Share

115. Dance with Me!

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-02-28 09:39:23

Lea nyaris membelalakkan mata saat melihat sosok Kayden melangkah tegap ke arahnya. Ia bahkan sempat memejamkan mata sejenak, sebagai usaha untuk memastikan bahwa penglihatannya tidak menipunya. Namun berapa kali pun ia mengedip, sosok di depannya tetaplah Kayden.

“Sir,” ucap Lea sopan, meski keterkejutan masih terasa dalam nada suaranya.

Kayden tidak langsung menanggapi. Pria itu hanya berdiri di hadapannya, lalu menatapnya tanpa ekspresi sebelum akhirnya membuka suara.

“Ke mana saja kamu, hm?”

Lea bergumam pelan. “Uhm, aku hanya pergi mencari udara segar sebentar,” sahutnya hampir ragu. Ia mencodongkan tubuhnya sedikit ke depan dan berbisik, “Kupikir kamu tidak akan datang.”

Kayden menyunggingkan senyum miring. “Ternyata kamu masih suka membuat asumsi yang salah,” balasnya santai.

Lea memanyunkan bibir. Bukan dirinya yang selalu salah berasumsi, tetapi memang Kayden yang tidak bisa ditebak sama sekali. Terakhir kali saat Lea memberinya jawaban 'terserah', Kayden menegaskan bahwa dia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   116. Bitch and Old Wounds

    Musik masih mengalun ketika pembawa acara mengumumkan pergantian pasangan dansa. Lea bahkan tidak punya waktu untuk menyadari apa yang terjadi saat seseorang menyentuh tangannya menggantikan Kayden.Lea kini menari dengan pria lain—seorang tamu yang sama sekali tak ia kenal. Sementara itu, Kayden terpaksa berdansa dengan seorang wanita yang mendekatinya lebih dulu.Namun berbeda dengan Lea yang berusaha menyesuaikan diri dengan pasangannya, Kayden sama sekali tidak tertarik dengan wanita di hadapannya. Raut wajahnya kaku, sorot matanya dingin. Tatapannya sama sekali tak lepas dari Lea.Ia memperhatikan setiap gerakan wanita itu. Bagaimana pria yang kini menjadi pasangannya menuntun Lea, bagaimana tangan lelaki itu menyentuh pinggangnya. Otot rahang Kayden berdenyut keras.Kayden tidak menyukai ini.Sama sekali tidak.“Tuan Easton,” suara lembut wanita di hadapannya berusaha menarik perhatiannya. “Anda terlihat tidak nyaman. Apa saya menari terlalu buruk?”Kayden mengalihkan pandangan

    Last Updated : 2025-03-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   117. Pilihanmu Adalah Aku

    Astrid sedang menikmati segelas anggur ketika suara langkah tergesa-gesa mendekatinya. Ia mengangkat alis ketika melihat Emma berjalan cepat dengan ekspresi murka, mata putrinya itu dipenuhi kemarahan yang tak terbendung.“Aku sudah muak!” Emosi Emma meledak begitu sampai di hadapan ibunya. “Aku tidak percaya dia benar-benar melakukan ini padaku!”Astrid menurunkan gelasnya dengan tenang, lalu menatap Emma dengan penuh tanya. “Siapa yang kamu maksud?”“Siapa lagi kalau bukan Kayden Easton?” Emma hampir berteriak, tapi langsung menekan suaranya agar tidak mengundang perhatian. “Dia mengusirku! Demi wanita itu! Di depan mataku, dia membela si jalang Lea dan memperlakukannya seolah-olah dia sesuatu yang berharga!”Sekilas, ekspresi Astrid tampak kaku. Namun ia tetap menjaga ketenangannya dan menyandarkan tubuh ke kursi dengan elegan. “Ceritakan pada ibu. Bagaimana kejadiannya?”Emma mengepalkan tangan, napasnya naik-turun akibat emosi yang meluap. “Aku hanya ingin memberi jalang itu peri

    Last Updated : 2025-03-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   118. Château Margaux

    Begitu pesta selesai, Emma tiba di kamarnya dengan langkah kasar. Setelah pintu tertutup, ia langsung melempar barang-barang yang ada di dekatnya. Sebuah teriakan penuh kemarahan meledak dari mulutnya, disertai umpatan kasar yang ditujukan pada Lea yang bahkan tidak bisa mendengarnya.Sejak Kayden membawa Lea pergi, Emma tidak lagi bisa menikmati pesta ulang tahun ayahnya yang megah. Setiap ucapan selamat dan tawa tamu-tamu yang hadir terasa seperti ejekan di telinganya. Dalam hatinya hanya ada kemarahan yang membara pada saudara tirinya itu.“Kenapa jalang itu selalu menghancurkan kebahagiaanku?! Aku ingin dia mati sekarang!” teriaknya, lalu menyambar vas di atas nakas dan melemparkannya ke lantai.Pecahan kaca berhamburan dan hampir mengenai kakinya, tetapi Emma sama sekali tidak peduli.Napasnya memburu sementara dadanya naik turun dengan liar. Ia tidak bisa menerima ini—tidak setelah apa yang terjadi tadi. Lea harus dihancurkan.Emma meraih ponselnya dengan tangan gemetar karena a

    Last Updated : 2025-03-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   119. Ketahuan?

