Pernikahan sang putra tunggal pun akhirnya terlaksana secara megah dan mewah. Semua kolega bisnis Van Der Mick datang untuk mengucapkan selamat, termasuk pesaing bisnis dari Van Der Mick yaitu Marvel De Roa. Anaknya Marvin pun ikut serta dalam acara tersebut memberikan selamat kepada Van Der Mick.
“Tuan, akhirnya putramu menikah dengan gadis pujaannya.” tutur Marvin.“Ah ya, terimakasih Marvin. Aku pun sangat tidak menyangka jika putraku selama ini memiliki kekasih impiannya dan mau menikahinya.” ucap Van Der Mick dengan wajah datarnya.Marvel pun mendekat ke arah Van Der Mick dan juga Marvin yang tengah mengobrol.“Bagaimana perkembangan proyek tender yang kau menangkan tempo hari, apakah memberikan hasil yang melimpah?” tanya Marvel dengan sinis.Namun seketika Marvin menghentikan aksi sang ayah yang sepertinya bisa memicu emosi dari Van Der Mick.“Sudahlah Ayah, berhenti membicarakan tentang bisnis. Saat ini kita harus berbahagia atas pernikahan dari James dan juga Isabelle.” tutur Marvin menengahi keduanya.Akhirnya Marvel pun berhenti membahasnya dan Van Der mick pun segera meninggalkan keduanya.“Aku pamit Marvin, ada yang harus aku urus saat ini juga.” tutur Van Der Mick seraya sedikit membungkukkan badannya tanda menghormati tamu.“Ya tentu Tuan silahkan, ambil waktumu untuk kepentinganmu dan biarkan kami menikmati pestanya.” ucap Marvin dengan tersenyum ramah.Secara tidak sadar, James memperhatikan gerak gerik dari Marvin yang sepertinya sangat bahagia melihat dirinya dan juga Isabelle menikah.“Apakah dia bahagia aku menikahimu setelah dia tidur denganmu Isabelle?” tanya James kepada Isabelle.“Hentikan James, aku tidak pernah tidur dengannya dan juga kita tidak memiliki hubungan apapun.” ucap Isabelle membala perkataan James di dpan tamu undangan.“Kau berbohong Isabelle, apakah dia begitu sangat mengecewakan sehingga kau tidak mau mengakuinya?” tanya James lagi yang memancing kembali emosi dari Isabel.“Cukup James, aku lelah.” teriak Isabelle tanpa sadar membuat semua perhatian tamu tertuju padanya.Isabelle pun tampak canggung karena teriakan nya tersebut, James pun segera menyelamatkan Isabelle ddari situasi tersebut.“Kau lelah sayang, baiklah kalau begitu aku akan membawamu ke kamar. Biarkan nanti Ayah yang menyapa tamu-tamu kita.” tutur james membalikkan keadaan.James pun menepukkan tangannya tiga kali dan membuatu semua atensi tamu menuju pada dirinya.“Maaf sekali untuk semua tamu yang hadir, rupanya istriku Isabelle kelelahan. Maka dari itu Aku dan juga Istriku pamit untuk beristirahat terlebih dahulu.” ucap James dengan senyumnya yang mengembak terlihat tampak ramah.“Tentu saja Tuan Muda, pengantin baru tidak boleh terlalu kelelahan. Silahkan nikmati waktu berdua kalian, kami akan menikmati pestanya.” ucap salah satu tamu terhormat disana.James pun membungkukkan badannya dan tersenyum manis. Setelah berpamitan kepada tamu, James segera menggendong Isabelle dengan cara bridal, keduanya pun tampak serasi dipandang oleh para tamu.Marvin yang melihatpun tampak bahagia sebab akhirnya James dan Isabelle bersatu kembali setelah kesalahpahaman satu tahun yang lalu.James tampak gagah berjalan memangku Isabelle, namun Isabelle tampak canggung dan malu malu dilihat oleh para tamu yang hadir.Sesampainya dikamar hotel, James segera membanting tubuh isabelle dengan kencang ke tempat tidur.“Argh!! mengapa kau membantingku?” tanya Isabelle dengan kesal.