Share

4. Honeymoon

Penulis: Merspenstory
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 07:39:27

Siang harinya, Lea dan Noah terbang ke Seychelles menaiki jet pribadi keluarga Easton. Setelah 22 jam perjalanan udara, termasuk perjalanan helikopter menuju resort, mereka akhirnya tiba di villa pribadi yang luas dan mewah.

“Kamarku berada di lantai satu dan kamarmu di lantai dua,” ucap Noah ketika mereka baru saja tiba di ruang tengah.

Melihat Lea menatapnya sambil mematung, Noah kembali berbicara, “Kamu tidak berpikir kita akan tidur di kamar yang sama, bukan? Bulan madu ini kita lakukan untuk tujuan tertentu, tapi kita tidak benar-benar berbulan madu seperti pasangan pada umumnya.”

Sebenarnya, tidur di kamar terpisah juga termasuk menguntungkan Lea. Itu artinya tidak ada hal-hal erotis yang akan terjadi pada keduanya, bukan? Lea akan menganggap bulan madu ini sebagai liburan untuk menenangkan diri.

“Uhm, kalau begitu bolehkah aku naik ke atas sekarang? Aku ingin beristirahat sebentar,” tanya Lea meminta izin.

Noah memasang wajah datar. “Tentu saja. Tidak ada yang melarangmu beristirahat!” sahutnya dengan sedikit ketus.

Lea segera membawa kopernya menaiki anak tangga menuju lantai dua. Saat ia membuka pintu, wanita itu merasa takjub dengan pemandangan yang disuguhkan melalui jendela kamarnya. Lea langsung melepaskan gagang koper, lalu berlari menuju jendela yang sudah terbuka.

“Luar biasa! Lautnya sangat indah!” serunya tersenyum senang.

Setelah cukup lama menikmati pemandangan yang indah itu, Lea merebahkan diri di atas kasur yang empuk dan nyaman. Rasa lelah setelah menempuh perjalanan panjang, ditambah angin sepoi yang berembus masuk, membuat rasa kantuk tak tertahankan menyerang pelupuk matanya.

Lea terlelap hingga sebuah dering ponsel membangunkannya. Dengan mata mengantuk, Lea menatap layar dan melihat kontak ibu tirinya terpampang di sana. Merasa sangat terkejut, Lea bergegas duduk dan menjawab panggilan tersebut.

“Halo, Bu?” sapanya gugup.

Astrid Galen bukan tipikal ibu tiri yang akan menelepon Lea hanya untuk hal-hal remeh. Bahkan, ia jarang sekali menghubungi putri tirinya itu. Jadi, apa yang ibu tirinya itu inginkan sekarang?

“Bersikap baiklah pada Noah Easton dan seluruh keluarganya. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada keluarga Thompson karena kesalahanmu, aku tidak akan melepaskanmu. Ingat itu, jalang!” ancam Astrid dengan suara tegas.

“Baik, Bu. Aku mengerti,” sahut Lea lirih.

Panggilan telepon terputus begitu saja dan suasana hati Lea langsung memburuk. Kapan Astrid akan berhenti menyebutnya ‘jalang’?

Terlahir sebagai anak haram dari hasil perselingkuhan ayahnya dengan seorang penari striptis bukanlah takdir yang Lea inginkan. Namun manusia tidak bisa memilih dari siapa mereka dilahirkan. Lea terpaksa menerima kenyataan itu, seperti ikan yang terbawa arus di air yang deras.

Untuk menghukum Julianne Rose, Astrid melampiaskan kemarahannya pada Lea, putri yang dilahirkan oleh wanita selingkuhan suaminya itu. Lea yang tidak tahu apa-apa harus menanggung dosa dari keegoisan orang tuanya. Astrid yang penuh dendam bersumpah akan membuat hidup Lea tidak pernah bahagia!

Suara ketukan yang tak terduga sontak menghentikan lamunan Lea. “Siapa di sana?” tanyanya sedikit berteriak.

“Saya Vanessa, penata rias yang dikirim oleh Tuan Noah Easton untuk merias Anda, Nyonya.”

Lea bangkit dan melangkah untuk membuka pintu. “Kamu dikirim untuk meriasku? Dalam rangka apa?” tanyanya bingung. Noah tidak mengatakan apa pun tentang agenda mereka hari ini.

Wanita bernama Vanessa itu menggeleng pelan. “Saya tidak tahu, Nyonya,” sahutnya tersenyum.

Tak ingin membuang waktu, Lea pun mempersilakan Vanessa masuk ke dalam kamarnya. Sementara Lea duduk di depan meja rias, si penata rias segera mengeluarkan peralatan merias dari dalam tasnya.

