“Pergi dari sini, atau aku akan menghabisi nyawaku saat ini juga.” ancam Isabelle dengan memecahkan gelas berisi air ke nakas dan menaruhnya di atas urat nadi tangannya.
“Tidak, jangan lakukan itu isabelle, hentikan aku mohon.” ucap James dengan sedikit memberi jarak dari Isabelle.Bukannya mendengarkan perkataan James, justru Isabelle semakin menempelkan pecahan kaca itu diatas nadinya. Terpaksa James merebut pecahan gelas dari tangan Isabelle dan alhasil melukai telapak tangannya.“Apa yang kau lakukan, kau pikir aku akan tersentuh dengan pengorbanan darah ditanganmu?. Sebanyak apapun darah yang kau tumpahkan, tidak akan pernah sebanding dengan darah keperawananku yang sudah kau renggut secara paksa James Van Der Mick.” ucap Isabelle.James yang mendengar hal tersebut pun tampak terkejut, sebab James tahu jika Isabelle sudah memanggil namanya dengan lengkap, tandanya amarah Isabelle sudah berada di puncak.“Aku mengerti Belle, dan Aku pun sadar jika aku bersalah padamu. Aku mohon jangan menghukum dirimu, hukum saja aku.” ucap James kepada Isabelle.“Kau ingin aku menghukummu?.” tanya Isabelle dengan senyum liciknya.James pun tampak terkejut mendengar pertanyaan itu dari mulut Isabelle.“Rupanya kau sudah siap jika harus kehilangan nyawamu James.” tutur Isabelle dengan senyum smirk nya.James pun hanya terdiam mendengar setiap kata demi kata yang keluar dari mulut Isabelle. James tidak pernah merasa sehina itu, karena sudah merenggut paksa keperawanan seorang gadis yang dicintainya.“Apapun Belle, untuk bisa menebus kesalahanku tadi malam apapun akan aku lakukan.” ucap James kepada sang istri.“Kesalahanmu semalam?, kau bersalah selama satu tahun padaku James. Kau menuduhku tidur dan kehilangan keperawananku dengan marvin, kau juga sudah memanggilku dengan sebutan Jalang. Kau selalu mempermalukanku di depan siapapun, kiranya hukuman apa yang pantas untukmu James?” tanya Isabelle dengan terus menatap kosong ke depan.“Apapun Belle apapun, aku akan menerimanya.” ungkap James lagi dengan bersujud disamping tempat tidur Isabelle.Isabelle pun melihat pecahan gelas yang masih James pegang.“mana tanganmu dan pecahan gelas itu.” pinta Isabelle pada James.James pun menyerahkan tangannya yang sudah sedikit berdarah dan pecahan gelas tadi.“Kepal pecahan gelas ini dengan kedua tanganmu james.” pinta Isabelle, James pun langsung menurutinya.Isabelle meraih tangan James yang mengepal pecahan gelas, lalu menekannya dengan tangannya sekuat tenaga.“Argh!!,” gumam James saat tangannya terasa perih karena pecahan kaca menembus tangannya.Bukannya berhenti, Isabelle semakin menguatkan cengkramannya di tangan James dan membuat darah James semakin mengucur deras.“Apakah ini sakit James?.” tanya Isabelle dengan senyum penuh kemenangannya.James hanya terdiam, tanpa banyak bicara James menerima setiap rasa sakit yang sedang dialaminya.“Demi maafmu Isabelle.” ucap James dengan menyeringai kesakitan.Satu jam berlalu, Isabelle belum mau melepaskan genggaman tangannya dari tangan James. Tampak wajah James yang sudah mulai memucat dan ceceran darah pun sudah begitu banyak di lantai kamar hotel.Saat James hampir pingsan, Van Der Mick datang dan membuka kunci pintu dengan pintu cadangan hotel.“James.” teriak Van Der Mick saat melihat James tengah berlutut berlumuran darah di depan Isabelle.“Ada apa ini nak?, apa yang tengah terjadi.” tanya Van Der Mick.“Ayah, kau tidak perlu ikut campur. Ini urusanku dengan Belle, aku mohon cukup lihat saja.” ucap James pada sang Ayah.Van Der Mick pun hanya bisa melihat hal yang sedang terjadi antara Isabelle dan putranya James. Namun Van Der Mick tampak iba pada Isabelle yang sepertinya tidak tega dengan hal yang tengah ia lakukan pada suaminya.Van Der Mick mendekat ke arah Isabelle, lalu menutup matanya dan memeluknya dengan penuh kasih sayang.