“Apa begitu nyaman dipangkuanku Isabelle?.” tanya James dengan tersenyum smirk menatap kearah Isabelle.Isabelle pun segera menutup mulutnya dan menunduk tak berani menatap ke arah James. “Buka pakaianmu.” titah james kepada Isabelle.Isabelle pun tercengang dengan perkataan dari James. Isabelle takut jika James akan melakukan sesuatu kepadanya.“Apa kau akan tidur dengan gaun pengantinmu? lagi pula aku tidak tertarik padamu jalang.” tutur James dengan sarkas.Isabelle berdiri dan menghampiri James, tanpa disangka oleh James Isabelle menamparnya begitu keras.Pipi James pun tampak merah padam karenanya, James yang sudah geram pun tersulut emosi.“Oh, rupanya kau ingin aku tolong bukakan gaunmu?, baiklah aku akan membukanya.” ucap James.Ia memutar tubuh Isabelle lalu dengan sekuat tenaga tangannya merobek gaun yang Isabelle kenakan. Gaun tanpa bra yang tentu saja membuat bagian atas tubuh Isabelle terekspos.“Ah tidak, mengapa kau merobek gaunku?” teriak Isabelle dengan marah.“Kau, beraninya menamparku dengan sangat keras.” tutur James mencengkram leher Isabelle.Isabelle yang mendengar pun tampak tersenyum smirk dan sinis.“Cih, apakah tamparan dariku begitu sakit Tuan Muda?” tanya Isabelle dengan wajah yang menantang.James pun tampak geram dan segera menyerang tubuh Isabelle dengan lumatan.“Kau beraninya membuatku marah, sebagai hukumannya jkau harus melayaniku sekarang.” tutur James dengan terus menciumi leher dari Isabelle.“Tidak, lepaskan James aku tidak mau.” teriak Isabelle menolak setiap ciuman dari James di lehernya.Namun James seperti tuli, ia terus saja melumat setiap bagian inci dari tubuh Isabelle. Gaun yang tadi terbalut, kini sudah jatuh ke lantai dan membuat Isabelle tanpa sehelai benangpun.“Hentikan, aku mohon hentikan James.” ucap Isabelle lagi yang mulai putus asa dengan kondisi tersebut.“Anggap asaja kau membuktikan padaku jika kau memang tidak tidur dengan Marvin, dan kau hanya dijebak.” tutur James membahas kembali kejadian satu tahun yang lalu tersebut.“Aku mohon lepaskan, aku tidak pernah tidur dengan Marvin James. Itu hanya Jebakan dari Helena.” tutur Isabelle dengan berteriak.“Helena? beraninya kau menuduh dan memfitnah Helena. Sekali jalang akan tetap menjadi jalang selamanya. Helena lebih bisa dipercaya daripada kau Isabelle” ucap James yang berhasil membuat Isabelle menangis.Pusaka milik james pun sudah on fire, James segera menancapkan pusakanya ke area intim milik Isabelle. Tangisan Isabelle semakin pecah, tanpa suara air matanya terus berlinang.*Ayah, aku merasa terhina dengan ini semua. Aku tahu dia sudah menjadi suamiku, tapi apa harus dipaksa seperti ini.* batin Isabelle.James terus memainkan permainannya dengan sangat kuat, membuat satu desahan lolos dari mulut Isabelle.“Kau mendesah?, apakah ini nikmat Isabelle. Nikmatilah, anggap saja jika aku ini adalah Marvin yang merenggut keperawananmu.” tutur James dengan terus memejamkan matanya mendapatkan kenikmatannya.Setelah bergelut selama tiga puluh menit, akhirnya jmaes mendapatkan puncaknya dan mengerang kenikmatan. Cairan kental keluar didalam rahim Isabelle, air mata Isabelle jatuh bersamaan dengan tetesan daraj perawan dari Isabelle.Selesai menikmati tubuh Isabelle, James terbaring disamping tubuh Isabelle. Isabelle hanya diam mendapatkan pemaksaan dari James tersebut. Area intimnya terasa nyeri dan juga bengkak akibat ulah James yang memaksa menusukkan pusakanya dengan kasar.Tubuh isabelle meringkuk, kedua tangannya memeluk erat tubuhnya yang sudah digauli oleh James dengan sangat kasar. Bahkan air matanya pun tidak bisa menghentikan hasrat james untuk menggaulinya.Dengan ditemani air mata, Isabelle tampak tertidur tanpa busana. James pun menutupnya dengan gaun yang sudah disobeknya tadi. Sementara ia tidur dengan berbalut selimut.Keduanya tertidur hingga pagi, dan James segera ke kamar mandi bersiap untuk berangkat ke kantor.