Apatermen Felix"Masuklah ..."Aku benar-benar merasa Dejavu, bagaimana bisa kita bertemu bahkan sekarang Apartemen yang aku tempati saling berhadapan dengan Apartemen Felix.Begitu masuk mataku di buat terkejut bahkan kagum saat melihat kondisi Apatermen yang benar-benar bersih.'Apa dia memiliki pembantu?'Ya ... Aku adalah seorang ibu rumah tangga, ketika melihat kondisi rumah yang sangat bersih dan tertata rapi seperti ini sungguh memanjakan mata.“Sebaiknya kamu pergi mandi dan ganti pakainmu," ucapnya, entah mengapa ia tidak berani menatapku."Lihat itu bajumu basah. Jika tidak segera berganti pakaian, nanti yang ada masuk angin,” ucapnya dengan memalingkan wajah, aku merasa aneh dan melihat ke arah bahuku. Rupanya pakaian dalamku terlihat jelas karena baju yang aku kenakan menjadi tembus pandang saat basah terkena air hujan. Sontak aku menarik mantelku dan menutupinya.“Tapi, aku tidak punya baju ganti.”
Aku dan Felix menikmati anggur, yang mungkin harganya bisa membeli sebuah sepeda motor, dan itu semua membuat semakin terlihat bahwa ia bukanlah laki-laki dari kalangan biasa.Kami berdua mengobrol dengan santai, kami tertawa bersama membicarakan sesuatu yang ringan. Dari obrolan kami sangat nyambung, meski terlihat lebih muda tapi pola pikirnya begitu dewasa dan semakin membuatku kagum akan kepribadiannya.Felix lebih banyak mendengarkan dan memberikan pandangan positif terhadap ceritaku, sesekali ia tersenyum sembari menatap ke arahku. Jujur aku merasa senang karena ada orang yang menikmati ceritaku, biasanya Frans akan sibuk dengan ponselnya ketimbang mendengarkan aku berbicara.Tapi semakin lama, aku semakin larut dalam cerita juga anggurnya. Apa mungkin karena aku mabuk? atau karena aku merasa nyaman?Felix yang duduk di sampingku kemudian terus menatapku dengan serius, aku mencoba membalas tatapannya. Bola mata yang biru seperti mengandung s
Aku benar-benar merasa sangat jenuh, tanpa ada ponsel dunia benar-benar sepi.Hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun bahkan tanpa membuka gawai, hah … sungguh membosankan.Aku tidak ingin melamun karena itu hanya akan membuat aku kepikiran dengan Frans ...Sebentar ... benar beberapa hari ini, aku tidak memikirkannya. Dan jika diingat-ingat lagi aku lebih sering memikirkan Felix.Gila, sejak kapan aku menjadi wanita tidak tahu malu?Huft … ini semua karena aku terlalu sering bertemu dengan pria itu."Calista ...!" Teriakku karena jenuh.Tiba-tiba terdengar suara kunci pintu yang terbuka, aku langsung berlari ke arah pintu dan melihat Calista pulang dengan seorang pria bule."Terimakasih, sayang ...."Mereka berciuman saat berpisah di depan pintu, setelah itu pria bule tersebut pergi dan Calista membuka pintu.Cklek."Calista ...?" Aku menatapnya dengan tatapan penuh selidik, aku ben
Restoran Chef Felix cuisiner Restoran yang cukup besar, dengan interior romantis. Tapi kami tentu saja tidak melewati pintu depan karena masih ramai pengunjung, Felix menuntunku ke pintu samping restauran, saat Felix membuka pintu semua mata tertuju kepada kami.Membuatku merasa malu karena menjadi perhatian semua orang."Chef ... ada apa?" tanya seorang waiters perempuan muda, "Kenapa kembali lagi?""Tidak perlu pedulikan kami dan lanjutkan pekerjaan kalian,” ucapnya dengan nada dingin.Aku terkesiap mendengar Felix berbicara dengan nada dingin seperti itu."Baik Chef!”Semua pekerja begitu patuh padanya, tapi ada yang membuat aku heran saat waiters bertanya.Felix terus menuntunku melewati pegawainya jelas kami tidak luput dari tatapan mereka, Kami sampai di sebuah ruangan, warna hitam dan gold nuansa yang mewah. Aku begitu kagum dengan selera Felix yang menurutku sangat bagus."Mandilah gunakan air
