Share

BERBAGI ROTI CROISSANT

Sesuai yang dikatakan oleh Isabelle pada James, ia menemui Van der Mick dan mendiskusikan tentang perjodohannya dengan James.

*Ayah, mengapa takdir seolah mempermainkanku. Aku dan James sudah lama berakhir, mengapa kini aku harus memulai kembali dengannya* batin Isabelle seraya melangkah dengan tangisan di matanya.

Maid yang mengikuti tampak bingung sebab gaun yang Isabelle kenakan tampak koyak dan berlumuran darah. Maid mengikuti Isabelle melangkah, namun tiba-tiba Isabelle menghentikan langkahnya.

“Tunjukkan dimana ruangan tuan Van, ada yang ingin aku bicarakan dengannya.” pinta Isabelle kepada maid yang membuntutinya.

“M-maaf Nona Muda, tapi Tuan Besar untuk saat ini tidak bisa diganggu.” ucap maid dengan gugup.

Isabelle pun tampak kesal mendengar jawaban dari maid, namun ia tidak ingin melewatkan sedetikpun kesempatan. Isabelle mengambil vas bunga dan memecahkannya, ia mengambil serpihan pecahan vas dan menaruhnya di atas urat nadi tangannya.

“Tunjukkan ruangan Tuan Van, atau aku akan mengakhiri hidupku disini.” ancam Isabelle kepada maid. Maid pun seketika membelalakkan matanya dan ketakutan akan ancaman yang Isabelle lakukan.

Maid segera mendekat dan berusaha menghentikan Isabelle.

“N-nona jangan gegabah, itu akan berbahaya untuk nyawamu nona.” tutur maid.

“Kalau begitu tunjukkan, sebelum aku menggoreskan pecahan ini di tanganku.” ancam Isabelle mengintimidasi maid.

Dengan terpaksa maid pun berjalan memimpin langkah Isabelle dan menunjukkan ruangan dari Van Der Mick.

Sesampainya di depan ruangan Van Der Mick, maid hendak berteriak untuk mengabari Van Der Mick. Namun Isabelle mengangkat tangannya dan meminta maid untuk berhenti.

“Stop, kau tidak perlu memberitahu Tuan Van. Aku sendiri yang akan memanggilnya dan masuk kedalam.” ucap Isabelle menghentikan maid.

“Tidak Nona, kau akan terkena amarah dari Tuan Van.” ucap maid merasa ketakutan akan amarah dari Van Der Mick.

“Biar saja, ini urusanku maid. Kau hanya perlu mengantarku hingga sini, selanjutnya biar aku yang melakukannya sendiri.

Langkah kaki Isabelle pun mulai mendekat ke arah pintu, lalu membuka pintu tersebut dengan kedua tangannya.

Terlihat bangunan yang sangat artistik di dalam, dengan nuansa putih dan emas membuat siapa saja yang melihat merasakan kemewahan dan kemegahan.

“Siapa yang berani datang tanpa mengetuk pintuku?” teriak van Der Mick dari kursi kebesarannya.

“Selamat malam Tuan Besar, Aku Isabelle yang memaksa masuk kedalam ruanganmu ini.” sahut Isabelle dengan berhenti di depan daun pintu.

Van Der mick segera berdiri dan menoleh ke arah Isabelle yang masih berdiri.

“Ada apa Isabelle, sepertinya ada hal penting yang ingin kau sampaikan kepadaku?” tanya Van Der Mick tanpa ekspresi marah sedikitpun.

“Kau benar Tuan, ada beberapa hal yang sangat ingin aku bicarakan denganmu. Apa kau bersedia untuk mendengarkan?” tanya Isabelle dengan sedikit membungkuk.

Van Der Mick tampak memperhatikan raut wajah Isabelle yang seperti sedang dalam kebingungan.

“Baik, aku akan mendengarkannya. Maid, buatkan teh panas camomile dan ambilkan beberapa croissant kesukaanku.” tutur Van Der mick pada maid yang berdiri disana.

Maid pun tampak bingung, selama ini Van Der Mick tidak akan pernah mau berbagi croissant kesukaannya kepada siapapun. Apalagi orang asing seperti Isabelle.

“B-baik Tuan, tapi apakah kau yakin untuk berbagi croissant kesukaanmu dengan Nona Muda?” tanya maid dengan lancang.

