Beranda / Romansa / Hasrat Cinta Tuan William / 12. Lepas Pakaian, Lalu Berbaliklah

Share

12. Lepas Pakaian, Lalu Berbaliklah

Penulis: Dien Madaharsa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-20 21:30:16

“47 kilogram, tinggi 168 sentimeter.”

Suara Ringga menggema di ruang studio pagi itu, tepat hari ke-20 semenjak Lira menjalani pekerjaan barunya sebagai calon model.

Tunggu, pekerjaan? Lira bahkan tidak dibayar untuk melakukan hal ini.

Ringga memang membekalinya dengan banyak wawasan, dan Annalise melakukan tugas terbaiknya dalam memenuhi gizi Lira. Fasilitas yang sempurna, makanan enak, serta kamar pribadi yang nyaman dan luas. Hal itulah yang sejauh ini menahan mulut Lira untuk protes tentang perbudakan yang mungkin dialaminya. Walaupun setiap harinya dia melakukan rentetan pekerjaan yang tidak disukainya, setidaknya Lira bisa sedikit bersyukur karena tidak hidup menggelandang di jalanan.

“Apa ini progres bagus?”

Lira berceletuk setelah turun dari papan timbangan. Dia berharap kenaikan berat badannya ini membuat Ringga bangga—bahkan mungkin William. Dua orang itu sejak awal selalu mengkritik tentang tubuhnya yang kurus seperti papan.

“Lumayan,” kata Ringga. “Kau sudah tidak te
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Hasrat Cinta Tuan William   20. Naiklah ke Pangkuanku

    “Bunuh diri?” Lira mendesis tidak percaya. Mulanya Lira hendak menuntut Ringga agar menceritakan hal ini lebih dalam, tetapi sang asisten menolak. Dia membuang napas panjang seraya menepuk kedua pahanya dengan keras.“Sudahlah, Lira. Kau tidak perlu mendengar bagian itu, karena terlalu menyakitkan.”“Tidak! Aku mau mendengarnya!”“Kalau sampai Tuan William tahu kita tidak latihan, beliau bisa marah besar.” Kemudian Ringga bangkit dan menuju seberang panggung untuk menyetel musik. “Tapi—”“Lira,” Ringga berbalik lagi, kali ini wajahnya amat serius. “Bukankah kau sendiri yang bilang ingin fokus dengan tugasmu? Mencampuri urusan Tuan William hanya akan membuatmu berada dalam masalah. Di tempat ini kau perlu belajar tentang batasan.”“Kau yang memberitahuku dulu soal itu!” protes Lira, membuat Ringga berjengit. “Kalau kau tidak mau aku penasaran, harusnya sejak awal kau pura-pura tidak tahu saja tentang masa lalu Tuan William.”Ringga membuang napas lelah. “Baiklah, kau menang. Aku yan

  • Hasrat Cinta Tuan William   19. Kau Menyukai Tuan William?

    Pukul 16.40, keduanya sudah kembali pulang. William langsung masuk ke ruang kerjanya, sementara Lira kembali ke kamar sambil menenteng tas kecil berisi ponsel baru dan sekantong tas penuh buku-buku. Dia menuangkan semua hadiah pemberian William ke atas kasur, kemudian atensinya terpancang pada kotak ponsel iphone model terbaru yang baru saja dibeli William. Sebenarnya… Lira tidak benar-benar ingin ponsel itu. Alasan terbesarnya untuk membeli ponsel itu adalah karena dia mungkin akan memikirkan tawaran Darren tentang upaya pembebasan dirinya. Gadis itu merogoh laci di nakas tempat tidur, menarik keluar sebuah kartu nama dan membolak-baliknya dengan ekspresi menimbang-nimbang. ‘Apakah aku harus menghubungi Darren sekarang?’Lira menggeleng kecil. Tidak. Dia akan menjadi gadis tidak tahu diri bila langsung mengharapkan pergi dari rumah padahal William sudah memberikannya semua barang mahal ini. Namun, apakah semua ini sepadan dengan harga kebebasannya? Apakah semua ini cukup mengga