“Nak, biarkan Ayah membantumu melepaskan amarahmu. Ayah janji tidak akan menghentikanmu.” tutur Van Der Mick dengan terus memeluk lembut tubuh Isabelle.Akhirnya kekuatan Isabelle yang semula kuat pun menjadi melemah dan melepaskan tangannya dari tangan James. Seketika James terkulai dan jatuh dipangkuan Ray. Pengawal segera memanggil dokter untuk menangani James yang sudah kehabisan banyak darah.Ray membawa tubuh lemah James ke kamar berbeda dengan Isabelle agar tidak membuat emosi Isabelle meningkat lagi. Ray membawa James ke paviliun sayap kiri Mansion.Van Der Mick tampak mengelus lembut rambut isabelle dan bertanya dengan suara lembutnya.“Ada apa nak, apakah dia menyakitimu?. Katakan padaku biar Ayah yang menghukumnya, aku juga Ayahmu mulai sekarang.” tutur Van Der Mick. Alhasil tangis Isabelle pun pecah dipelukan Van Der Mick.“Ayah, apakah aku terlihat begitu menjijikan, apakah aku terlihat seperti wanita kotor?” tanya Isabelle pada Van Der Mick.“Apa yang kau katakan, apa kau tersinggung dengan ucapan dari James?.” tanya Van Der MIck yang tampak belum mengerti dengan pertanyaan dari Isabelle.“Ayah, dia merenggut mahkotaku secara paksa Ayah. Aku merasa seperti wanita jalang yang sedang menjual diri ku.” ucap Isabelle membeberkan fakta pada Van Der mick.Van Der Mick pun tampak emosi dan segera melepaskan pelukannya dari Isabelle. Tampaknya James tengah diobati di paviliun sayap kiri pun terkejut dengan kedatangan dari sang ayah Van Der Mick. Dengan mata penuh amarah, Van Der Mick menarik ikat pinggang yang digunakan lalu mencambukannya kepada James.“Argh!!! teriak James kesakitan saat ikat pinggang sang ayah mendarat di dadanya.Tidak cukup hanya satu cambukan, Van Der Mick kembali mencambuk James di dadanya sehingga menjadi berbentuk menyilang.“Ayah ampun Ayah, aku tahu aku salah. Aku mohon ampun Ayah.” tutur James tanpa mau bertanya apa penyebab dari cambukkan ayahnya.“Kau pantas mendapatkannya James, aku malu memiliki anak sepertimu. Beraninya kau merenggut mahkota istrimu secara paksa, aku tahu dia adalah milikmu seutuhnya. Tapi apakah kau pernah berpikir jika itu akan menyakitinya hah!.” teriak Van Der Mick kecewa dengan apa yang sudah James lakukan pada Isabelle.Van Der Mick hendak mencambuk kembali tubuh James yang sudah tersungkur di lantai, namun tiba tiba saja Isabelle datang dan memohon pada sang ayah mertua untuk menghentikan cambukannya pada James.“Cukup Ayah, aku sudah memaafkan James. Cukup aku mohon, dia sudah sekarat.” tutur Isabelle.Van Der Mick pun terpaksa menghentikan cambukan kepada James. James sudah terkulai lemas hingga tidak bisa membuka matanya sama sekali.“Ayo Ray, bantu aku mengangkat tubuh James keatas tempat tidur.” ucap Isabelle pada Ray. Namun Ray tampak menoleh terlebih dahulu ke arah Van Der Mick, dan Van Der Mick pun mengangguk perlahan.Ray segera menolong James dibantu juga oleh dokter untuk mengobati dada James yang sudah berlumur darah dari cambukkan sang ayah.James pingsan dan tidak sadarkan diri sama sekali, rasa benci dan iba dalam diri Isabelle pun saling bergejolak satu sama lain.“Jangan pernah mengasihani orang yang sudah membuatmu menderita nak, dia pantas atas hukuman itu.” tutur Van Der Mick seraya meninggalkan ruangan tersebut.Namun Van Der Mick pergi dengan senyuman bahagia di wajahnya seperti merasa sudah melakukan hal yang benar.*Aku yakin jika kau sangat menyayangi suamimu Isabelle.* batin Van Der Mick kembali ke ruangannya.Setelah dokter menangani James, dokter segera pamit dan diantar oleh Ray keluar dari paviliun sayap kiri Mansion.“Mari dokter, aku akan mengantarmu kembali.” tutur Ray.Sedangkan Isabelle duduk ditepi tempat tidur dan menatap wajah James yang tampak pucat pasi seperti sedang menahan rasa sakit.Tanpa terasa Isabelle pun mengantuk saat menunggu James sadar, Isabelle pun terlelap tanpa sengaja. Namun tak lama Isabelle terlelap, James sadarkan diri dan menatap Isabelle yang tengah tertidur disampingnya.