“Anda ingin riasan seperti apa, Nyonya?” tanya wanita itu.

Lea bergumam pelan sambil menatap cermin. “Aku serahkan semuanya padamu, karena kamu yang lebih tahu.”

Vanessa mengangguk paham, kemudian memulai proses merias. Dengan keterampilan tangannya yang sudah tidak diragukan lagi, ditambah wajah Lea yang sudah begitu cantik, tidak sulit untuk Vanessa menyulap wanita itu menjadi bak bidadari.

“Anda cantik sekali, Nyonya,” kata Vanessa tersenyum puas. “Sekarang Anda hanya perlu berganti pakaian.”

Bersamaan dengan itu, suara ketukan pada pintu kembali terdengar. Vanessa dengan cekatan membukakan pintu tersebut dan mendapati seorang wanita berdiri sambil memegang sebuah paper bag berukuran besar.

“Ini dari Tuan Noah Easton,” kata wanita itu.

Vanessa menerima paper bag tersebut dan menyerahkannya pada Lea. Ketika Lea membukanya, sebuah gaun yang sangat cantik terbungkus rapi di sana.

Lea mengambil gaun itu dan membawanya ke kamar mandi. Setelah gaun tersebut terpasang di tubuhnya, Lea keluar sambil berjalan dengan anggun. Bahkan Vanessa dibuat terpesona melihat kecantikan wanita bermata hazel itu.

“Anda terlihat luar biasa, Nyonya! Kalau begitu saya izin pamit,” seru Vanessa kemudian undur diri.

Lea berdiri di depan meja rias, menatap pantulan dirinya dengan senyum lebar. Gaun berwarna merah marun itu sangat pas di tubuhnya. Tanpa Lea duga, Kayden tiba-tiba membuka pintu dan masuk dengan senyum misterius.

Lea terkejut dan segera berpaling dari cermin. “Mengapa kamu tiba-tiba ada di sini?!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   200. Happy Ending

    Langit Santorini memancarkan semburat oranye keemasan saat senja menuruni cakrawala. Laut biru membentang luas di hadapan mereka, sementara angin laut yang hangat menyapu perlahan kulit mereka.Di balkon vila pribadi yang menghadap laut, Lea bersandar di dada Kayden, dibalut gaun putih tipis dengan rambut tergerai lembut tertiup angin.“Aku masih tidak percaya kita sudah menikah,” bisik Lea, jemarinya menggenggam tangan Kayden yang melingkari pinggangnya dari belakang.Kayden menunduk, mencium pelipis Lea dengan pelan. “Kalau begitu, aku harus lebih sering mengingatkanmu.”Lea terkekeh kecil. “Dengan apa? Ciuman? Pelukan? Atau ... sesuatu yang lain?”Kayden tertawa pelan di telinganya. “Semua itu. Dan lebih.”Ia membalik tubuh Lea perlahan agar menghadap padanya. Mata mereka bertemu, dan sesaat dunia terasa hening. Jemari Kayden mengusap lembut rahang Lea, kemudian menyelip ke belakang lehernya.“Kamu tahu,” ucap Kayden pelan, “sejak pertama kali melihatmu, aku tahu kamu akan menghanc

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   199. Janji Suci

    Gedung megah itu berdiri anggun di jantung Manhattan, seluruh dinding kacanya memantulkan cahaya matahari sore yang perlahan menurun.Dikelilingi taman pribadi dan air mancur yang menjulang di tengah pelataran marmer putih, lokasi itu dipilih Kayden sendiri.Tempat eksklusif yang tak pernah dibuka untuk umum, hanya untuk perayaan yang benar-benar berarti.Sore itu, ballroom dengan dinding kaca sepenuhnya berubah menjadi taman impian. Kelopak mawar putih berjatuhan dari langit-langit kaca, sementara pilar-pilar klasik dihiasi anggrek dan bunga lili yang dirangkai dengan kristal halus.Suara denting harpa mengalun lembut di latar, mengisi ruang dengan kemegahan tanpa kesan berlebihan. Hanya tamu pilihan yang hadir. Orang-orang yang benar-benar berarti dalam hidup Lea dan Kayden.Julianne tampak anggun dengan gaun berwarna champagne, berdiri di sisi kursi tamu bersama Indi dan Rhaelil. Silas mengenakan tuksedo hitam pekat, berdiri di dekat altar sebagai pendamping utama Kayden.Kaelyn Br

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   198. Mawar, Cincin, dan Takdir

