Share

Memulai Penyamaran

Malam kawan ... .

πŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜‰

Bang Ezhar hadir nih nemenin malam kalian😁😁😁

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Ezhar terbangun sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit, efek dari minuman yang semalam menemaninya dalam kekecewaan. Ia duduk di tepi ranjang, pandangannya menerawang jauh entah kemana. Ia teringat ucapan Roy semalam, yang menyuruhnya hidup tanpa harta yang ia miliki. Ezhar meraih ponselnya di atas nakas, di ketiknya nama Roy dalam kontak yang ada di ponselnya.

"Halo," suara khas bangun tidur Roy, dari seberang sana.

"Roy, mana nomor orang yang kau bicarakan semalam?" tanya Ezhar tak sabar.

"Oke, nanti aku kirim. Sekarang izinkan aku tidur dulu bro," pinta Roy.

"Cepat kirim sekarang! Atau kau akan ku buat tidur selamanya!" ujar Ezhar memaksa.

"Baik ... baik bro, aku kirim sekarang. Jangan lupa nomor rekeningku, yang menanti uangmu," ucap Roy meningatakan.

"Bagus, tenang saja ..., akan ku pastikan kau tak akan kesusahan selama menurut padaku."

Percakapan mereka memang terdengar aneh. Saling mengancam dan ucapan yang tidak enak di dengar. Tetapi itulah cara mereka untuk mengungkapkan rasa saling peduli. Dengan cara itu mereka bisa menjalin persahabatan selama tujuh tahun lamanya. Jadi bagi Ezhar maupun Roy sudah sangat paham dengan sikap masing-masing.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

"Apa yang kau katakan, nak?" tanya Papah Ezhar terlihat bingung dengan ucapan putranya.

"Pah, aku ingin mencari wanita yang bisa mencintaiku tanpa melihat latar belakangku. Dan itu akan ku temukan saat aku menjadi orang yang hidup tanpa harta," beritahu Ezhar pada Papanya.

"Tapi ... nak," Tuan Robi seakan tak setuju dengan ide yang tak masuk akal baginya.

"Untuk sementara aku akan menyamar sebagai supir di sebuah keluarga, dan aku harap Papah mau mengurus perusahaan sebentar saja. Aku janji akan mengurusnya dari jauh, dan yang pasti aku akan mengabulkan keinginnan kalian dengan segera mendapatkan calon istri," Ezhar masih berusaha membujuk Papanya.

"Baiklah ...," ucap Papahnya pasrah.

Tak ada pilihan lain lagi bagi Tuan Robi, ia pasrah. Ia mengiyakan keinginan sang putra yang tak maksud akal. Ezhar melebarkan senyumnya dengan jawaban sang Papah. Ezhar langsung bergegas pergi meninggalkan kediaman kedua orang tuanya. Selama ini Ezhar memang memilih tinggal sendiri, alasannya karena ia ingin hidup mandiri.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Setelah menghubungi nomor yang di kirim Roy, ia merubah penampilannya. Kini rambut yang biasanya tertata rapi sengaja ia buat sedikit berbeda. Kacamata pun melengkapi penampilannya, ia mengenakan kaos oblong yang di padukan dengan celana jeans. Ezhar berkali-kali memastikan penampilannya di depan cermin. Ia tak mau penyamarannya gagal. Ia benar-benar ingin mendapatkan cinta yang tulus dari wanita di luar sana. Wanita yang mau menerimanya apa adanya.

Ezhar sengaja menaiki taksi untuk menuju kediaman Dion Sanjaya, calon bosnya. Setelah sampai di alamat yang di kirim oleh Dion, ia mengetuk pintu rumah yang cukup besar itu, meski tak sebesar kediamannya.Tak lama seorang wanita berparas cantik dengan balutan dress selutut dengan warna biru muda, membukakan pintu untuk Ezhar. Wanita itu pun memamerkan deretan giginya yang putih dan bersih.

"Siang ..., nyonya," sapa Ezhar dengan sopan.