“Maafkan aku Belle, aku sudah menyakitimu. Aku pantas mendapatkan ini semua.” gumam James seraya berusaha untuk bangun, namun dirinya tidak dapat bangkit karena tubuhnya sangat lemah dan juga penuh kesakitan.James merasa haus dan ingin minum, namun satu tangannya tertindih oleh Isabelle. Jadi James berusaha mengambil gelas dengan tangan satunya lagi dan tidak berhasil. Alhasil gerakan James membuat Isabelle terbangun.“Mmmh, kau sudah sadar?” tanya Isabelle pada James seraya mengucek matanya.James pun mengangguk dan tersenyum manis ke arah Isabelle.“Baguslah, jadi aku sudah tidak perlu lagi menemanimu disini.” ucap Isabelle.James pun hanya bisa terdiam dan melihat Isabelle pergi, namun James berusaha untuk menahannya agar tidak meninggalkannya.“Tunggu Belle, aku haus. Bisakah kau ambilkan minum untukku?” tanya James pada Isabelle.Isabelle pun segera menoleh ke arah gelas dan meminta James untuk mengambilnya dengan tangannya sendiri.“Ambil saja sendiri James, nakas dan gelas air minum begitu dekat disampingmu.” tutur Isabelle.“T-tapi tangan dan tubuhku sangat sakit dan sulit untuk bergerak.” ucap James beralasan.“Maid, berikan air minum itu untuk Tuan Muda James.” ucap Isabelle. James yang mendengar hal tersebut pun langsung menolak dan mengurungkan niatnya.“Tidak, aku sudah tidak haus.” ucap James menolak pelayanan dari Maid. Dengan terpaksa Isabelle pun mengalah dan menyodorkan minum pada James.James pun tampak tersenyum menang melihat Isabelle yang tidak tega dengan dirinya. Setelah itu, James meminta obat resep dari dokter untuk meringankan rasa sakit di tubuhnya.“Belle. bisakah kau membantuku untuk mengambilkan obat yang dokter berikan tadi?” tanya James pada Isabelle.“Maid, berikan obat untuk Tuan Muda James.” tutur Isabelle kepada Maid. Namun lagi lagi James menolak seperti tadi dan bersikukuh menginginkan Isabelle yang memberikan obat kepadanya.“Kau jangan bertindak terlalu berlebihan James, aku tidak akan merasa iba kepadamu. Jika kau tidak ingin meminum obatmu, maka terserah kau saja aku tidak peduli.” tutur Isabelle seraya menoleh dan meninggalkan James.Namun dengan cepat James menahan tangan Isabelle dan alhasil luka di telapak tangan dan juga dadanya terbuka dan berdarah kembali.“Ahhss, Belle.” gumam James dengan lirih. Isabelle pun tampak khawatir dan segera duduk disamping tempat tidur James.“Aku sudah bilang, jangan berbuat macam macam James. Aku tidak akan merasa iba padamu, jika bukan karena menghormati ayah aku tidak akan mau merawatmu.” ucap Isabelle dengan ketus.Suara cambukan itu terdengar sangat pedih di telinga Thomas, Van Der Mick yang tidak akan segan mencambuk sang putra jika melakukan kesalahan.“Tuan aku mohion, lepaskan Tuan James dia tidak bersalah untuk hal berlian biru itu,” teriak Thomas lagi memohon di dalam cengkraman penjaga.Tidak sedikitpun suara pekikan dari James yang justru membuat Thomas semakin khawatir.Saat Van Der Mick tengah sibuk mencambuk James, tiba tiba saja langkah kaki yang nyaring terdengar terburu buru berlari ke arah ruangan cambuk itu.“Daddy,,” teriak anak kecil yang ternyata adalah Jayden.“Jay,” teriak James yang terkejut melihat kedatangan dari sang putra yang Isabelle bawa kesana.“Are you okay Dad?, apa Grandpa menyakitimu?. Katakan padaku Dad, aku akan menghukumnya untukmu,” ucap Jayden yang sudah bersimpuh di depan James yang tengah tertelungkup.James pun hanya tersenyum getir melihat sang putra yang tengah ingin membela dirinya.“Grandpa menghukum Daddy karena Daddy nakal, jika Dady tidak nakal m
