekening listrik dan kebutuhan sekolah," sahut Bu Sadna dengan mata berkaca-kaca. "Dan ibu baru tahu jika bunganya berlipat ganda setiap minggu."

Katya memijat kepalanya yang mendadak nyeri seperti ditusuk duri. "Ibu... meminjam kepada rentenir?"

"Maaf..."

"Lalu kenapa kalian semua berada di luar begini?"

"Mereka sedang memeriksa isi asrama untuk mengambil barang berharga yang bisa dijadikan jaminan," ucap Bu Sadna lagi. "Dan mereka menyuruh kita menunggu di luar."

Ugh. Nyeri di kepala Katya pun semakin terasa menyakitkan.

Beginilah nasibnya jika asrama panti asuhan ditinggalkan begitu saja oleh yayasan pengelola dan para donaturnya.

Entah kemana mereka semua sekarang, membiarkan anak-anak panti asuhan yang dulu mereka kumpulkan dibiarkan terombang-ambing nasibnya begitu saja.

Hingga membuat Bu Sadna terpaksa meminjam uang dari rentenir jahat yang hanya mencuranginya.

"Aku akan masuk," ucap Katya saat melihat asramanya. "Aku akan coba bicara dengan rentenir itu, Bu."

"Hati-hati, Katya. Mereka menakutkan."

Gadis itu hanya menganggukkan kepala, lalu bergegas menuju gedung bobrok yang merupakan asrama tempatnya tinggal selama hidupnya.

"Haloo! Permisii!!"

Katya mendengar langkah kaki berat menuju ke arahnya, dan tiga orang lelaki bertubuh tambun tiba-tiba saja datang ke hadapannya.

"Siapa kamu?!" hardik salah satu dari lelaki seram itu.

"Aku salah satu penghuni asrama ini," sahut Katya tenang. "Berapa hutang Bu Sadna?" Tanya gadis itu tanpa basa-basi lagi.

"Lima puluh juta dengan bunganya," sahut lelaki itu.

"Hah??? Li-lima puluh juta?! Tidak mungkin..." Katya memijat pelipisnya yang semakin terasa berat. Pasti Bu Sadna sudah ditipu. Mana ada bayar listrik bunganya sampai 50 juta??

"Oke. Kasih aku waktu untuk membayarnya, Pak. Aku akan mencicil sampai lunas, tapi tolong jangan merusak dan membuat semuanya jadi berantakan," pinta Katya sambil melirik lemari yang semua isinya dikeluarkan dari dalam dan dilemparkan ke lantai begitu saja.

Salah seorang lelaki tadi memandangi Katya dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu tersenyum penuh arti.

"Daripada cari duit untuk membayar, mending kasih tubuh kamu aja, gimana? Sekali pake, aku bayar 5 juta. Lumayan kan? Kamu tinggal melayani 10 kali dan semuanya pun lunas," timpal lelaki itu yang disambut oleh tawa dua lelaki lain.

Tatapan mereka seolah menelanjangi Katya dan membuat gadis itu jijik.

PLAKKK!!

Katya menampar lelaki itu dengan sekuat tenaga, merasa tidak terima karena perkataan yang merendahkan dirinya.

"Gadis sialan!! Berani sekali memukulku?!" Lelaki yang ditampar tadi pun terlihat geram karena Katya yang menampar wajahnya.

"Pegangi dia!" titah lelaki itu kepada dua orang lelaki lain.

Hanya sekejap, Katya pun akhirnya tak bisa berkutik lagi karena kedua tangannya yang dipegangi.

"Kamu berani juga ya?" Ucap lelaki itu sambil terkekeh pelan melihat usaha keras Katya untuk membebaskan diri.

"Karena wajah kamu cantik, jadi hutang Sadna akan lunas selama kamu yang membayarnya dengan tubuh kamu. Ngerti?! Bawa dia pulang," titahnya kepada dua lelaki yang memegangi Katya.

Namun saat mereka semua membalikkan badan menuju pintu keluar, sebuah sosok tinggi besar tengah berdiri tepat di bingkai pintu. Diam dan mengamati mereka semua dalam keheningan.

Katya menelan ludahnya dan menatap nanar kepada pria yang berdiri tegak dan memandangi dirinya dengan tajam.

Gaffandra. Kenapa dia bisa ada di sini?!

"Hei, kamu siapa?!" hardik lelaki yang berada di depan.

Gaffandra mengabaikan perkataan itu, dan malah mengeluarkan ponsel mewah dari sakunya lalu menekan-nekan layarnya beberapa kali.

"Masukkan saja jumlah uangnya, terserah berapa pun yang kamu minta," ucap Gaffandra tiba-tiba, sambil menyerahkan ponselnya kepada lelaki tadi.

"Asalkan kalian lepaskan gadis itu, dan jangan ganggu ketenangan asrama ini lagi."

Ketiga orang itu pun saling melemparkan pandangan, seolah saling meminta pertimbangan.

"Hutangnya 50 juta beserta bunga. Tapi aku mau ganti rugi 100 juta," ucap lelaki itu kepada Gaffandra.

Gaffandra menyunggingkan senyum miring yang samar mendengar nominal yang diminta.

"Masukkan angka 200 juta, dan juga nomor rekening tujuannya," ucap pria itu kemudian, yang membuat Katya terkejut dan tiga orang lelaki tambun itu tertawa senang.

"Beres," ucap lelaki yang memasukkan angka dan nomor rekening di ponsel Gaffandra. "Terima kasih, Boss. Kalau begini kan lebih enak."

Gaffandra menunjukkan bukti pembayaran melalui internet, yang membuat ketiga lelaki itu bertepuk tangan dan tertawa puas. Mereka pun melepaskan Katya, lalu berlalu dari asrama sambil bersiul-siul.

"Terima kasih." Katya menundukkan wajahnya di hadapan Gaffandra yang masih menatapnya dalam diam.

"Aku akan bayar dengan mencicil semuanya, Pak. Sungguh--"

"Besok kita bicarakan lagi bagaimana cara kamu membayarnya," potong Gaffandra sambil mengurai senyum tipis.

"Huh?"

"Untuk kali ini, pertolongan yang aku berikan tidak gratis, Katya. Harus ada imbalannya, dan... besok akan kuberitahu apa yang harus kamu lakukan untuk dapat melunasinya," ucap Gaffandra, sebelum pria itu membalikkan badannya dan melangkah pergi.

***

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Gaby
Menarik banget ceritanya gampang dicerna juga
goodnovel comment avatar
estela sentinuwo
sangat bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Bekti Nursari
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status