Share

14. Suamiku Ingin Membunuhku

Pintu terbuka secara mendadak, terdengar kasar saat daun pintu terbanting pada dinding. Wajah tampan Dewangga muncul di baliknya. Di wajah tampan itu terlukis amarah yang begitu besar. Wajahnya masam, tatapannya nyalang. Tidak ada lagi cinta yang bisa kulihat di kedua manik matanya. Yang ada hanya nafsu dan amarah yang ingin dilampiaskan.

Lelaki berkaki jenjang itu melangkah dengan pasti menuju ranjang. Tatapannya begitu tajam mengikat, ia tidak melepas tatapan sama sekali. Kubalas tatapan itu dengan sorot lebih tajam. Ingin menunjukkan pada dirinya bahwa aku tidak takut sama sekali. Aku bukan lagi Nasya yang hanya akan pasrah saat disiksa. Kini saatnya aku melawan, sebab sudah tidak ada alasan untuk bertahan.

“Tarik kata-kata yang sudah kau ucapkan tadi pagi!” Ia langsung berucap dengan kasar. Rahangku dicengkeram dengan erat olehnya.

Aku hanya tersenyum, senyum sebagai bentuk perlawanan.

“Jangan pernah mengucap kata pisah, aku tidak suka!” Ia menegaskan.

“Aku tidak peduli kau suka a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status