    Lea menatap Kayden dengan mata membulat, tak percaya pada apa yang baru saja terjadi di hadapannya. Seluruh pikirannya membeku sejenak, digantikan oleh satu gelombang emosi yang tak tertahan—kaget, haru, bahagia, semuanya berbaur jadi satu.Cincin berlian itu berkilau indah. Namun bukan kilau cincin yang membuat hatinya bergetar hebat, melainkan pria yang saat ini berlutut di hadapannya.“Kayden …,” bisik Lea, matanya mulai basah.Kayden tetap menatapnya penuh keyakinan. “Aku tahu semua yang kamu lewati tidak mudah, dan aku tidak bisa mengubah masa lalu. Tapi hari ini, dan setiap hari setelah ini, aku ingin menjadi orang yang berdiri di sampingmu. Menjadi rumahmu, pelindungmu, teman sekaligus kekasihmu.”Lea menutup mulutnya, berusaha menahan isak yang mulai pecah.“Aku tahu kamu kuat tanpaku, Little Rose. Tapi izinkan aku menjadi orang yang membuat hidupmu sedikit lebih ringan. Lebih hangat. Selamanya,” ucap Kayden lembut namun tegas.Tangan Lea bergetar saat menutupi dadanya, tak sa

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   197. Beneath the Roses

    Pagi itu, langit New York tampak cerah.Lea duduk santai di atas sofa, melipat kedua kakinya dan membiarkan tubuhnya bersandar nyaman ke sisi Kayden. Ia mengenakan kaus tipis dan celana santai. Dan sebotol air mineral setengah kosong tergeletak di meja kopi di depannya.Suara pembawa acara berita lokal mengisi keheningan apartemen dari layar televisi.“Breaking news. Astrid Galen resmi ditahan tanpa jaminan atas dakwaan percobaan pembunuhan terhadap Lea Rose Thompson,” suara pembawa berita terdengar tajam. “Selain itu, bukti penggelapan dana dan pencucian uang yang melibatkan yayasan keluarga Thompson kini menyeret nama suaminya, Liam Thompson, dalam penyelidikan lanjutan.”Napas Lea tercekat sesaat. Ia menatap layar televisi dengan jantung yang berdebar tak terkendali. Akhirnya... hari itu datang juga.Kayden yang duduk di sebelahnya lantas mencondongkan tubuh sedikit, kemudian mengulur tangan dan membelai lengan Lea perlahan.Di televisi, potongan video memperlihatkan Astrid mengena

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   196. Senyum Licik Namun Menawan

    Lea sedang menikmati minuman soda rasa jeruk ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nama di layar. Mama.Dengan gerakan tenang, ia meletakkan kaleng soda di atas meja dan menyambungkan panggilan.“Halo, Ma?” sapanya.Suara ibunya terdengar tenang di seberang, menyatu dengan dengung samar mesin mobil. Julianne sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.“Sebastian Langley sudah mulai goyah,” katanya tanpa basa-basi. “Dia berpura-pura ragu, tapi nada suaranya, pilihan katanya, semua menunjukkan hal yang sama. Dia tertarik. Kalau semuanya sesuai rencana, Astrid hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia tak punya tempat lagi untuk berdiri.”Lea menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya fokus ke luar jendela.“Bagus,” gumamnya. “Aku sudah cukup lama menunggu momen ini.”Julianne terdengar menarik napas di seberang sebelum melanjutkan dengan nada lebih hangat. “Anggap saja ini bagian kecil dari penebusan atas kesalahan masa laluku, Lea. Karena dulu aku meninggalkanmu di rumah itu. Hidup bersama

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   195. Sebuah Tawaran

    Setelah keluar dari ruang interogasi, Sebastian menerima pesan singkat.[Kita perlu bicara. Ini tentang Astrid. Hotel Aurelle, suite 907. – J.R.]Sebastian menatap layar ponselnya lama. Rahangnya mengeras.Inisial itu saja sudah cukup menjelaskan segalanya.“Akhirnya aku berurusan dengan orang sepertinya,” gumamnya pelan.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku jas, lalu melangkah pergi. Ia tahu, pertemuan itu akan mempersulit kasus yang seharusnya bisa selesai dengan mudah.Beberapa jam kemudian, Sebastian Langley datang tepat waktu.Julianne sudah duduk di sana, segelas bourbon setengah penuh di tangannya. Ia tak bangkit. Hanya menatap Sebastian dengan tatapan yang membuat siapa pun merasa sedang duduk di depan hakim, bukan seorang pengacara.Sebastian berdiri di tengah ruangan. Ia tampak tegang, tapi tak benar-benar menunjukkannya.“Aku tahu kamu akan datang,” kata Julianne tanpa basa-basi.Sebastian duduk, lalu membuka jasnya sedikit. “Dan aku tahu kamu takkan tinggal diam. Jadi, ki

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status