“Lancang sekali mulutmu itu, pengawal bawa pergi dia dan habisi.” teriak Van Der Mick kepada pengawal yang berdiri di depan pintu.

Isabelle seketika membelalakkan mata saat mendengar maid itu akan dihabisi.

“Tuan aku mohon, jangan lakukan hal itu kepada maid, aku akan berlutut untuk mendapatkan maaf darimu.” tutur Isabelle seraya mendekat dan memegang tangan dari Van Der Mick.

Ketika hal itu terjadi, James datang dan melihat Isabelle yang tengah memegang tangan dari Van Der mick. James pun salah paham dan menuduh Isabelle tengah menggoda sang ayah.

“Apa yang kau lakukan wanita jalang, kau bilang jika kau akan memohon kepada Ayah untuk tidak menjodohkan kau dan aku!” tutur James dengan sinis.

Isabelle pun hanya bisa menghela nafas panjang, Isabelle yakin jika dirinya menjelaskan pun pasti tidak akan ada gunanya.

“Ya benar, aku memang sedang menggoda Ayahmu. Apakah itu salah Tuan James?” tanya Isabelle memicu kemarahan dari James.

Plak!!! tamparan keras mendarat di pipi Isabelle.

“Kau jalang, beraninya menggoda Ayahku? Apa kau ingin sekali menguasai hartaku hah?” tuduh james.

Isabelle pun hanya terdiam mendengar hal tersebut.

“Ayah, aku siap untuk menikahinya. Jika perlu besok laksanakan, aku tidak akan menolaknya.” putus James dengan amarah yang masih memburu.

Bagaikan tersambar petir, Isabelle merasa jika dirinya jatuh dalam sarang harimau.

*Apa ini, apakah dia ingin mempermainkanku? atau mungkin James ingin membalas dendam atas yang terjadi saat itu.* batin Isabelle. Hatinya menjadi tidak tenang setelah mendengar keputusan dari James.

“Apa kau serius James? Ayah tidak ingin kau mengecewakan jiwa yang sudah tiada.” tutur Van Der Mick kepada sang putra tunggal.

James pun mendekat kepada sang ayah dan memeluknya dengan lembut.

“Aku serius Ayah, aku akan menikahinya sesuai dengan keinginanmu. Aku juga mencintainya, kau tahu Ayah dia adalah mantan kekasihku.” tutur James memberitahu Van Der mick tentang masa lalu dirinya dengan Isabelle.

Tiba-tiba saja Van Der Mick melepaskan pelukan dari putranya dan menatap lekat ke arah James.

“Apa kau bilang, dia mantan kekasihmu James?” tanya Van Der Mick tidak percaya.

“Ya Ayah, Ayah bia tanyakan sendiri pada Isabelle tentang hubungan kami berdua di masa lalu.” tutur James melemparkan obrolan kepada Isabelle.

Isabelle pun tampak gugup untuk menjawab jika Van Der Mick bertanya kepadanya tentang masa lalu dirinya dengan James.

Van Der Mick pun segera melangkah mendekat pada Isabelle.

“Apa itu benar Nak? apa kau pernah memiliki hubungan dengan putra tunggalku ini?” tanya Van Der Mick dengan nanar bertanya-tanya.

Isabelle pun tampak mengangguk menjawab pertanyaan dari Van Der Mick.

“Tuhan, apakah ini takdir darimu untuk putraku yang keras kepala dan angkuh ini?” ucap Van Der Mick seraya menengadah keatas dan meneteskan air matanya.

James tampak terkejut melihat sang Ayah yang menangis karena mengetahui hal itu.

“Ayah, apakah aku sudah menyakitimu dengan kenyataan ini?” tanya James kepada sang ayah.

Van Der Mick hanya menoleh seraya tersenyum ke arah James. Namun James masih ragu apakah itu adalah senyuman kebahagiaan atau senyum licik dari sang ayah.

James sangat paham jika sang ayah adalah orang yang sangat licik, jadi ia sulit untuk mempercayai sang ayah.

“Ayah sangat bahagia James, Ayah kira kau akan selamanya sendiri dan tidak memiliki minat dan juga tertarik pada wanita.” tutur sang ayah dengan memegang bahu sang putra.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status