Suara keributan terdengar begitu sangat nyaring dari dalam ruangan divisi pemasaran.Teriakan dari Patrician dan juga Isabelle membuat semua atensi jatuh dan tertuju kepada mereka.“Apa kau sudah gila?, kau bisa merusaknya Isabelle,” pekik Patricia dengan terus mengamankan sebuah kalung yang sudah dirinya buat untuk desain terbaru yang siap dirilis di perusahaan James.“Aku sudah mengatakannya, jika desain itu belum sempurna. JIka kau memaksanya untuk ditampilkan di galeri, itu akan membuat kesan memaksakan hal yang belum sepenuhnya terbentuk,” ucap Isabelle menjelaskan desain miliknya yang juga dibuat olehnya.Saat keduanya bertengkar, tiba tiba saja Maria datang dan mencoba untuk menengahi.Namun yang terjadi bukan menengahi, melainkan Maria membela patricia dan menyudutkan Isabelle habis habisan.“Kau, jangan terlalu ikut campur dengan urusan desain yang sudah dipilih dan dibuat oleh Patricia. Urus saja pekerjaanmu sendiri Isabelle, aku yang berhak memutuskan apakah desain ini laya
“Black Rose, bisakah kau segera datang kesini. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan,” ucap Leon yang tengah menelpon sang bosa besar.“Apakah ada masalah besar Leon?, tampaknya kau begitu panik?,” tanya Black Rose dari seberang telepon.Tanpa banyak berucap lagi, Leon pun memberitahukan hingga ke akar masalahnya kepada Black Rose. Setelah mendengar alasan dari Leon, Black Rose segera bergegas menemui Leon.Disamping itu, James tengah merasakan kesal karena bahan baku untuk perhiasannya telah dicuri oleh Black Rose dan membuatnya tidak bisa memproduksi desain terbaru di perusahaannya.“Bagaimana Thom, apakah kau sudah menemukan pemasok berlian yang aku inginkan kemarin?,” tanya James pada Thomas.Namun Thomas hanya menggeleng, sebab dirinya memang belum bisa menemukan pemasok terbaru untuk berlian yang diinginkan dan juga dibutuhkan oleh James.James hanya terus saja menggigit kuku jarinya dan berusaha menemukan jalan keluar yang dirasanya akan buntu.James tau jika yang menjual ba
Pagi terasa begitu hangat, mentari menyinari ruangan menerobos masuk dari celah jendela. Membuat mata James mengerjap karena silaunya, dan ternyata dunianya terlihat begitu dekat berada di depan matanya.Tangannya secara teratur ingin mengusap pucuk kepala dari Isabelle yang tengah menemaninya di sana.Namun saat tangan dari James hendak terangkat, Isabelle tampak terusik dan terbangun dari tidurnya.James yang menyadarinya pun segera kembali berpura pura tertidur, james ingin melihat reaksi apa yang akan Isabelle lakukan saat melihat dirinya belum sadar.“Ya Tuhan, ini sudah jam berapa?,” gumam Isabelle terkejut karena hari sudah terlihat sangat cerah.Dilihatnya jam di tangannya yang menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh menit.“pukul tujuh?, bagaimana bisa aku tertidur begitu pulas sementara james belum sadar.” gumamnya lagi seraya menoleh ke arah James.Terlihat selang infus dan juga selang transfusi darah, selang oksigen pun turut membantu James yang terbaring lemah di bed.“Ap
“Apa yang kau maksud Tuan?,” tanya Isabelle yang terkejut mendengar ucapan J.Isabelle pun segera menarik Jayden dari pelukan J dan menyembunyikannya di balik badan mungilnya.J pun tampak menghela nafas dan mencoba untuk tetap tenang agar kepalanya tidak terasa sakit lagi saat mengingat setiap kejadian demi kejadian yang pernah terjadi.“Belle, boleh kita bicara berdua?,” tanya J dengan sangat lembut.Isabelle juga terheran dengan nama panggilan yang J ucap baru saja.“Tidak, aku tidak ingin bicara denganmu. Kalian berdua boleh pergi, aku sudah tidak membutuhkan bantuan kalian lagi,” tutur Isabelle yang mulai kesal dan marah terhadap J.Namun J tidak langsung menyerah, J mencoba membujuknya sekali lagi melalui Jayden.“Nak, Papi perlu bicara dengan Mami mu, apakah kau mau membantu Papi membujuk Mami agar mau bicara dengan Papi?,” tanya J dengan terus berjongkok di depan Jayden dan Isabelle.Jayden pun terlihat mengangguk dan segera berlari ke arah Thomas, genggaman tangan Isabelle pu