“Hei jalang, bersihkan dirimu. Aku akan pergi ke kantor, kau tunggu disini hingga aku kembali.” ucap James dengan tangan yang tengah sibuk mengancingkan bajunya.“Gunakan ini, jika kau malu tubuhmu dilihat olehku.” ucap James lagi dengan melempar jubah mandi kepada Isabelle.Isabelle pun tampak bangun dengan perlahan, tubuhnya tampak lemah dan wajahnya pun pucat pasi.“Jangan berpura pura tidak berdaya didepanku, aku tidak akan iba padamu jadi bersikaplah dengan normal.Isabelle pun tampak mengambil jubah mandi yang James lempar dan mengenakannya di tepi tempat tidur. Darah yang tercecer di tempat tidur dari semalam, sudah hampir mengering dan Isabelle sengaja menutupinya dengan gaun.Isabelle berjalan dengan tertatih ke kamar mandi, sakit di area intimnya ia tahan karena tidak ingin mendapatkan lagi ocehan dari James.Sesampainya Isabelle di kamar mandi, terdengar suara benda jatuh. James tampak acuh dengan hal tersebut dan melanjutkan menyiapkan keperluannya untuk ke kantor.Namun sudah hampir sepuluh menit Isabelle tidak kunjung keluar dari dalam kamar mandi. James pun segera memeriksa kesana, untuk memastikan jika Isabelle tidak merusak apapun dihotel.“Ada apa, apa kau merusak sesuatu?” teriak James dari depan pintu kamar mandi. Namun tidak ada jawaban apapun dari Isabelle.“Buka pintunya Isabelle, jangan membuatku marah dan merusak mood ku hari ini.” teriak James lagi kepada Isabelle yang mengunci pintu didalam kamar mandi.Karena tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar mandi, James menendang pintu kamar mandi dan akhirnya berhasil terbuka.Bau amis darah menyeruak didalam kamar mandi, darah tercecer dari dekat pintu hingga ke tempat Isabelle tergeletak pingsan.“Isabelle, Isabelle bangun.” ucap James yang seketika berlari melihat Isabelle tak sadarkan diri.“Apa yang terjadi Isabelle, bangun.” teriak James lagi yang berada dibawahn guyuran shower.James memeriksa denyut nadi dari Isabelle yang ternyata memang sudah melemah. James segera memangku Isabelle yang sudah basah kuyup ketempat tidur, ia menyingkap gaun yang menghalangi dirinya untuk menidurkan Isabelle.“Darah.” ucap James dengan wajah tercengang.“Darah apa ini, apa ini adalah darah keperawanan Isabelle?.” gumam James bertanya tanya.James pun tampak menggila melihat hal tersebut, James merasa dirinya sudah bersalah kepada Isabelle karena memaksanya untuk digauli.James segera menghubungi dokter dan meminta dokter tersebut datang ke hotel. Ray yang mendengar dokter keluarga dipanggil oleh James pun, tampak khawatir dan menyusul untuk memastikan jika James dan Isabelle baik baik saja.“Tuan Besar, ku pamit untuk memeriksa keadaan dari Tuan Muda dan juga Nona Muda. Menurut laporan Maid, dokter pribadi dipanggil ke hotel.” ucap Ray meminta izin kepada Van Der Mick.