Home / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / 17. Tertangkap Basah

Share

17. Tertangkap Basah

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-01-27 08:03:23
Sebuah ketukan pelan terdengar di pintu, membuyarkan lamunan Lea yang sedari tadi memandang ke luar jendela. Ia mengangkat kepala sedikit, lalu menoleh ke arah pintu kayu yang tertutup rapat. Dalam hatinya bertanya-tanya, siapa yang datang? Kalau itu Kayden, pria itu pasti sudah masuk tanpa mengetuk.

“Masuk,” ucap Lea akhirnya, suaranya terdengar lemah namun cukup jelas.

Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan seorang dokter dan seorang perawat muda melangkah masuk dengan tenang. Dokter itu membawa clipboard di tangannya, sementara perawat membawa nampan kecil berisi alat medis. Senyum ramah menghiasi wajah sang dokter saat ia mendekat ke ranjang.

“Selamat siang, Nyonya. Bagaimana rasanya sekarang? Apakah masih pusing atau sudah lebih baik?” tanya sang dokter lembut.

Lea menatap dokter sejenak, lalu tersenyum tipis. “Sedikit lebih baik, Dok,” sahutnya dengan suara lemah namun tulus.

Dokter itu mengangguk kecil, lalu berjalan ke sisi ranjang untuk memeriksa grafik pada botol infus yang k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   18. Permainan Kayden

    Lea berdecak pelan, merasa frustasi saat Kayden berhasil menangkapnya sebelum ia sempat melarikan diri. Langkahnya terhenti begitu saja, seakan ada pemberat tak kasat mata yang mencengkeram kedua kakinya dan memaksa tubuhnya untuk tetap diam di tempat.Lea berbalik dengan perlahan. Wajahnya tampak tegang, seperti seseorang yang baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu yang dilarang. Matanya bertemu dengan sosok Kayden di ujung lorong.Kayden berdiri di sana dengan tatapan tajam yang tak lepas dari Lea. Matanya mengatakan lebih banyak daripada kata-katanya, menyiratkan sesuatu yang sulit diterka. Setiap detik sorot matanya membuat Lea merasa semakin kecil di hadapannya.“Apa yang kamu coba lakukan, huh?” Suara Kayden akhirnya pecah memenuhi seisi lorong.Pertanyaan itu terdengar sederhana. Namun di telinga Lea, entah mengapa pertanyaan itu justru terasa berat seperti sebuah peringatan. Tanpa sadar membuat bulu kuduknya meremang.Langkah Kayden semakin mendekat hingga akhirnya berdir

    Last Updated : 2025-01-27
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   19. Sisi Gelap yang Memikat

    Lea menatap Kayden dengan wajah merah karena kemarahan yang membuncah dari dalam. Kendati demikian, wanita itu memilih diam. Lea enggan mengungkapkan secara langsung apa yang dirasakannya sekarang. “Jika kamu sangat ingin aku makan siang, baiklah. Tapi kamu harus berjanji, kamu akan melepaskanku setelah aku selesai makan,” ucap Lea berusaha agar suaranya terdengar tenang. Kayden hanya menatap wanita itu tanpa memberi jawaban, matanya tetap mengawasi gerak-gerik Lea saat wanita itu mulai menyuap makanan ke mulutnya. Karena keinginannya untuk segera pergi dari tempat ini begitu besar, membuat Lea menghabiskan semua makanan di piringnya dengan begitu cepat. Begitu selesai, Lea segera berdiri dan siap melangkah keluar dari ruangan tersebut. Namun, rencananya kembali digagalkan oleh Kayden. Dengan gerakan yang cepat, Kayden menangkap lengan Lea yang hendak pergi. “Aku tidak bilang kamu bisa pergi setelah makan siang,” katanya dengan nada datar. “Lagi pula, Noah tidak akan mencarimu. Dia

    Last Updated : 2025-01-28
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   20. Diantara Dua Belenggu

    Lea duduk santai di sebuah gazebo di halaman belakang. Angin sepoi-sepoi berembus lembut dan sesekali menerbangkan beberapa helai rambutnya yang tergerai. Wajahnya tampak masam, sementara matanya tak lepas memandangi sosok Kayden yang tengah berenang di kolam renang di depannya.Sudah sepuluh menit pria itu menyelam dan berenang bolak-balik. Lea tak habis pikir, ternyata alasan Kayden menyuruhnya duduk di sini hanya untuk menyaksikan semua itu. Apakah ini semacam hiburan yang menurutnya menarik? Atau ada maksud tersembunyi lain di balik sikapnya itu?“Boleh aku bertanya sesuatu padamu, Kakak Ipar?” Suara Lea memecah kesunyian. Kayden berhenti berenang dan bergerak ke tepi kolam renang. Tangannya yang kokoh menumpu di bibir kolam. Kayden sedikit mencondongkan dagunya ke depan, memberi isyarat agar Lea melanjutkan.Lea menelan saliva dengan sedikit payah, wanita itu tampak ragu. “Uhm, seperti yang sudah kamu ketahui, aku menguping pembicaraanmu dengan Jonas. Apa maksud kalian tentang v