    Pagi itu, Lea menuruni anak tangga dengan anggun. Langkahnya pelan saat melewati lorong menuju ruang makan. Setibanya di sana, ia melihat Madam Eleanor tengah menuangkan teh ke dalam cangkir.“Selamat pagi, Nyonya Rose,” sapa Madam Eleanor saat Lea memasuki ruangan.Lea menarik kursi dengan gerakan tenang, ujung jemarinya menyentuh permukaan kayu berukir sebelum akhirnya duduk. Ia menoleh ke arah Madam Eleanor dengan senyum manis yang tersungging di bibirnya.“Selamat pagi, Madam,” sahutnya sopan.Di atas meja, aneka hidangan tersaji dengan aroma menggugah selera. Roti panggang hangat dengan olesan mentega yang meleleh, omelet lembut berisi paprika dan keju, serta semangkuk sup kaldu ayam. Secangkir teh hitam beraroma melati tersaji dalam cangkir porselen berhias emas, menambah kesan elegan pada pagi yang tenang.Lea meraih sendoknya, lalu mengaduk sup di depannya dengan perlahan. Namun sebelum ia sempat menyendokkan suapan pertama, Madam Eleanor yang tengah menuangkan kopi ke dalam c

    Last Updated : 2025-03-02
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   120. Cafe Verdant

    Lea segera bergerak, lalu berdiri di samping Kayden sebelum pria itu sempat bangkit. Dengan cepat, tangannya menekan kepala pria itu dengan cukup kuat mencegahnya untuk berdiri.“Diam di sana,” bisiknya.Kayden mengerutkan kening, tetapi tidak langsung melawan. Ia hanya menatap wanita itu dengan tatapan tajam yang menyiratkan ketidaksabaran. Namun sebelum ia bisa berkata apa pun, Lea sudah menekan kepalanya lebih kuat.Seperti dugaan Lea, pelayan itu akhirnya menyadari keberadaannya di dalam paviliun kaca. Pelayan itu tersenyum sopan padanya. Meski kegugupan menyergap dada Lea, tetapi ia tetap memasang ekspresi santai.Lalu, tanpa Lea duga, pelayan itu tiba-tiba melangkah ke arahnya. Panik, Lea buru-buru keluar menghampirinya sebelum wanita itu sempat melihat lebih jauh ke dalam paviliun dan menyadari keberadaan Kayden di sana.“Uhm, hai,” sapa Lea begitu berdiri di depan si pelayan, bibirnya melengkung canggung.Pelayan itu membalas senyumnya. “Maaf, Nyonya. Saya tidak bisa menemukan

    Last Updated : 2025-03-02
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   121. Diculik

    Vincent membantu menarikkan kursi untuk Lea sebelum mempersilakan wanita itu duduk.Lea merasa canggung luar biasa, tetapi tetap tersenyum kecil. “Padahal kamu tidak perlu repot-repot. Tapi, terima kasih,” ujarnya sambil duduk.Vincent tersenyum simpul. “Untuk wanita cantik sepertimu? Sama sekali bukan repot.”Lea merasa tersipu, tapi ia segera menguasai ekspresinya agar tetap terlihat tenang.“Jadi, bagaimana kabarmu?” tanya Vincent.Lea mengangguk pelan. “Aku baik, berkatmu. Aku belum sempat berterima kasih dengan benar karena malam itu ….” Ia menarik napas. “Kalau bukan karena kamu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku benar-benar berhutang budi padamu.”Vincent menatapnya lekat. “Kamu tidak perlu memikirkan itu, Lea. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya.”Lea hendak menjawab, tapi Vincent sudah terkekeh pelan.“Tapi, tahu tidak? Kalau aku tidak melihat langsung kejadian malam itu, aku mungkin akan mengira kamu adalah seorang pelari maraton yang sedang berlatih di tengah ma

    Last Updated : 2025-03-02
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   122. Usaha Kayden