Sementara itu, di apartemen Isabelle tampak Jayden yang sudah menunggu isabelle sedari tadi. Nany dari Jayden pun segera berpamitan dan pulang.“Apa kau marah pada Mami?,” tanya Isabelle seraya mendekati Jayden yang tengah duduk di sofa dan memanyunkan bibirnya.“Stop, jangan mendekat atau aku akan semakin marah padamu,” tutur Jayden yang kesal dengan sang Mami yang pulang sangat larut.“Maaf honey, Mami ada pekerjaan mendesak yang mengharuskan Mami pulang terlambat,” ucap Isabelle pada Jayden.Namun Jayden terus saja merajuk, Isabelle pun terus mencari cara untuk membujuk Jayden agar tidak marah lagi.“Baiklah, mari kita buat perjanjian,” ajak Isabelle pada sang putra.“Perjanjian apa?, apa kau berusaha membujukku Mami?,” tanya Jayden yang sudah paham dengan tak tik sang Mami.Isabelle pun tampak mengangguk dan tersenyum canggung.“Tidak, aku tidak ingin bernegosiasi denganmu. Tawaranmu pasti tidak akan menarik dan aku pun tidak mau menerima negoisiasi itu,” tutur Jayden yang sudah t
“Woopy, siaga dengan sniper jarak jauh. Arah jam sepuluh lebih dua belas menit,” tutur Leon yang diam diam menghubungi sang sniper terbaik yang berada di lantai gedung tertinggi di area sana.Sang sniper pun mengangguk dan mencari arah yang dimaksud oleh Leon. Setelah mengunci musuhnya, tanpa suara apapun dalam hitungan detik titik merah yang berada tepat di kening Dominic pun menghilang.Setelah itu Leon segera mengamankan posisi Dominic dan memeriksa helikopter siapa yang datang dan mencoba untuk membunuh Dominic.“Dray, pastikan siapa yang berada di dalam helikopter yang tengah mendarat di rooftop gedung ini. Jangan sampai mereka bisa menerobos masuk ke dalam.” pinta Leon kepada Dray sang pengintai.Namun rupanya Dray kalah langkah, dan dirinya terkena tembakan dari orang yang berada di dalam helikopter.Dray terluka di bagian lengan kanannya, saat Dray hendak menyerang balik, tiba tiba saja desingan peluru meletup kembali dan membuat salah satu orang yang berada di dalam helikopte
J dan Isabelle pun menoleh ke arah sumber suara.“Papa,” gumam J di depan Van Der Mick yang baru saja tiba.Van Der Mick segera mendekat dan memastikan keadaan J.“Apa yang terjadi padamu nak?, apa kepalamu sakit?,” tanya Van Der Mick yang terlihat sangat cemas dengan keadaan dari J.“Ah tidak pa, ini hanya sedikit sakit kepala saja tidak ada hal yang serius,” ucap J pada Van Der Mick.Van Der Mick pun menoleh ke arah Isabelle dan menatap nya dengan tajam.“Apa kau yang membuat putraku sakit hah?,” tanya Van Der Mick dengan nada bicara yang tinggi.J tampak terkejut mendengar nada bicara Van Der Mick yang terkesan berlebihan.“Pa, kau tidak seharusnya berteriak pada Isabelle. Dia hanya membantu menjaga dan merawatku Pah,” ucap J mencoba untuk membela Isabelle.“Ini Papa mu Tuan?,” tanya Isabelle yang berpura pura tidak mengenal Van Der Mick dihadapan J.“Ya Isabelle, dia Papah ku. Maafkan karena dia sudah berkata terlalu tinggi padamu,” ucap J meminta maaf atas nama Van Der Mick.“Tid
Pintu apartemen terbuka, Thomas segera mendorong kursi roda J dan membawanya ke dalam.Lalu Thomas membaringkan tubuh tinggi besar dari J dengan susah payah di tempat tidurnya.“Nona Belle, sebenarnya apa yang terjadi hingga Tuan J mengalami kesakitan dibagian kepalanya?,” tanya Thomas yang sangat penasaran.Karena Thomas tau jika J akan mengalami sakit pada kepalanya saat memforsir isi pikirannya dan juga mengingat sebagian potongan potongan dari ingatannya.“Begini Tuan, aku tidak sengaja berkata suatu hal yang mungkin membuat Tuan J dejavu dengan perkataanku,” ucap Isabelle tanpa mau berkata jujur kepada Thomas.Thomas pun berpikir keras, kiranya perkataan apa yang bisa membuat Tuan Mudanya itu tumbang.“Sudahlah nanti saja kita bicarakan, sekarang kau bantu aku mengelap tubuh TUan J agar tidak kotor,” pinta thomas pada Isabelle.“Mengelap tubuhnya?, apa kau gila Tuan?. Aku bukan siapa siapa dari Tuan J, dan kau seenaknya menyuruhku mengelap tubuh Tuan J?,” teriak Isabelle yang kes