Seperti bernostalgia, mengenang masa sekolah. Masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan bagiku, di mana di saat itu aku tidak terlalu banyak memikirkan hal berat seperti saat ini.Andai waktu dapat aku putar kembali, apakah ayah masih hidup?Ah … sudahlah, masa lalu dan masa kini adalah hal yang berbeda ….Aku memainkan piano satu lagu penuh, sangking terbawa suasana aku tidak menyadari waktu telah berlalu.Prok ... prok Suara tepuk tangan dari seseorang di belakangku, aku terkejut dan merasa malu saat melihat Felix. Dia menatapku dengan tersenyum manis."Itu bagus, Ruela ...."Aku menyeka air mataku yang membasahi pipi, aku mencoba menutupi kesedihanku dengan pura-pura tersenyum."Kamu terlalu melebih-lebihkan, Felix.""Ayo makan," ajaknya menyodorkan tangan seolah-olah ia ingin menggandeng tanganku.Aku menyambut tangannya dengan senang hati, dan Felix menggenggam tanganku
Saat pertama kali aku melihat wajahnya, entah kenapa hatiku bergetar hebat … tatapannya membuat duniaku teralihkan.Aku merasa bahwa wanita itu berbeda dengan wanita pada umumnya ….Jika ditanya apa alasannya … aku juga sebenarnya tidak tahu apa alasanku menilainya seperti itu.Pertemuan pertama yang tidak di sengaja karena sebuah kecelakaan kendaraan dan pertemuan kedua ...?Aku masih teringat jelas suara rintihannya di bawah kekunganku, itu adalah malam yang tidak akan pernah bisa aku lupakan.Pertemuan kedua ku dengannya kala itu, membuatku tahu siapa namanya.Dia wanita yang manis dan menggemaskan di mataku, melihat wajahnya membuat aku merasakan kembali getaran itu.‘Cantik’ satu kata yang dapat aku ucapkan untuknya.Saat itu wajahnya terlihat sangat kusut, mungkin
06:45Sesuai janjiku kepada Ruela, aku bersiap-siap untuk membawa Ruela berkeliling menikmati suasana kota Paris, dan kebetulan tadi sepulangnya dari pasar aku mengantarkannya pulang ke apartemen.Lalu mengantar sayur-sayuran segar ke restoran.Mataku terasa panas dan kepalaku juga terasa berat seperti mendapatkan tekanan beban berat.Aku menyentuh kening sepertinya terasa panas , aku mengambil termometer setelah di periksa rupanya aku terkena demam."Aku memiliki janji, dengan Ruela, aku tidak ingin melewati kesempatan ini untuk memastikan hubungan kita kedepannya."Tok … tok ….“Felix …?”Itu suara Ruela, wanita itu sepertinya sangat antusias.Gegas aku segera keluar menghampiri Ruela.“Sudah siap?” tanyaku.
Ruela … wanita itu masih setia menemaniku, bahkan dia juga mengompres kening dan leherku dengan telaten.Kepala yang masih terasa sangat berat, ditambah dengan mata memanas yang membuatku kesulitan untuk membukanya.“Biarkan aku merawatmu malam ini, Felix. Aku hanya tidak ingin dihantui rasa bersalah, karena ku kamu jadi sakit seperti ini.”Aku masih mendengar ucapan Ruela, tapi setelah itu aku mendengar suara langkah kaki yang menjauh."Felix, bangunlah. Ayo makan setelah itu, minum obatnya."Aku tidak tahu berapa lama Ruela meninggalkanku, tapi saat ia kembali. Aku mencium aroma yang sangat aku rindukan.Dia berusaha membangunkanku, tapi mata ini enggan terbuka.“Felix, bangunlah … aku membuatkanmu bubur.”Dengan bersusah payah, aku terbangun ….Terlihat dengan jelas bahwa Ruela memegang satu mangkuk bubur di tangannya, tapi sepertinya itu bukan bubur biasa.“Aku sengaja membuatkanmu bubur ab