“Ya Ray, pastikan anak dan juga menantuku baik baik saja. Jika perlu, bawa mereka kembali dan menempati sayap kiri Mansion.” ucap Van Der Mick dengan senyum nya yang mengembang.Ray pun tampak terkejut melihat senyuman yang sudah lama hilang dari wajah Van Der mick setelah kepergian sang istri. Ray segera pergi dari sana dan menuju hotel, sementara dokter pribadi sudah tiba disana terlebih dahulu.Di hotel, dokter memeriksa keadaan dari Isabelle yang sudah semakin melemah.“Tuan, apakah Nona Muda mengalami cedera yang sangat parah?” tanya dokter pada James.“Entahlah, tapi tadi saat dikamar mandi Isabelle tampak mengeluarkan darah. Dan juga ini, di tempat tidur pun darahnya tercecer bahkan hampir mengering.” ucap James dengan menyingkap gaun yang menutupi.Dokter pun hanya tersenyum melihat hal tersebut, sepertinya memang James belum mengetahui hal wajar itu. Namun yang tidak wajar adalah pendarahan yang dialami oleh Isabelle.“Tuan Muda, sepertinya kau merobek selaput dara dari Nona Isabelle dengan terlalu kuat. Sehingga area intim Nona Isabelle terkejut dan mengalami trauma dan mnyebabkan pendarahan hebat.” ucap Dokter menjelaskan kepada James.“Selaput dara?, apa itu selaput dara?” tanya James lagi kepada dokter.“Tuan Muda, wanita yang baru pertama kali melakukan hubungan intim dengan pria harus menggunakan cara kelembutan sehingga tidak menyebabkan tegang dan mengalami robekan diarea intim. Sepertinya permainanmu semalam terlalu kasar pada Nona Isabelle.” tutur Dokter lagi.James pun semakin menggila mendengar penjelaan dari dokter, sebab dirinya selama satu tahun sudah membenci dan tidak mempercayai Isabelle. Bahkan dirinya selalu menyebut Isabelle dengan panggilan Jalang.“Baiklah dokter, resepkan obat untuknya dan segeralah kembali.” ucap James kepada Dokter.Dokter pun tersenyum melihat James yang sepertinya terkejut dengan hal baru yang dialaminya.“Tuan Muda, aku akan menambahkan darah untuk Nona Muda. Aku takut jika kondisi Nona Muda akan semakin memburuk, ia kehilangan banyak darah dan harus di transfusi.” unkap Dokter lagi.“Lakukanlah yang terbaik, jangan sampai nyawa istriku dalam bahaya.” ucap James dengan meneteskan air matanya yang telah lama mengering semenjak menangisi tragedi Isabelle tidur dengan Marvin.Dokter pun sudah selesai memasangkan transfusi darah di punggung tangan Isabelle, setelahnya dokter pamit dan meninggalkan James dan Isabelle berdua dikamar hotel.“Mengapa Isabelle, mengapa kau tidak memukulku semalam. Mengapa kau tidak menendangku, atau bahkan kau seharusnya memotong saja akar keturunanku isabelle.” ucap James yang merasa sudah bersalah dan lancang pada Isabelle yang baru saja menjadi istrinya selama satu hari itu.James menangis seraya mengenggam tangan Isabelle, karena Isabelle tak kunjung sadar James pun akhirnya tertidur disamping Isabelle.Hari pun mulai menggelap kembali, akhirnya Isabelle sadar dan menggerakkan tangannya yang digenggam oleh James. James yang merasakan pergerakan dari Isabelle pun, segera bangun dan melihat keadaan Isabelle.“Tidak, lepas aku mohon. Jangan James hentikan.” gumam Isabel dengan terus menggelengkan matanya. Air matan jatuh namun matanya tertutup rapat dan wajahnya tampak ketakutan.“Isabelle, bangun Isabelle itu semua hanya mimpi.” bisik James yang tidak tega melihat Isabelle.Mata Isabelle pun tiba tiba terbuka dan melihat James sudah berada didepannya. Dengan keras, Isabelle mengibaskan genggaman tangan James.