    Last Updated : 2025-01-28
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   21. Labirin Tak Berujung

    Lea memandangi Kayden dengan tatapan serius. “Kalau begitu, kenapa kamu ada di sini, Kakak Ipar?” tanyanya dengan nada suara yang terdengar seperti sebuah tantangan.Kayden menahan tawa kecil, hanya sudut bibirnya yang terangkat sedikit. Matanya menyipit tajam, memancarkan campuran kepercayaan diri dan sesuatu yang lebih sulit ditebak. Kayden perlahan mendekat hingga cukup untuk membuat Lea sadar bahwa ruang di antara mereka hampir hilang.“Aku ada di sini karena aku ingin di sini. Itu sudah lebih dari cukup untukmu, bukan?” jawabnya dengan suara rendah. “Jadi, nikmati saja waktumu sebelum semuanya berubah.”Kening Lea mengernyit bingung saat memandangi punggung Kayden yang menghilang di balik pintu. Berubah? Apa maksud pria itu? Kayden membiarkan kata-katanya menggantung di udara, seperti teka-teki yang tak memiliki jawaban pasti.Lea menghela napas panjang, berusaha mengenyahkan kebingungan yang mengganggunya. Namun alih-alih mereda, pikirannya semakin dipenuhi oleh ucapan Kayden ya

    Last Updated : 2025-01-28
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   22. Kue, Kayden, dan Perasaan yang Tak Terucap

    Lea menghampiri Kayden yang baru saja kembali dengan raut cemas yang masih menghiasi wajahnya. “Jadi, siapa yang datang?” tanyanya tak sabar untuk mendengar jawaban.Kayden hanya membungkam mulutnya, lalu berjalan melewati Lea dengan langkah tenang. Di belakangnya, seorang chef wanita yang mengenakan pakaian serba putih dengan rambut terikat rapi mengikuti dengan langkah cepat. Bersamaan dengan itu, Jonas menyusul dengan wajah cerah, pria itu menyapa Lea dengan senyuman hangat.Lea menatap mereka semua dengan bingung dan sedikit terkejut. “Apa yang baru saja terjadi?” gumamnya pelan.Chef wanita itu berhenti tak jauh dari Kayden, lalu menatap Lea sekilas dan tersenyum kecil. Suasana yang tiba-tiba terasa aneh ini sontak membuat Lea semakin curiga. Pandangannya beralih dari satu wajah ke wajah lainnya dan ia merasakan kebingungan yang semakin menebal di benaknya.Lea melangkah mendatangi Kayden. “Apa yang terjadi? Mengapa mereka berdua ada di sini, Kakak Ipar?” bisiknya begitu berdiri

    Last Updated : 2025-01-28
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   23. Di Bawah Bayang-Bayang Pengkhianatan

    Sore harinya, Lea memutuskan untuk kembali ke villa Noah karena ia berpikir mungkin situasi di sana sudah kondusif. Namun saat kedua kakinya menginjak teras villa, pintu utama tiba-tiba terbuka dan sosok Sophia yang begitu cantik berdiri di baliknya. Untuk sesaat, Lea terpaku memandangi wanita itu—ada getaran aneh seketika menjalar di sekujur tubuhnya saat mereka saling bertatapan satu sama lain.“Sayang, tinggallah sebentar lagi. Aku sangat merindukan kamu.” Suara Noah menggema dari dalam.Tepat di belakang Sophia, Noah tiba-tiba muncul. Pria itu berdiri dengan santai, bahkan tampak mesra bergelayut manja pada wanita bernama Sophia itu. Pemandangan tersebut hanya bisa membuat Lea mematung dengan tubuh yang menegang.Lea menggenggam tangannya sambil menatap kedua orang itu dengan mata yang mulai terasa panas. “Kenapa … Sophia ada di sini?” tanyanya berusaha untuk terdengar tenang.Sophia memandangnya dengan tatapan yang meremehkan, lalu berkata dengan nada sinis. “Kenapa memangnya?”Le

    Last Updated : 2025-01-28
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   24. Salah Paham

