/ Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / 3. Kamu Bisa Saja Melawanku, Tapi Aku Selalu Menang

공유

3. Kamu Bisa Saja Melawanku, Tapi Aku Selalu Menang

작가: Merspenstory
last update 최신 업데이트: 2025-01-08 07:39:02

“Kak, apa yang kamu lakukan di sini?” Noah menangkap lengan Kayden dengan cepat.

Kayden menatap sang adik dengan wajah datar, mengamati dari atas hingga bawah. Penampilannya tampak berantakan, seperti seseorang yang baru saja berpesta sepanjang malam.

“Dia ke sini untuk membahas pekerjaan. Kamu tahu ‘kan kalau dia adalah atasanku di kantor?” Lea menjawab sebelum bibir Kayden sempat terbuka.

Noah bergumam pelan sambil mengamati keduanya secara bergantian. Pria itu tampak curiga, namun akhirnya mengangguk percaya. “Jadi, apa kalian berdua sudah selesai membahasnya?”

Lea mengangguk mengiyakan. “Ya! Kita sudah selesai membahasnya.”

Kayden berbalik dan menatap Lea sambil tersenyum tipis. Mata birunya seolah mengisyaratkan sesuatu. Kemudian, ia menarik lengannya dari genggaman Noah dan membuka langkah meninggalkan kamar.

Sepeninggal Kayden, Lea hanya diam sambil memperhatikan Noah yang pergi menuju ranjang. Suaminya itu tampak berantakan. Ia bahkan tidur tanpa mengganti pakaiannya.

“Berhentilah menatapku, bodoh!” ucap Noah seakan tahu bahwa sedari tadi Lea menatapnya.

Lea tidak menjawab. Ia segera kabur menuju kamar mandi. Semua yang terjadi padanya terasa tidak masuk akal.

Lea berdiri di depan cermin, lalu mengamati wajahnya yang tampak begitu pucat. Demi Tuhan! Lea sangat ketakutan sekarang.

“Sial!” erangnya sambil meninju wastafel dengan pelan.

Lea berusaha menenangkan diri dengan menarik napas dalam. Ia membasuh wajahnya dengan air dingin, berharap dapat meredakan ketegangan yang menghimpitnya. Namun ancaman yang diberikan Kayden terus mengusiknya, Lea kesal setengah mati.

Lea melangkah menuju shower dan membiarkan air hangat membasahi seluruh tubuhnya. Dengan gerakan lembut, Lea menyabuni tubuhnya. Berharap kecemasan yang ia rasakan luntur terbawa buih sabun yang mengalir ke bawah dan menghilang bersamaan dengan air.

“Ini benar-benar konyol! Semua ini tidak ada gunanya.” Lea kembali frustasi.

Nyatanya, Lea tidak bisa tenang sama sekali. Kata-kata ancaman yang keluar dari mulut Kayden terus terngiang di kepalanya. Hal itu semakin menambah ketakutan dan kecemasan di dalam diri Lea.

Lea menatap pantulan dirinya di depan cermin yang berembun. Ia merelakan dirinya menikah dengan Noah Easton demi menyelamatkan keluarganya. Namun, terjebak dengan pria kejam seperti Kayden Easton benar-benar di luar dugaannya.

Selesai mandi dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk, Lea pun bergegas keluar. Mandi air hangat di pagi yang dingin terasa sangat menyegarkan. Lea merasa sedikit lebih baik dari sebelumnya.

“Siang ini kita akan terbang ke Seychelles untuk bulan madu.” Noah mengumumkan.

Lea sedikit terkejut sebab ia tidak tahu apa-apa tentang bulan madu. “Apa? Tapi aku belum—”

Noah bangkit dari atas ranjang lalu melangkah menuju kamar mandi. “Semuanya sudah siap. Aku juga sudah memberi tahu Kayden dan dia setuju.”

Lea mengerjap seperti orang bodoh. “Tapi, bagaimana dengan—”

“Jangan terlalu banyak bertanya! Barang-barangmu sudah dikemas. Kamu hanya perlu berangkat dengan patuh,” kata Noah sebelum menutup pintu kamar mandi dengan keras.

Lea segera berpakaian dan turun ke lantai satu. Aroma kopi dan bau pancake yang baru saja matang menyambut hidungnya. Rasa lapar seketika menggelitik perut Lea dan ia tidak sabar untuk mencicipi makanan itu.

“Selamat pagi, Nyonya Muda,” sapa seorang pelayan yang baru selesai menata meja.

Lea tersenyum hangat, lalu membalas sapaan pelayan itu. “Apa ayah dan ibu mertuaku sudah sarapan?” tanyanya.