    “S-Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?” tanya Lea dengan suara bergetar.Pria bertato itu menyeringai kecil, tetapi tidak menjawab. Sebaliknya, ia berbalik sejenak lalu melangkah perlahan ke sudut ruangan sebelum kembali dengan sebilah pisau kecil di tangannya.“Aku ingin tahu,” kata pria bertato, suaranya terdengar main-main namun dingin dan penuh tekanan. “Seberapa berharganya kamu sampai seseorang ingin kamu tetap hidup.”Lea membeku. ‘Seseorang ingin aku tetap hidup?’ pikirnya dalam hati.Apa maksudnya? Apakah ini berarti pria itu tidak berniat membunuhnya? Atau justru ingin menyiksanya terlebih dahulu?Ketakutan semakin mencengkeram Lea dengan erat. Ia menggigit bibirnya, berusaha menahan isak yang nyaris lolos. Matanya mencari jalan keluar, tetapi tidak ada. Satu-satunya pintu keluar berada di belakang pria itu.Namun, ada sesuatu yang lebih membuat Lea terkejut.Pria itu memutar pisau di jarinya sebelum berbicara lagi, “Seseorang mengirim salam untukmu. Katanya, kamu harus bela

    Last Updated : 2025-03-03
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   123. No Mercy, No Hesitation

    Ponselnya bergetar lagi. Kayden segera meraihnya dan menyipitkan mata saat melihat nama Jonas. Tanpa ragu, ia menjawab panggilan.“Sir, kami sudah menelusuri daftar individu dan kelompok yang memiliki ciri tato tersebut. Sepertinya kita menemukan kecocokan,” lapor Jonas di seberang telepon.Jari Kayden mengetuk lengan kursinya dengan ritme pelan. “Siapa?” tanyanya, suaranya terdengar serius.Jonas menyebutkan sebuah nama dan lokasi. Kayden terdiam sejenak, membiarkan informasi itu meresap dalam pikirannya sebelum akhirnya bersuara.“Pastikan mereka masih di sana. Aku akan ke sana sekarang.”“Apakah Anda ingin membawa pengawalan?”Kayden bangkit berdiri. “Aku akan menangani ini sendiri untuk sekarang, tapi siapkan tim untuk berjaga-jaga.”“Dimengerti, Sir.”Kayden mengakhiri panggilan telepon sebelum melangkah menuju garasi.Di tempat lain, Lea duduk dengan tubuh menggigil. Rasa dingin dari lantai beton meresap ke kulitnya, sementara keheningan di ruangan itu membuat detak jantungnya t

    Last Updated : 2025-03-03

Latest chapter

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   200. Happy Ending

    Langit Santorini memancarkan semburat oranye keemasan saat senja menuruni cakrawala. Laut biru membentang luas di hadapan mereka, sementara angin laut yang hangat menyapu perlahan kulit mereka.Di balkon vila pribadi yang menghadap laut, Lea bersandar di dada Kayden, dibalut gaun putih tipis dengan rambut tergerai lembut tertiup angin.“Aku masih tidak percaya kita sudah menikah,” bisik Lea, jemarinya menggenggam tangan Kayden yang melingkari pinggangnya dari belakang.Kayden menunduk, mencium pelipis Lea dengan pelan. “Kalau begitu, aku harus lebih sering mengingatkanmu.”Lea terkekeh kecil. “Dengan apa? Ciuman? Pelukan? Atau ... sesuatu yang lain?”Kayden tertawa pelan di telinganya. “Semua itu. Dan lebih.”Ia membalik tubuh Lea perlahan agar menghadap padanya. Mata mereka bertemu, dan sesaat dunia terasa hening. Jemari Kayden mengusap lembut rahang Lea, kemudian menyelip ke belakang lehernya.“Kamu tahu,” ucap Kayden pelan, “sejak pertama kali melihatmu, aku tahu kamu akan menghanc

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   199. Janji Suci

    Gedung megah itu berdiri anggun di jantung Manhattan, seluruh dinding kacanya memantulkan cahaya matahari sore yang perlahan menurun.Dikelilingi taman pribadi dan air mancur yang menjulang di tengah pelataran marmer putih, lokasi itu dipilih Kayden sendiri.Tempat eksklusif yang tak pernah dibuka untuk umum, hanya untuk perayaan yang benar-benar berarti.Sore itu, ballroom dengan dinding kaca sepenuhnya berubah menjadi taman impian. Kelopak mawar putih berjatuhan dari langit-langit kaca, sementara pilar-pilar klasik dihiasi anggrek dan bunga lili yang dirangkai dengan kristal halus.Suara denting harpa mengalun lembut di latar, mengisi ruang dengan kemegahan tanpa kesan berlebihan. Hanya tamu pilihan yang hadir. Orang-orang yang benar-benar berarti dalam hidup Lea dan Kayden.Julianne tampak anggun dengan gaun berwarna champagne, berdiri di sisi kursi tamu bersama Indi dan Rhaelil. Silas mengenakan tuksedo hitam pekat, berdiri di dekat altar sebagai pendamping utama Kayden.Kaelyn Br