  • Hasrat Cinta Tuan William   18. Dia Tidak Tergantikan di Hidupku

    Satu kata; tersipu. Hadiah pemotretan pertama, katanya? Lira cepat-cepat mengalihkan pandangan dari wajah William karena takut salah tingkah. Gadis itu menunduk, mengusap-usap buku-buku jarinya dengan gelisah. Suara lembutnya. Tatapannya. Segenap perhatian William membuat Lira merasakan debur perasaan aneh di dasar perut. Dia tidak pernah menyangka William akan membawanya ke tempat ini dan membebaskannya untuk berbelanja apa pun yang Lira mau. Padahal beberapa menit sebelum ini, William terlihat kesal. Lira kira dia akan dihukum. Rupanya selama ini dia hanya berpikir buruk saja. “Tuan,” kata Lira sementara mereka melangkah menyusuri lobi yang megah. Kepalanya celingukan bingung melihat ke kanan dan kiri. “Saya tidak tahu menginginkan apa. Anda sudah memberikan saya banyak pakaian di mansion, itu saja belum semua saya pakai.” “Kalau begitu jangan pilih pakaian. Masih ada sepatu, tas, perhiasan, perawatan kulit ….” “Tapi semuanya juga sudah tersedia di rumah Anda.”William tiba-ti

  • Hasrat Cinta Tuan William   17. Tuan Boleh Menghukum Saya

    Seminggu kemudian….Lira memandangi semua potretnya yang terpajang elok di halaman majalah Treasure, dan tidak percaya bahwa gadis di foto itu adalah dirinya. Dari tatanan rambut, ekspresi wajah, pose tubuh, sampai kulitnya yang tampak halus dan mengkilap, segalanya terlihat familiar namun asing secara bersamaan. Ringga yang sejak tadi berdiri di samping Lira, menekan pundaknya dengan lembut. “Kerja bagus. Lira. Kau bahkan dapat ulasan positif di situs. Nah, omong-omong kenapa kau malah diam saja, sih? Harusnya kau girang tahu.”Lira meletakkan majalah itu kembali ke meja makan, kemudian menyungging tawa terpaksa. “Entahlah, aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Menurutku, orang di majalah ini bukan aku.”“Itu karena kau belum pernah melihat dirimu berdandan secantik ini sebelumnya.” Kemudian Ringga menarik dagu Lira agar mendongak padanya, “Sekarang kau tahu, kan? Bahkan wajah yang dulunya kau anggap biasa saja bisa menjadi luar biasa ketika kau tahu caranya memaksimalkan make up

  • Hasrat Cinta Tuan William   16. Aku Perusak Hubungan

    Setelah beberapa lama, insiden yang ditakutinya tidak kunjung terjadi. Akhirnya, Lira membuka mata, menatap William yang kini telah memberi jarak pada dirinya. Wajah William sudah tidak sepucat tadi—mungkin pulih dari apa pun yang menyerangnya beberapa detik lalu. Pria itu membuang napas berat seraya memegangi keningnya, seperti menahan pening. “Kau,” kata William, suaranya normal dan jernih. “Jangan mencari gara-gara lagi.” “Saya minta maaf, Tuan.” Lira kembali berdiri tegak, tertegun dengan betapa patuh dirinya. Mungkin, seharusnya dia bertanya pada William apa yang terjadi barusan. Mengapa sikapnya berubah mendadak begini? Dan apa yang sedang dia minum tadi? Benaknya mencoba mencari-cari jawaban dari pertanyaan itu. Lira melirik ke bawah, menatap tangan kiri William yang masih menggenggam tabung mungil putih. Itu seperti… obat? “Kembali ke tempatmu,” William tiba-tiba memerintah. Tangan kirinya disembunyikan ke balik tubuh sehingga Lira tidak bisa melihatnya lagi. “Ya, Tuan.

  • Hasrat Cinta Tuan William   15. Kau Punya Pilihan untuk Menghindar

    “Oh, astaga, maafkan aku karena menyentuh bonekamu sembarangan.” Kata-kata Darren membuat William mengernyit tipis. Lira merasakan ketegangan yang merambat di antara dua pria dewasa ini. Dia ingin mundur dan istirahat saja di belakang panggung, tetapi William masih mencengkeram pergelangan tangannya dengan erat. “Darren, kurasa aku tidak ingat sudah mengundangmu datang kemari.” William berdesis lirih. Darren menjejalkan kedua tangannya di saku celana, tampak kelewat santai. Lira bertanya-tanya mengapa Darren bisa setenang itu berhadapan dengan William. Padahal, Orang-orang di studio ini sangat segan dan biasanya bicara dengan kepala menunduk kepada William.“Memang bukan kau yang mengundang, tapi perwakilan dari majalah Treasure.” Darren melayangkan ibu jarinya ke belakang, pada seorang wanita paruh baya yang sedang berbicara dengan kerumunan staf. Dia terlihat seperti orang penting di tempat ini, karena dandanan dan gerak-geriknya. “Madam Vanya?” William mengerutkan kening. “Unt

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status