"Siang ..., maaf kalau boleh saya tahu, Anda mencari siapa?" tanya wanita itu.

"Oh ... ya nyonya, perkenalkan nama saya, Ezhar. Supir baru Anda," beritahu Ezhar.

"Oh ... jadi kamu supir baruku? Kalau begitu mari masuk!" wanita itu mempersilahkan Ezhar untuk masuk.

"Duduklah, oh ya ..., perkenalkan namaku Maira," ucapnya sambil menyodorkan tangannya.

Ezhar pun menyambut uluran tangan wanita yang bernama Maira itu, yang mulai detik itu telah mejadi bosnya. Cantik, itu yang terlintas di benak Ezhar. Namun, ia menepisnya karena ia tahu jika wanita yang ada di depannya adalah istri dari bosnya. Maira lalu mengantar Ezhar menuju kamarnya yang berada di ruang bagian belakang ruang dalam rumahnya.

"Ini kamarmu dan ya, kau harus selalu siap kapanpun saat aku butuhkan, meski tengah malam sekalipun. Aku tak mau mendengar alasanmu, apa kau mengerti!" terang Maira.

"Saya mengerti, Nyonya. Dan saya siap melayani Anda kapanpun di butuhkan," jawab Ezhar dengan tegas.

"Baiklah, sekarang simpan barang-barangmu dan mulailah bekerja. Ini kunci mobilnya, ku tungu di depan!" Maira memberikan kunci mobilnya dan berlalu meninggalkan kamar Ezhar.

Dengan segera Ezhar meletakan ranselnya. Ia berlari ke arah mobil yang sudah berada di halaman rumah Maira. Tanpa di suruh Ezhar sudah tahu apa yang harus di lakukan seorang supir. Ia yang biasanya di layani kini harus melayani. Namun, itu tak membuat CEO tampan itu mengurungkan niatnya melanjutkan perjalanan mencari cinta sejati.

Ezhar memgemudikan mobil sang Nyonya dengan kecepatan sedang. Sesekali ia melihat wajah cantik majikannya itu dari kaca spion. Namun, ada yang aneh baginya, mata wanita cantik itu terlihat sendu. Dari matanya Ezhar melihat ada beban yang di pikul wanita cantik itu.

Maira melamun selama di perjalanannya menuju toko kue kesayangannya. Tempat dimana ia bisa melepas semua beban di hidupnya. Pandangannya menerawang jauh ke luar mobil, ia masih ingat saat sang suami memintanya menandatangani surat pernyataan bahwa ia menyetujui pernikahan kedua Dion dengan wanita simpanannya. Hatinya hancur, saat ia juga harus menyaksikan suaminya mengucapkan ijab qobul dengan mata kepalanya sendiri. Tak ada yang tahu isi hatinya, yang semua tahu, Maira sudah ikhlas mengijinkan Dion menikah lagi.

Tak ada yang bisa Maira lakukan, keluarga yang menjadi alasannya menerima perlakuan Dion yang sangat menyayat hati. Ia terpaksa bungkam atas kebenaran yang terjadi, karena suaminya itu mengancam akan menghentikan biaya hidup keluarganya. Keadaan sang Ayah yang sakit keras, dan tak bisa lagi menafkahi keluarganya. Ibunya hanya bisa mendapatkan uang untuk makan sehari-hari. Jadi Maira memilih menyimpan semua kesakitannya demi keluarganya.

Ia sadar, ia bukanlah seorang yang memiliki harta yang berlimpah. Maira lahir dari keluarga yang tak berkecukupan, tetapi dengan perjuangan yang amat sangat sulit ia bisa melanjutkan pendidikannya sampai ke SMA. Setelah lulus, Maira memilih mencari pekerjaan di kota. Ia bekerja sebagai pelayan di salah satu kafe langganan Dion. Dari sanalah mereka mulai saling mengenal, sampai pada suatu hari cinta pun mengantarkan mereka menuju ikatan pernikahan.