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   198. Mawar, Cincin, dan Takdir

    Lea menatap Kayden dengan mata membulat, tak percaya pada apa yang baru saja terjadi di hadapannya. Seluruh pikirannya membeku sejenak, digantikan oleh satu gelombang emosi yang tak tertahan—kaget, haru, bahagia, semuanya berbaur jadi satu.Cincin berlian itu berkilau indah. Namun bukan kilau cincin yang membuat hatinya bergetar hebat, melainkan pria yang saat ini berlutut di hadapannya.“Kayden …,” bisik Lea, matanya mulai basah.Kayden tetap menatapnya penuh keyakinan. “Aku tahu semua yang kamu lewati tidak mudah, dan aku tidak bisa mengubah masa lalu. Tapi hari ini, dan setiap hari setelah ini, aku ingin menjadi orang yang berdiri di sampingmu. Menjadi rumahmu, pelindungmu, teman sekaligus kekasihmu.”Lea menutup mulutnya, berusaha menahan isak yang mulai pecah.“Aku tahu kamu kuat tanpaku, Little Rose. Tapi izinkan aku menjadi orang yang membuat hidupmu sedikit lebih ringan. Lebih hangat. Selamanya,” ucap Kayden lembut namun tegas.Tangan Lea bergetar saat menutupi dadanya, tak sa

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   197. Beneath the Roses

    Pagi itu, langit New York tampak cerah.Lea duduk santai di atas sofa, melipat kedua kakinya dan membiarkan tubuhnya bersandar nyaman ke sisi Kayden. Ia mengenakan kaus tipis dan celana santai. Dan sebotol air mineral setengah kosong tergeletak di meja kopi di depannya.Suara pembawa acara berita lokal mengisi keheningan apartemen dari layar televisi.“Breaking news. Astrid Galen resmi ditahan tanpa jaminan atas dakwaan percobaan pembunuhan terhadap Lea Rose Thompson,” suara pembawa berita terdengar tajam. “Selain itu, bukti penggelapan dana dan pencucian uang yang melibatkan yayasan keluarga Thompson kini menyeret nama suaminya, Liam Thompson, dalam penyelidikan lanjutan.”Napas Lea tercekat sesaat. Ia menatap layar televisi dengan jantung yang berdebar tak terkendali. Akhirnya... hari itu datang juga.Kayden yang duduk di sebelahnya lantas mencondongkan tubuh sedikit, kemudian mengulur tangan dan membelai lengan Lea perlahan.Di televisi, potongan video memperlihatkan Astrid mengena

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   196. Senyum Licik Namun Menawan

    Lea sedang menikmati minuman soda rasa jeruk ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nama di layar. Mama.Dengan gerakan tenang, ia meletakkan kaleng soda di atas meja dan menyambungkan panggilan.“Halo, Ma?” sapanya.Suara ibunya terdengar tenang di seberang, menyatu dengan dengung samar mesin mobil. Julianne sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.“Sebastian Langley sudah mulai goyah,” katanya tanpa basa-basi. “Dia berpura-pura ragu, tapi nada suaranya, pilihan katanya, semua menunjukkan hal yang sama. Dia tertarik. Kalau semuanya sesuai rencana, Astrid hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia tak punya tempat lagi untuk berdiri.”Lea menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya fokus ke luar jendela.“Bagus,” gumamnya. “Aku sudah cukup lama menunggu momen ini.”Julianne terdengar menarik napas di seberang sebelum melanjutkan dengan nada lebih hangat. “Anggap saja ini bagian kecil dari penebusan atas kesalahan masa laluku, Lea. Karena dulu aku meninggalkanmu di rumah itu. Hidup bersama