    Setelah menyerahkan pancake buatannya pada Sophia dan Noah kemarin, Lea tak lagi melihat batang hidung kedua orang itu hari ini. Noah tidak ada di setiap sudut ruangan, begitu pun dengan kekasih gelapnya. Villa yang besar itu terasa kosong, hanya menyisakan Lea dan kesunyian yang memeluknya erat.Lea akhirnya memutuskan untuk duduk di balkon kamar. Angin laut yang lembut menyapu wajahnya, tetapi tak mampu mengusir perasaan sesak di dadanya. “Ini bulan maduku dengan Noah. Tapi, sepertinya yang justru menikmati momen ini adalah Sophia,” gumamnya pelan.Entah mengapa, sebuah keyakinan bahwa saat ini suaminya tengah menghabiskan waktu bersama Sophia menyelinap begitu saja ke benak Lea. Dia merasakannya begitu saja, seperti perasaan tak enak yang mengusik hatinya."Sekarang aku mengerti maksud kata-kata Noah saat hari pertama tiba di sini. Jika begini, untuk apa dia mengajakku bulan madu?" gumam Lea dengan suara getir.Yang tidak Lea tahu, alasan Noah mengajaknya berbulan madu sebenarnya

    Last Updated : 2025-01-29
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   25. Permainan Kata-kata

    Lea mengerjap beberapa kali ketika Kayden tiba-tiba menariknya masuk ke villa. Pria itu tampak begitu tenang, seolah tak terganggu oleh pemikiran yang baru saja Lea utarakan.“Kenapa kamu malah membawaku masuk? Sudah kubilang aku tidak ingin—” Ucapan Lea terhenti ketika pandangannya kembali tertuju pada wanita yang sempat ia lihat sebelumnya. Suaranya mengecil, berubah menjadi sebuah bisikan. “...membuat teman wanitamu salah paham,” katanya melanjutkan.Kayden mengikuti arah tatapan Lea. Seulas senyum miring muncul di wajahnya sebelum ia kembali menatap wanita itu. “Maksudmu wanita yang berdiri di sana?” tanyanya santai.Lea mengangguk ragu sambil menatap Kayden dengan cemas. “Aku—”“Dia adalah tamu Jonas,” potong Kayden cepat.Kedua mata Lea sontak melebar. “Apa? Jadi ... wanita itu ....” Ucapannya terhenti dan ia segera menutup mata ketika menyadari kesalahpahamannya.Seluruh wajah Lea tampak memerah seketika. Demi Tuhan! Ia merasa malu luar biasa karena sudah salah paham dan memper

    Last Updated : 2025-01-29

Latest chapter

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   200. Happy Ending

    Langit Santorini memancarkan semburat oranye keemasan saat senja menuruni cakrawala. Laut biru membentang luas di hadapan mereka, sementara angin laut yang hangat menyapu perlahan kulit mereka.Di balkon vila pribadi yang menghadap laut, Lea bersandar di dada Kayden, dibalut gaun putih tipis dengan rambut tergerai lembut tertiup angin.“Aku masih tidak percaya kita sudah menikah,” bisik Lea, jemarinya menggenggam tangan Kayden yang melingkari pinggangnya dari belakang.Kayden menunduk, mencium pelipis Lea dengan pelan. “Kalau begitu, aku harus lebih sering mengingatkanmu.”Lea terkekeh kecil. “Dengan apa? Ciuman? Pelukan? Atau ... sesuatu yang lain?”Kayden tertawa pelan di telinganya. “Semua itu. Dan lebih.”Ia membalik tubuh Lea perlahan agar menghadap padanya. Mata mereka bertemu, dan sesaat dunia terasa hening. Jemari Kayden mengusap lembut rahang Lea, kemudian menyelip ke belakang lehernya.“Kamu tahu,” ucap Kayden pelan, “sejak pertama kali melihatmu, aku tahu kamu akan menghanc

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   199. Janji Suci

    Gedung megah itu berdiri anggun di jantung Manhattan, seluruh dinding kacanya memantulkan cahaya matahari sore yang perlahan menurun.Dikelilingi taman pribadi dan air mancur yang menjulang di tengah pelataran marmer putih, lokasi itu dipilih Kayden sendiri.Tempat eksklusif yang tak pernah dibuka untuk umum, hanya untuk perayaan yang benar-benar berarti.Sore itu, ballroom dengan dinding kaca sepenuhnya berubah menjadi taman impian. Kelopak mawar putih berjatuhan dari langit-langit kaca, sementara pilar-pilar klasik dihiasi anggrek dan bunga lili yang dirangkai dengan kristal halus.Suara denting harpa mengalun lembut di latar, mengisi ruang dengan kemegahan tanpa kesan berlebihan. Hanya tamu pilihan yang hadir. Orang-orang yang benar-benar berarti dalam hidup Lea dan Kayden.Julianne tampak anggun dengan gaun berwarna champagne, berdiri di sisi kursi tamu bersama Indi dan Rhaelil. Silas mengenakan tuksedo hitam pekat, berdiri di dekat altar sebagai pendamping utama Kayden.Kaelyn Br