“Pergi, aku tidak ingin melihatmu disini. Pergi!!!.” teriak Isabelle pada James.Namun james tidak menyerah, ia menghampiri Isabelle dan memintanya untuk tenang.“Isabelle aku mohon, tenangkan dirimu terlebih dahulu Isabelle.” ucap James pada Isabelle. Bukannya berhenti, justru isabelle semakin menggila.“Kau manusia biadab, aku tahu aku sudah menjadi istrimu. Tapi apakah pantas kau memaksaku untuk digauli, kau tidak layak disebut sebagai suami James.” ucap Isabelle dengan marah.James pun tampak terdiam mendengar apa yang Isabelle katakan, James tidak tahu lagi harus berbuat seperti apa untuk menghadapi rasa malunya terhadap Isabelle.“Aku mohon Isabelle, maafkan aku. Aku berjanji akan menebus kesalahanku padamu, aku mohon tenangkan dirimu Isabelle.” tutur James pada sang istri yang sudah terlanjur emosi.PRANG!! terdengar suara pecahan dari dalam kamar hotel.Suara cambukan itu terdengar sangat pedih di telinga Thomas, Van Der Mick yang tidak akan segan mencambuk sang putra jika melakukan kesalahan.“Tuan aku mohion, lepaskan Tuan James dia tidak bersalah untuk hal berlian biru itu,” teriak Thomas lagi memohon di dalam cengkraman penjaga.Tidak sedikitpun suara pekikan dari James yang justru membuat Thomas semakin khawatir.Saat Van Der Mick tengah sibuk mencambuk James, tiba tiba saja langkah kaki yang nyaring terdengar terburu buru berlari ke arah ruangan cambuk itu.“Daddy,,” teriak anak kecil yang ternyata adalah Jayden.“Jay,” teriak James yang terkejut melihat kedatangan dari sang putra yang Isabelle bawa kesana.“Are you okay Dad?, apa Grandpa menyakitimu?. Katakan padaku Dad, aku akan menghukumnya untukmu,” ucap Jayden yang sudah bersimpuh di depan James yang tengah tertelungkup.James pun hanya tersenyum getir melihat sang putra yang tengah ingin membela dirinya.“Grandpa menghukum Daddy karena Daddy nakal, jika Dady tidak nakal m
Suara keributan terdengar begitu sangat nyaring dari dalam ruangan divisi pemasaran.Teriakan dari Patrician dan juga Isabelle membuat semua atensi jatuh dan tertuju kepada mereka.“Apa kau sudah gila?, kau bisa merusaknya Isabelle,” pekik Patricia dengan terus mengamankan sebuah kalung yang sudah dirinya buat untuk desain terbaru yang siap dirilis di perusahaan James.“Aku sudah mengatakannya, jika desain itu belum sempurna. JIka kau memaksanya untuk ditampilkan di galeri, itu akan membuat kesan memaksakan hal yang belum sepenuhnya terbentuk,” ucap Isabelle menjelaskan desain miliknya yang juga dibuat olehnya.Saat keduanya bertengkar, tiba tiba saja Maria datang dan mencoba untuk menengahi.Namun yang terjadi bukan menengahi, melainkan Maria membela patricia dan menyudutkan Isabelle habis habisan.“Kau, jangan terlalu ikut campur dengan urusan desain yang sudah dipilih dan dibuat oleh Patricia. Urus saja pekerjaanmu sendiri Isabelle, aku yang berhak memutuskan apakah desain ini laya
“Black Rose, bisakah kau segera datang kesini. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan,” ucap Leon yang tengah menelpon sang bosa besar.“Apakah ada masalah besar Leon?, tampaknya kau begitu panik?,” tanya Black Rose dari seberang telepon.Tanpa banyak berucap lagi, Leon pun memberitahukan hingga ke akar masalahnya kepada Black Rose. Setelah mendengar alasan dari Leon, Black Rose segera bergegas menemui Leon.Disamping itu, James tengah merasakan kesal karena bahan baku untuk perhiasannya telah dicuri oleh Black Rose dan membuatnya tidak bisa memproduksi desain terbaru di perusahaannya.“Bagaimana Thom, apakah kau sudah menemukan pemasok berlian yang aku inginkan kemarin?,” tanya James pada Thomas.Namun Thomas hanya menggeleng, sebab dirinya memang belum bisa menemukan pemasok terbaru untuk berlian yang diinginkan dan juga dibutuhkan oleh James.James hanya terus saja menggigit kuku jarinya dan berusaha menemukan jalan keluar yang dirasanya akan buntu.James tau jika yang menjual ba