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   195. Sebuah Tawaran

    Setelah keluar dari ruang interogasi, Sebastian menerima pesan singkat.[Kita perlu bicara. Ini tentang Astrid. Hotel Aurelle, suite 907. – J.R.]Sebastian menatap layar ponselnya lama. Rahangnya mengeras.Inisial itu saja sudah cukup menjelaskan segalanya.“Akhirnya aku berurusan dengan orang sepertinya,” gumamnya pelan.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku jas, lalu melangkah pergi. Ia tahu, pertemuan itu akan mempersulit kasus yang seharusnya bisa selesai dengan mudah.Beberapa jam kemudian, Sebastian Langley datang tepat waktu.Julianne sudah duduk di sana, segelas bourbon setengah penuh di tangannya. Ia tak bangkit. Hanya menatap Sebastian dengan tatapan yang membuat siapa pun merasa sedang duduk di depan hakim, bukan seorang pengacara.Sebastian berdiri di tengah ruangan. Ia tampak tegang, tapi tak benar-benar menunjukkannya.“Aku tahu kamu akan datang,” kata Julianne tanpa basa-basi.Sebastian duduk, lalu membuka jasnya sedikit. “Dan aku tahu kamu takkan tinggal diam. Jadi, ki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   194. Ditangkap

    Pagi itu, Astrid baru saja keluar dari rumahnya dengan langkah tenang dan senyum percaya diri. Angin musim semi menerpa rambutnya yang terurai sempurna. Namun senyumnya langsung memudar saat melihat dua mobil polisi berhenti di halaman depan.Detik berikutnya, dua petugas keluar, langkah mereka cepat dan tegas.“Astrid Galen?” tanya salah satu petugas dengan suara dingin dan berwibawa.Astrid mengerutkan kening. Ia berhenti, menatap mereka dengan sorot tak suka. “Ya?” jawabnya, alisnya terangkat dan nada suaranya penuh keangkuhan.“Kami memiliki surat perintah penangkapan untuk Anda.” Petugas itu menunjukkan dokumen dengan segel resmi.Astrid membaca cepat. Matanya membelalak ketika membaca tuduhan yang tertera—penyalahgunaan kekuasaan, pemalsuan dokumen, dan pembunuhan berencana.“Apa ini lelucon? Siapa yang menyuruh kalian?!” suara Astrid meninggi, nadanya berubah tajam. “Kalian sadar siapa aku?! Aku bisa membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dengan satu panggilan!”Petugas teta

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   193. Kecemburuan Kayden pada Silas dan Rhael

    Setelah makan malam selesai...Di luar ruang makan privat, Kayden menyentuh ringan lengan Lea untuk menahannya tetap di tempat. Yang lain sudah lebih dulu keluar.“Aku perlu tahu sesuatu,” ucapnya pelan.Lea menoleh. “Ada apa?”“Silas.” Kayden menatap Lea tajam. “Sejak kapan kalian sedekat itu?”Lea mengernyit, sedikit bingung. “Aku tinggal di kediaman Ravenwood selama setahun. Dia orang yang sopan.”“Dia terlalu tahu banyak tentangmu,” tukas Kayden. “Dan cara dia memandangmu barusan, itu bukan sekadar sopan.”Lea menghela napas. “Kami tinggal serumah cukup lama. Wajar kalau dia tahu beberapa hal.”“Dan Rhael?” tanya Kayden tanpa memberi jeda. “Sejak kapan dia juga jadi bagian dari lingkaran dekatmu?”Nada bicara Kayden terdengar tenang, tapi ada tekanan yang jelas terasa di wajahnya.Lea menatapnya tajam. “Mereka bukan ancaman. Tidak ada yang berubah, Kayden.”Kayden tidak menjawab langsung. Ia hanya menatap wajah Lea, seolah mencari tanda-tanda bahwa wanita itu berbohong. Tangannya

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   192. Undangan Makan Malam

    Ruang Makan Privat – Sebuah Restoran Mewah di Midtown ManhattanPintu kaca geser terbuka perlahan. Lea melangkah masuk lebih dulu, diikuti oleh Kayden yang berjalan di belakangnya dengan langkah tenang. Ruangan itu bernuansa hangat dengan meja makan bundar yang ditata rapi dengan linen putih.Julianne menyambut mereka dengan senyum hangat, sementara Rhael hanya melirik sekilas tanpa menunjukkan ekspresi berarti.“Ma,” sapa Lea sembari menghampiri dan memeluk Julianne dengan lembut.Julianne membalas pelukan itu. “Kamu tampak lebih segar dari terakhir kali kita bertemu.”Lea tersenyum singkat, lalu menoleh ke arah Rhael. “Kamu juga datang.”“Aku tidak datang untukmu,” sahut Rhael pelan, lalu bersandar santai ke kursi. “Aku hanya penasaran ingin melihat siapa pria yang membuatmu tak bisa berpaling ke lain hati.”Lea menahan napas sejenak sebelum menoleh ke arah Kayden. “Ma, Rhael … ini Kayden.”Kayden mengangguk sopan dan melangkah maju. “Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara lan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status