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   198. Mawar, Cincin, dan Takdir

    Lea menatap Kayden dengan mata membulat, tak percaya pada apa yang baru saja terjadi di hadapannya. Seluruh pikirannya membeku sejenak, digantikan oleh satu gelombang emosi yang tak tertahan—kaget, haru, bahagia, semuanya berbaur jadi satu.Cincin berlian itu berkilau indah. Namun bukan kilau cincin yang membuat hatinya bergetar hebat, melainkan pria yang saat ini berlutut di hadapannya.“Kayden …,” bisik Lea, matanya mulai basah.Kayden tetap menatapnya penuh keyakinan. “Aku tahu semua yang kamu lewati tidak mudah, dan aku tidak bisa mengubah masa lalu. Tapi hari ini, dan setiap hari setelah ini, aku ingin menjadi orang yang berdiri di sampingmu. Menjadi rumahmu, pelindungmu, teman sekaligus kekasihmu.”Lea menutup mulutnya, berusaha menahan isak yang mulai pecah.“Aku tahu kamu kuat tanpaku, Little Rose. Tapi izinkan aku menjadi orang yang membuat hidupmu sedikit lebih ringan. Lebih hangat. Selamanya,” ucap Kayden lembut namun tegas.Tangan Lea bergetar saat menutupi dadanya, tak sa

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   197. Beneath the Roses

    Pagi itu, langit New York tampak cerah.Lea duduk santai di atas sofa, melipat kedua kakinya dan membiarkan tubuhnya bersandar nyaman ke sisi Kayden. Ia mengenakan kaus tipis dan celana santai. Dan sebotol air mineral setengah kosong tergeletak di meja kopi di depannya.Suara pembawa acara berita lokal mengisi keheningan apartemen dari layar televisi.“Breaking news. Astrid Galen resmi ditahan tanpa jaminan atas dakwaan percobaan pembunuhan terhadap Lea Rose Thompson,” suara pembawa berita terdengar tajam. “Selain itu, bukti penggelapan dana dan pencucian uang yang melibatkan yayasan keluarga Thompson kini menyeret nama suaminya, Liam Thompson, dalam penyelidikan lanjutan.”Napas Lea tercekat sesaat. Ia menatap layar televisi dengan jantung yang berdebar tak terkendali. Akhirnya... hari itu datang juga.Kayden yang duduk di sebelahnya lantas mencondongkan tubuh sedikit, kemudian mengulur tangan dan membelai lengan Lea perlahan.Di televisi, potongan video memperlihatkan Astrid mengena

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   196. Senyum Licik Namun Menawan

    Lea sedang menikmati minuman soda rasa jeruk ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nama di layar. Mama.Dengan gerakan tenang, ia meletakkan kaleng soda di atas meja dan menyambungkan panggilan.“Halo, Ma?” sapanya.Suara ibunya terdengar tenang di seberang, menyatu dengan dengung samar mesin mobil. Julianne sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.“Sebastian Langley sudah mulai goyah,” katanya tanpa basa-basi. “Dia berpura-pura ragu, tapi nada suaranya, pilihan katanya, semua menunjukkan hal yang sama. Dia tertarik. Kalau semuanya sesuai rencana, Astrid hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia tak punya tempat lagi untuk berdiri.”Lea menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya fokus ke luar jendela.“Bagus,” gumamnya. “Aku sudah cukup lama menunggu momen ini.”Julianne terdengar menarik napas di seberang sebelum melanjutkan dengan nada lebih hangat. “Anggap saja ini bagian kecil dari penebusan atas kesalahan masa laluku, Lea. Karena dulu aku meninggalkanmu di rumah itu. Hidup bersama