Namun, cinta yang di kumandangkan Dion sirna saat usia penikahan mereka menginjak satu tahun. Semua sikap manis Dion musnah, Maira sendiri bingung, apa yang membuat suaminya berubah? Tetapi ia selalu berpikir positif akan semua ujian yang Tuhan berikan.

Dion memberikan Maira sebuah toko kue, agar dia bisa terus mengirimi uang kepada keluarganya. Dion mengancam jika Maira tak menyetujuinya menikah lagi, maka ia akan mengambil toko kue itu. Maira terpaksa mengikuti keinginan gila suaminya itu.

"Nyonya ..., kita sudah sampai," Ezhar membuyarkan lamunan Maira.

"Oh ... ya?" Maira keluar dari mobilnya dan melangkah menuju tokonya.

Ezhar hanya menatap Maira dengan banyak pertanyaan di hatinya. Ezhar memilih memarkirkan mobil sesuai instruksi majikannya.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Ezhar merebahkan tubuhnya yang sedari pagi terus mengantar Maira kesana kemari. Saat matanya hampir terlelap terdengar Maira memanggilnya. Mata itu kembali terbuka lebar, ia segera bangkit dari kasur malasnya. Ezhar mengelus dadanya saat mendengar perintah dari bosnya, Ezhar kembali mengemudikan mobil sang nyonya, menuju ke sebuah klub malam.

Maira melenggang masuk ke tempat itu dengan menggunakan pakaian yang membuat mata lelaki tak akan berpaling darinya. Ezhar pun mengikuti bosnya dari belakang tanpa sepengetahuan Maira. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada bosnya itu. Pakaian yang kekurangan bahan, di tambah suasana klub yang di penuhi mata-mata nakal lelaki hidung belang.

Maira terlihat menikmati dentuman musik yang membuatnya terbuai, di tambah minuman yang sudah membuatnya setengah mabuk. Ia terus meliuk-liukan tubuhnya tanpa menghiraukan situasi di sekitarnya. Yang penuh dengan tatapan lapar dari lelaki yang ada di sana.

"Hai manis, aku bisa membuatmu terbang melayang. Maukah kau menemaniku malam ini?" ucap lelaki itu dengan meraih pinggul Maira.

"Maaf, aku tidak mau. Lepaskan aku!" Maira mencoba melepaskan diri dengan sisa-sisa kesadarannya.

Namun, lelaki itu malah semakin erat memeluk tubuh seksi Maira. Wanita itu nampak berjuang untuk melepaskan pelukan lelaki hidung belang itu. Meski ia sedang mabuk, tetapi ia tidak sudi melayani nafsu lelaki itu. Ezhar melangkah menerobos lautan manusia yang tengah menikmati alunan musik itu. Ia segera meraih tubuh Maira ke dekapannya. Lelaki itu merasa sangat marah, ia pun berusaha melawan Ezhar.

Sangat mudah bagi Ezhar melumpuhkan lelaki kurang ajar itu. Dengan hadiah spesial dari Ezhar berupa pukulan yang tepat mengenai pipinya, lelaki itu langsung ambruk seketika. Ezhar membawa Maira meninggalkan klub itu dengan menggendongnya, karena kondisi Maira yang sudah tak sadarkan diri.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Mbok rati berlari membukakan pintu utama kediaman Maira. Di lihatnya sang nyonya terlelap dalam gendongan Ezhar.

"Mbok, bisa kasih aku jalan," Ezhar membuyarkan lamunan si mbok yang entah sedang memikirkan apa?

"Eh ... iya, Den. Ayo kita bawa nyonya ke kamarnya!" Mbok cepat-cepat mengunci pintu dan berlari mengikuti Ezhar.

"Mbok, apa yang sebenarnya terjadi pada nyonya?" Ezhar memberanikan bertanya. Setelah merebahkan tubuh Maira di ranjang.

"Maaf, den ..., ceritanya panjang. Dan jujur saya sangat kasihan pada nyonya," ucap si Mbok dengan air mata.

Bersambung.....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status