Pelayan itu mengangguk sopan. “Mereka sudah sarapan dan sekarang Tuan Besar sudah pergi bekerja,” sahutnya kemudian pamit undur diri.

Lea duduk di meja makan dan siap untuk menikmati sarapan. Tapi, ia tidak melihat daun mint kesukaannya terletak di atas pancake. Ia pun bangkit berdiri dan melangkah menuju kulkas.

Ketika ia hendak menutup kulkas setelah mengambil daun mint, dua buah tangan tiba-tiba menyergap pinggangnya dari arah belakang. Lea sangat terkejut dan berusaha melepaskan tangan tersebut dari pinggangnya, tapi usahanya sia-sia.

“Tubuhmu sangat wangi.” Suara berat Kayden masuk ke telinganya dengan sopan.

Lea berusaha memberontak. “Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku sekarang!”

Kayden sama sekali tak berniat melepaskan tangannya dari pinggang Lea. Pria itu malah mengunci tubuh Lea dengan dekapan yang semakin erat.

Lea menggertakkan gigi. “Lepaskan aku atau aku akan berteriak!” ancamnya sungguh-sungguh.

Kayden tertawa pelan, bibirnya mendekat ke telinga wanita itu. “Teriak saja sekuat yang kamu bisa,” bisiknya. “Lalu aku akan memastikan semua orang tahu tentang apa yang terjadi tadi malam.”

Lea membeku. Kata-kata itu seperti jebakan yang tidak bisa ia hindari.

Kayden akhirnya melepaskan Lea, tetapi sebelum pergi, ia menunduk memandang wanita itu. “Ingat, Lea. Kamu bisa mencoba melawan, tapi aku akan selalu menang. Kamu milikku, entah kamu suka atau tidak,” bisiknya pelan.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   200. Happy Ending

    Langit Santorini memancarkan semburat oranye keemasan saat senja menuruni cakrawala. Laut biru membentang luas di hadapan mereka, sementara angin laut yang hangat menyapu perlahan kulit mereka.Di balkon vila pribadi yang menghadap laut, Lea bersandar di dada Kayden, dibalut gaun putih tipis dengan rambut tergerai lembut tertiup angin.“Aku masih tidak percaya kita sudah menikah,” bisik Lea, jemarinya menggenggam tangan Kayden yang melingkari pinggangnya dari belakang.Kayden menunduk, mencium pelipis Lea dengan pelan. “Kalau begitu, aku harus lebih sering mengingatkanmu.”Lea terkekeh kecil. “Dengan apa? Ciuman? Pelukan? Atau ... sesuatu yang lain?”Kayden tertawa pelan di telinganya. “Semua itu. Dan lebih.”Ia membalik tubuh Lea perlahan agar menghadap padanya. Mata mereka bertemu, dan sesaat dunia terasa hening. Jemari Kayden mengusap lembut rahang Lea, kemudian menyelip ke belakang lehernya.“Kamu tahu,” ucap Kayden pelan, “sejak pertama kali melihatmu, aku tahu kamu akan menghanc

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   199. Janji Suci

    Gedung megah itu berdiri anggun di jantung Manhattan, seluruh dinding kacanya memantulkan cahaya matahari sore yang perlahan menurun.Dikelilingi taman pribadi dan air mancur yang menjulang di tengah pelataran marmer putih, lokasi itu dipilih Kayden sendiri.Tempat eksklusif yang tak pernah dibuka untuk umum, hanya untuk perayaan yang benar-benar berarti.Sore itu, ballroom dengan dinding kaca sepenuhnya berubah menjadi taman impian. Kelopak mawar putih berjatuhan dari langit-langit kaca, sementara pilar-pilar klasik dihiasi anggrek dan bunga lili yang dirangkai dengan kristal halus.Suara denting harpa mengalun lembut di latar, mengisi ruang dengan kemegahan tanpa kesan berlebihan. Hanya tamu pilihan yang hadir. Orang-orang yang benar-benar berarti dalam hidup Lea dan Kayden.Julianne tampak anggun dengan gaun berwarna champagne, berdiri di sisi kursi tamu bersama Indi dan Rhaelil. Silas mengenakan tuksedo hitam pekat, berdiri di dekat altar sebagai pendamping utama Kayden.Kaelyn Br

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   198. Mawar, Cincin, dan Takdir

