MAS BUCIN, MILIKKU

MAS BUCIN, MILIKKU

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-11-20
Oleh:  Echa MoiraOngoing
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
8Bab
8Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

"Dari mana?" tanya Gana. "Kamar mandi. Habis cuci muka dan gosok gigi" jawab Sera. "Berarti sudah nggak rasa mangga" ucap Gana. Sera membelalak, menatap cermin, semakin malu melihat wajahnya sendiri. "Ngeselin ih. Udah dibilangin jangan diperjelas" sungut Sera. "Nggak ada. Tadi kamu cuma bilang jangan diperjelas kalau mau minta ciuman" balas Gana. "Ah males" ucap Sera, menelungkupkan ponselnya. Layar Gana menghitam jadinya. Pria itu tertawa terbahak-bahak. Gana night mode, on. "Maaf, saya tidak bahas lagi. Mana wajahnya, Sera?" ucap Gana saat tawanya sudah reda dan tampilan ponselnya tidak kunjung berubah. "Kalau begitu lagi, nggak mau call" Sera mengancam. "Iya. Wajahnya dulu, mana" tagih Gana.

Lihat lebih banyak

Bab 1

1

Sera Putri Aryatama. Nama yang indah, untuk seorang gadis yang biasa saja. 

Panggilannya Sera, mahasiswi tingkat akhir yang terbuai dengan arus perkuliahan. Bukannya fokus menyelesaikan tugas akhir, dia malah sibuk mengikuti lomba ilmiah. 

Seperti saat ini, semester 7 sudah berlangsung selama beberapa minggu. Beberapa teman Sera sudah mengajukan judul skripsi, bahkan ada yang sudah melakukan penelitian skripsi. 

Setiap hari, Sera selalu nongkrong di laboratorium. Termasuk di laboratorium tempat tim mereka menjalani lomba penelitian ilmiah. 

Selain itu, dia juga membimbing berbagai praktikum mata kuliah. Waktunya terkuras banyak sampai dia mengesampingkan tugas akhir.

"Besok mulai kumpul materi masing-masing ya. Saya sudah punya konsep slide," ucap Andra, ketua tim mereka. 

Tim mereka lolos ke tahap nasional, dan akan berangkat dua bulan lagi untuk mempresentasikan hasil riset selama ini. 

Minggu lalu, Andra sudah membagi topik untuk masing-masing anggota tim. Tepat setelah pengumuman keluar. 

Sera yang memang masih excited, sangat tekun mengumpulkan materi sesuai data penelitian mereka. Ini pengalaman pertama dia sampai ke tahap tertinggi dalam lomba. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional. 

"Bawa soft copy aja ya Kak, kertasku habis," ucap Sera, saat dirinya mengingat stok kertas di kos sudah menipis. 

Andra mendelik, sedikit kesal mendengar ucapan Sera. Dia sudah cukup pusing menatap layar laptop untuk menyusun slide dan mencari materi. Kacamatanya juga sudah sangat tebal, minus 14. 

"Ambil kertas bekas sisa praktikum," titah Andra, tidak ingin dibantah. 

Sera hanya bisa menghela nafas pasrah. Padahal tinta hitam printernya juga sudah menipis, mana harganya lumayan mahal. 

Aldi, adik kelas Sera yang juga anggota tim mereka hanya tertawa melihat wajah lesu Sera. Sangat hafal dengan sifat Sera yang kikir jika berkaitan dengan hal-hal yang dirasa mahal. 

"Sisa praktikum di lab sebelah masih banyak Kak, ambil aja," tawar Aldi, memberi informasi untuk membantu meringankan rasa kesal Sera. 

Aldi memang anak lab sebelah, dia juga asisten praktikum yang ikut mengelola sisa praktikumnya di lab itu. 

Sera mengangguk lemah, masih mengingat-ingat betapa banyak materi yang harus dia print. Jangan sampai kantongnya boncos, padahal jadwal kiriman bulanan masih lama. 

"Aldi nanti drop jadwal kuliah dan praktikum di grup," ucap Andra, mengalihkan topik tanpa peduli dengan keadaan. 

"Buat apa, Kak?" tanya Aldi.

Andra melirik sebentar, lalu kembali fokus ke layar laptopnya. 

"Saya mau atur jadwal pertemuan kita." 

Sera dan Aldi kembali sibuk dengan tugas mereka. Pengambilan ulang beberapa dokumentasi yang masih kurang bagus. 

Mereka memperagakan beberapa prosedur kerja agar gambarnya tampak lebih profesional untuk dilampirkan pada slide presentasi dan laporan akhir. 

"Ke lab bawah juga?" tanya Sera, sudah lelah berpose sok serius, padahal nyatanya tidak mengerjakan apa pun. 

"Iya kak, dokumentasi evap masih kurang bagus," jawab Aldi, membuka jas lab lalu turun ke lab di lantai bawah. 