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   195. Sebuah Tawaran

    Setelah keluar dari ruang interogasi, Sebastian menerima pesan singkat.[Kita perlu bicara. Ini tentang Astrid. Hotel Aurelle, suite 907. – J.R.]Sebastian menatap layar ponselnya lama. Rahangnya mengeras.Inisial itu saja sudah cukup menjelaskan segalanya.“Akhirnya aku berurusan dengan orang sepertinya,” gumamnya pelan.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku jas, lalu melangkah pergi. Ia tahu, pertemuan itu akan mempersulit kasus yang seharusnya bisa selesai dengan mudah.Beberapa jam kemudian, Sebastian Langley datang tepat waktu.Julianne sudah duduk di sana, segelas bourbon setengah penuh di tangannya. Ia tak bangkit. Hanya menatap Sebastian dengan tatapan yang membuat siapa pun merasa sedang duduk di depan hakim, bukan seorang pengacara.Sebastian berdiri di tengah ruangan. Ia tampak tegang, tapi tak benar-benar menunjukkannya.“Aku tahu kamu akan datang,” kata Julianne tanpa basa-basi.Sebastian duduk, lalu membuka jasnya sedikit. “Dan aku tahu kamu takkan tinggal diam. Jadi, ki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   194. Ditangkap

    Pagi itu, Astrid baru saja keluar dari rumahnya dengan langkah tenang dan senyum percaya diri. Angin musim semi menerpa rambutnya yang terurai sempurna. Namun senyumnya langsung memudar saat melihat dua mobil polisi berhenti di halaman depan.Detik berikutnya, dua petugas keluar, langkah mereka cepat dan tegas.“Astrid Galen?” tanya salah satu petugas dengan suara dingin dan berwibawa.Astrid mengerutkan kening. Ia berhenti, menatap mereka dengan sorot tak suka. “Ya?” jawabnya, alisnya terangkat dan nada suaranya penuh keangkuhan.“Kami memiliki surat perintah penangkapan untuk Anda.” Petugas itu menunjukkan dokumen dengan segel resmi.Astrid membaca cepat. Matanya membelalak ketika membaca tuduhan yang tertera—penyalahgunaan kekuasaan, pemalsuan dokumen, dan pembunuhan berencana.“Apa ini lelucon? Siapa yang menyuruh kalian?!” suara Astrid meninggi, nadanya berubah tajam. “Kalian sadar siapa aku?! Aku bisa membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dengan satu panggilan!”Petugas teta

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   193. Kecemburuan Kayden pada Silas dan Rhael

    Setelah makan malam selesai...Di luar ruang makan privat, Kayden menyentuh ringan lengan Lea untuk menahannya tetap di tempat. Yang lain sudah lebih dulu keluar.“Aku perlu tahu sesuatu,” ucapnya pelan.Lea menoleh. “Ada apa?”“Silas.” Kayden menatap Lea tajam. “Sejak kapan kalian sedekat itu?”Lea mengernyit, sedikit bingung. “Aku tinggal di kediaman Ravenwood selama setahun. Dia orang yang sopan.”“Dia terlalu tahu banyak tentangmu,” tukas Kayden. “Dan cara dia memandangmu barusan, itu bukan sekadar sopan.”Lea menghela napas. “Kami tinggal serumah cukup lama. Wajar kalau dia tahu beberapa hal.”“Dan Rhael?” tanya Kayden tanpa memberi jeda. “Sejak kapan dia juga jadi bagian dari lingkaran dekatmu?”Nada bicara Kayden terdengar tenang, tapi ada tekanan yang jelas terasa di wajahnya.Lea menatapnya tajam. “Mereka bukan ancaman. Tidak ada yang berubah, Kayden.”Kayden tidak menjawab langsung. Ia hanya menatap wajah Lea, seolah mencari tanda-tanda bahwa wanita itu berbohong. Tangannya

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   192. Undangan Makan Malam

    Ruang Makan Privat – Sebuah Restoran Mewah di Midtown ManhattanPintu kaca geser terbuka perlahan. Lea melangkah masuk lebih dulu, diikuti oleh Kayden yang berjalan di belakangnya dengan langkah tenang. Ruangan itu bernuansa hangat dengan meja makan bundar yang ditata rapi dengan linen putih.Julianne menyambut mereka dengan senyum hangat, sementara Rhael hanya melirik sekilas tanpa menunjukkan ekspresi berarti.“Ma,” sapa Lea sembari menghampiri dan memeluk Julianne dengan lembut.Julianne membalas pelukan itu. “Kamu tampak lebih segar dari terakhir kali kita bertemu.”Lea tersenyum singkat, lalu menoleh ke arah Rhael. “Kamu juga datang.”“Aku tidak datang untukmu,” sahut Rhael pelan, lalu bersandar santai ke kursi. “Aku hanya penasaran ingin melihat siapa pria yang membuatmu tak bisa berpaling ke lain hati.”Lea menahan napas sejenak sebelum menoleh ke arah Kayden. “Ma, Rhael … ini Kayden.”Kayden mengangguk sopan dan melangkah maju. “Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara lan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status