Pagi terasa begitu hangat, mentari menyinari ruangan menerobos masuk dari celah jendela. Membuat mata James mengerjap karena silaunya, dan ternyata dunianya terlihat begitu dekat berada di depan matanya.Tangannya secara teratur ingin mengusap pucuk kepala dari Isabelle yang tengah menemaninya di sana.Namun saat tangan dari James hendak terangkat, Isabelle tampak terusik dan terbangun dari tidurnya.James yang menyadarinya pun segera kembali berpura pura tertidur, james ingin melihat reaksi apa yang akan Isabelle lakukan saat melihat dirinya belum sadar.“Ya Tuhan, ini sudah jam berapa?,” gumam Isabelle terkejut karena hari sudah terlihat sangat cerah.Dilihatnya jam di tangannya yang menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh menit.“pukul tujuh?, bagaimana bisa aku tertidur begitu pulas sementara james belum sadar.” gumamnya lagi seraya menoleh ke arah James.Terlihat selang infus dan juga selang transfusi darah, selang oksigen pun turut membantu James yang terbaring lemah di bed.“Ap
“Apa yang kau maksud Tuan?,” tanya Isabelle yang terkejut mendengar ucapan J.Isabelle pun segera menarik Jayden dari pelukan J dan menyembunyikannya di balik badan mungilnya.J pun tampak menghela nafas dan mencoba untuk tetap tenang agar kepalanya tidak terasa sakit lagi saat mengingat setiap kejadian demi kejadian yang pernah terjadi.“Belle, boleh kita bicara berdua?,” tanya J dengan sangat lembut.Isabelle juga terheran dengan nama panggilan yang J ucap baru saja.“Tidak, aku tidak ingin bicara denganmu. Kalian berdua boleh pergi, aku sudah tidak membutuhkan bantuan kalian lagi,” tutur Isabelle yang mulai kesal dan marah terhadap J.Namun J tidak langsung menyerah, J mencoba membujuknya sekali lagi melalui Jayden.“Nak, Papi perlu bicara dengan Mami mu, apakah kau mau membantu Papi membujuk Mami agar mau bicara dengan Papi?,” tanya J dengan terus berjongkok di depan Jayden dan Isabelle.Jayden pun terlihat mengangguk dan segera berlari ke arah Thomas, genggaman tangan Isabelle pu
Sementara itu, di apartemen Isabelle tampak Jayden yang sudah menunggu isabelle sedari tadi. Nany dari Jayden pun segera berpamitan dan pulang.“Apa kau marah pada Mami?,” tanya Isabelle seraya mendekati Jayden yang tengah duduk di sofa dan memanyunkan bibirnya.“Stop, jangan mendekat atau aku akan semakin marah padamu,” tutur Jayden yang kesal dengan sang Mami yang pulang sangat larut.“Maaf honey, Mami ada pekerjaan mendesak yang mengharuskan Mami pulang terlambat,” ucap Isabelle pada Jayden.Namun Jayden terus saja merajuk, Isabelle pun terus mencari cara untuk membujuk Jayden agar tidak marah lagi.“Baiklah, mari kita buat perjanjian,” ajak Isabelle pada sang putra.“Perjanjian apa?, apa kau berusaha membujukku Mami?,” tanya Jayden yang sudah paham dengan tak tik sang Mami.Isabelle pun tampak mengangguk dan tersenyum canggung.“Tidak, aku tidak ingin bernegosiasi denganmu. Tawaranmu pasti tidak akan menarik dan aku pun tidak mau menerima negoisiasi itu,” tutur Jayden yang sudah t