Sera mengikut dengan lesu. Dia membuka jas lab, lalu mencari-cari sendal yang enak dipakai ke lab asing itu. Lab jurusan lain. 

Di tangan Sera, ada botol dan sampel penelitian mereka. Gadis itu berpura-pura mengisi wadah kaca pada alat evaporator. 

Aldi mengabadikan kegiatan tersebut, lalu mereka berganti peran. 

*

Lampu pada fotobioreaktor dibiarkan menyala, menjadi satu-satunya sumber pencahayaan dari ruang gelap itu. 

AC juga masih menyala, sesuai suhu yang telah diatur, menjaga agar suhu ruangan tetap stabil sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan mikroalga. 

Sera dan teman-temannya meninggalkan laboratorium saat malam sudah menjelang. 

Mereka berjalan kaki menuju luar gerbang kampus karena sudah tidak ada transportasi di dalam area kampus.  

Tidak terlalu banyak kegiatan hari ini, namun Sera merasa cukup lelah, karena otaknya dipaksa aktif berpikir berat lagi setelah rehat berminggu-minggu. 

*

Esok harinya. 

Laboratorium penuh. Tidak ada ruang untuk Sera nongkrong. Dia tak punya kelas lagi, jadi ke kampus seharusnya hanya untuk keperluan tugas akhir. 

Karena Andra juga sedang membimbing praktikum, Sera akhirnya turun ke lantai bawah. Dia duduk di gazebo belakang. 

Sembari membaca beberapa materi yang belum ia pahami, Sera melihat Ibu Kantin bolak-balik membawakan pesanan mahasiswa di gazebo. 

Dia tidak bisa fokus karena sapaan orang-orang. Bahkan adik-adik kelasnya juga sangat sopan, menyapa dengan formal. 

"Padahal bukan senior galak," gumam Sera pelan, jengah dengan semua keramahan itu. 

Dia sangat tidak suka duduk sendirian di tempat umum seperti ini, namun saat ini tak ada pilihan lain. 

Tidak berselang lama, seorang pria duduk di bawah gazebo yang sama dengan Sera. Pria itu duduk di sisi seberang, tidak ada sapaan apa pun. 

Sera tidak mengenalnya, dia juga sebenarnya tidak terlalu peduli, namun aroma parfum pria itu tercium sekilas, membuat Sera sedikit terusik. 

Dia melirik pria itu. Kemeja hitam tampak kontras dengan kulitnya yang putih. 

Kelihatannya pria itu cukup tinggi, tapi tubuhnya terlalu kurus menurut Sera. 

Belum lagi ransel besar di punggungnya, membuat pria itu terlihat semakin kurus, dan, sedikit rapuh? 

"Wangi bener" gumam Sera, dengan suara yang nyaris tak terdengar manusia lain. 

Dari belakang, Ibu Kantin mendekat ke arah gazebo Sera, membawa serta nampan andalannya. 

Segelas susu cokelat hangat disajikan, tepat di hadapan pria asing itu.

"Sera nggak jajan?" sapa Ibu Kantin, dengan senyum ramah yang khas. 

Sera menggeleng pelan, lalu berkata 

"Nggak Bu, baru sarapan." 

Ibu Kantin mengangguk pelan, bergegas kembali ke kantin yang terletak tidak begitu jauh dari gazebo itu. 

Area gazebo semakin ramai. Banyak mahasiswa mulai berdatangan karena hari sudah semakin siang. Sebagian wajah-wajah itu tampak lelah dan kusut. 

Sera sudah terbiasa melihat wajah tak karuan seperti itu. Kehidupan perkuliahan di fakultas mereka memang terbilang cukup sibuk. Minim waktu istirahat. 

Selain jadwal kuliah bersama dosen, ada juga jadwal praktikum bersama asisten di lab. Praktikum itulah yang paling banyak menyita waktu, karena mahasiswa harus melakukan analisis lanjutan dan membuat laporan praktikum atau laprak. 

Gazebo yang Sera tempati juga semakin padat, oleh orang-orang yang tak begitu dia kenal. 

Pria asing yang wangi itu menggeser duduknya, memberi ruang bagi pendatang. 

Awalnya, Sera tidak begitu terusik dengan hal itu. Biasa saja. 

Gazebo kan fasilitas umum di kampus, jadi siapa saja bisa duduk. 

Namun yang membuat Sera kesal, cara pria itu menjaga jarak seolah enggan _atau mungkin jijik_ berdekatan dengan Sera. 

Entahlah, Sera tak begitu mengerti kenapa dia merasa seperti itu. 

Akhirnya, Sera meninggalkan gazebo itu. Lebih baik dia duduk di emperan lab seperti bocah terlantar, dari pada harus menahan jengkel disini. 

Tak lupa, Sera melayangkan tatapan sinis pada pria menyebalkan itu. 

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Tidak ada komentar
8 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status