    Lea menatap Kayden dengan mata membulat, tak percaya pada apa yang baru saja terjadi di hadapannya. Seluruh pikirannya membeku sejenak, digantikan oleh satu gelombang emosi yang tak tertahan—kaget, haru, bahagia, semuanya berbaur jadi satu.Cincin berlian itu berkilau indah. Namun bukan kilau cincin yang membuat hatinya bergetar hebat, melainkan pria yang saat ini berlutut di hadapannya.“Kayden …,” bisik Lea, matanya mulai basah.Kayden tetap menatapnya penuh keyakinan. “Aku tahu semua yang kamu lewati tidak mudah, dan aku tidak bisa mengubah masa lalu. Tapi hari ini, dan setiap hari setelah ini, aku ingin menjadi orang yang berdiri di sampingmu. Menjadi rumahmu, pelindungmu, teman sekaligus kekasihmu.”Lea menutup mulutnya, berusaha menahan isak yang mulai pecah.“Aku tahu kamu kuat tanpaku, Little Rose. Tapi izinkan aku menjadi orang yang membuat hidupmu sedikit lebih ringan. Lebih hangat. Selamanya,” ucap Kayden lembut namun tegas.Tangan Lea bergetar saat menutupi dadanya, tak sa

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   197. Beneath the Roses

    Pagi itu, langit New York tampak cerah.Lea duduk santai di atas sofa, melipat kedua kakinya dan membiarkan tubuhnya bersandar nyaman ke sisi Kayden. Ia mengenakan kaus tipis dan celana santai. Dan sebotol air mineral setengah kosong tergeletak di meja kopi di depannya.Suara pembawa acara berita lokal mengisi keheningan apartemen dari layar televisi.“Breaking news. Astrid Galen resmi ditahan tanpa jaminan atas dakwaan percobaan pembunuhan terhadap Lea Rose Thompson,” suara pembawa berita terdengar tajam. “Selain itu, bukti penggelapan dana dan pencucian uang yang melibatkan yayasan keluarga Thompson kini menyeret nama suaminya, Liam Thompson, dalam penyelidikan lanjutan.”Napas Lea tercekat sesaat. Ia menatap layar televisi dengan jantung yang berdebar tak terkendali. Akhirnya... hari itu datang juga.Kayden yang duduk di sebelahnya lantas mencondongkan tubuh sedikit, kemudian mengulur tangan dan membelai lengan Lea perlahan.Di televisi, potongan video memperlihatkan Astrid mengena

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   196. Senyum Licik Namun Menawan

    Lea sedang menikmati minuman soda rasa jeruk ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nama di layar. Mama.Dengan gerakan tenang, ia meletakkan kaleng soda di atas meja dan menyambungkan panggilan.“Halo, Ma?” sapanya.Suara ibunya terdengar tenang di seberang, menyatu dengan dengung samar mesin mobil. Julianne sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.“Sebastian Langley sudah mulai goyah,” katanya tanpa basa-basi. “Dia berpura-pura ragu, tapi nada suaranya, pilihan katanya, semua menunjukkan hal yang sama. Dia tertarik. Kalau semuanya sesuai rencana, Astrid hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia tak punya tempat lagi untuk berdiri.”Lea menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya fokus ke luar jendela.“Bagus,” gumamnya. “Aku sudah cukup lama menunggu momen ini.”Julianne terdengar menarik napas di seberang sebelum melanjutkan dengan nada lebih hangat. “Anggap saja ini bagian kecil dari penebusan atas kesalahan masa laluku, Lea. Karena dulu aku meninggalkanmu di rumah itu. Hidup bersama

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   195. Sebuah Tawaran

    Setelah keluar dari ruang interogasi, Sebastian menerima pesan singkat.[Kita perlu bicara. Ini tentang Astrid. Hotel Aurelle, suite 907. – J.R.]Sebastian menatap layar ponselnya lama. Rahangnya mengeras.Inisial itu saja sudah cukup menjelaskan segalanya.“Akhirnya aku berurusan dengan orang sepertinya,” gumamnya pelan.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku jas, lalu melangkah pergi. Ia tahu, pertemuan itu akan mempersulit kasus yang seharusnya bisa selesai dengan mudah.Beberapa jam kemudian, Sebastian Langley datang tepat waktu.Julianne sudah duduk di sana, segelas bourbon setengah penuh di tangannya. Ia tak bangkit. Hanya menatap Sebastian dengan tatapan yang membuat siapa pun merasa sedang duduk di depan hakim, bukan seorang pengacara.Sebastian berdiri di tengah ruangan. Ia tampak tegang, tapi tak benar-benar menunjukkannya.“Aku tahu kamu akan datang,” kata Julianne tanpa basa-basi.Sebastian duduk, lalu membuka jasnya sedikit. “Dan aku tahu kamu takkan tinggal diam. Jadi, ki

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status