Share

Perselingkuhan Di Mulai

Selamat membaca

Maira nampak sibuk dengan kegiatan belanjanya, ia memilih beberapa pakaian untuk penyamaran supirnya itu. Ezhar hanya tersenyum melihat raut bahagia yang tergambar di wajah yang sebentar lagi menjadi selingkuhannya itu. Meski kedua tangannya terisi penuh belanjaan majikannya, tidak membuatnya lelah. Selesai membayar semua, Maira mengajak Ezhar menuju salon langganannya.

"Siang Beb," sapa Maira pada seorang lelaki lemah gemulai, yang sedang sibuk dengan rambut pelanggannya itu.

"Siang juga ... Beb," sapa lelaki itu. "Eh siapa tuh? Ganteng banget ... nggak mau di kenalin nih?" goda seorang lelaki dengan genit. Ia pun menghenyika kegiatannya.

"Kepo! Dia simpananku, cepat rubah penampilannya. Buat dia layaknya bos!" ujar Maira asal.

"What! Mulutmu itu ya Beb," lelaki yang sering di panggil Boby itu menoel bibir Maira.

"Nggak percaya? Benarkan sayang ...," Maira mulai memainkan perannya di hadapan Boby. Ia melingkarkan tangannya di lengan kekar Ezhar.

Ezhar hanya menjawabnya dengan senyuman, dan ia pun mulai memainkan perannya juga. Ia melepaskan tangan Maira dari lengannya, tetapi ia meraih pinggang Maira agar merapat ke arahnya. Maira tak mempermasalahkan semua itu. Dia menganggap semua ini sebagai latihan, agar mereka tak lagi canggung. Ia ingin semua rencananya bisa berjalan dengan lancar.

"Oke Beb, aku percaya. Ayo sayang ... ikut dengan Boby yang cute ini!" Boby berujar dengan gaya genitnya.

Maira dan Ezhar hanya terkekeh melihat sikap genit Boby. Dengan cekatan Boby merubah tampilan Ezhar, mungkin lebih tepatnya mengembalikan penampilan CEO tampan itu. Perlahan wajah biasa supir itu berubah, kacamata yang menutupi ketampanannya pun di lepas Boby. Ezhar berlalu ke ruang ganti untuk berganti pakaian yang baru saja di beli. Setelan jas membuatnya terlihat lebih sempurna.

"Ya Tuhan Maira ... lihatlah pangeranmu datang," ucap Boby dengan penuh kekaguman akan ketampanan Ezhar. "Ikh ... gemes deh ...," Boby mencubit pipi Ezhar, tetapi gagal karena Maira segera menampiknya.

"Ingat, jangan sembarangan merusak barang milikku!" hardik Maira sambil melempar tangan Boby.

"Idih ... belum juga ijab kobul, itu tandanya si ganteng ini masih milik bersama," ledek Boby.

"Sayang ... kenapa diam?" rengek Maira manja.

Tanpa di duga Ezhar melangkah mendekati Maira, dan tanpa aba-aba ia mengecup singkat bibir wanita yang sedang berakting itu. Maira membelalakan matanya, ia tak mengira jika supir itu akan melakukan hal di luar dugan. Meski ini hanya sebuah kecupan, jujur ini membuat sebuah rasa yang berbeda menjalar ke seluruh tubuh Maira. Dua tahun ia kehilangan kehangatan dari sang suami, jadi wajar saja jika sebuah kecupan membuat naluri seorang istri bangkit.

"Apa ini masih kurang?" ucap Ezhar dengan tatapan mesra ke Maira.

"Ternyata dia ganteng juga ya? Bahkan lebih ganteng dari Dion, romantis lagi. Hmm ... aku tak salah pilih selingkuhan nih," batin Maira berucap.

Maira masih menatap supirnya yang baru saja mendaratkan kecupan padanya. Bahkan ia tak mengedipkan matanya, Boby yang melihat itu hanya tersenyum. "Benarkah lelaki itu simpanannya?". Boby pun tak ambil pusing tentang status mereka, jikalau semua benar dia adalah orang pertama yang mendukungnya.

"Bagaimana hasil karyaku," ujar Boby membuyarkan lamunan Maira.

"Sempurna! Kau hebat Beb, terimakasih. Kami pamit dulu bye ...," jawab Maira dengan menyungingkan senyum manis.

"Bye ... hati-hati di jalan Beb," ucap Boby sambil melambaikan tangannya.

Mereka pun segera meninggalkan salon dan menuju resto untuk mengisi perut. Maira masih belum move on dari kecupan singkat Ezhar. Bahkan tubuhnya menginginkan lebih. Berkali-kali ia menampik pikiran kotornya dari kepala, tetapi hati kecilnya masih berharap semua bisa berlanjut. "Maira ... come on, pliss buang pikiran kotormu! Ayo sadarlah ...," Maira terus menampik pikirannya yang bertolak belakang dengan hatinya.

"Nyonya ...," Ezhar menyentuh pundak Maira yang memang sedikit terbuka.

"Eh, iya ... jangan panggil aku nyonya! Panggil aku Maira saja!"

"Baik, Nyo ... eh, Maira?" ucap Ezhar gugup.

"Nah gitu, oh ... ya mau makan apa?"

"Terserah, aku pemakan segalanya," jawab Ezhar asal.

Keduanya nampak terlihat akrab, sesekali mereka saling melempar candaan yang membuat mereka semakin dekat. Namun, sepasang mata tengah menatap tajam sepasang selingkuhan pura-pura itu. Ia pun mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Tak mau melewatkan kesempatan emas itu, ia mengabadikan gambar keduanya.

"Lihatlah kelakuan istrimu, mas. Apa bedanya dia dengan kamu?" ucap wanita itu, sambil menatap dengan bahagia gambar yang berhasil ia ambil.

"Karina, ayo aku sudah selesai!" ajak srorang wanita.

"Ayo!" jawab Karina.

Mereka pun pergi meninggalkan area resto. Sedangkan Maira dan Ezhar masih asik bersenda gurau tanpa menyadari kedatangan Karina, istri kedua Dion. Maira pun memulai rencananya, ia mengabadiksn momentnya bersama Ezhar dan memostingnya di akun media sosial miliknya. Dengan caption terimakasih untuk hari ini. Sasarannya adalah sang suami, ia ingin Dion memperhatikannya lewat kelakuan gilannya. Maira juga ingin melihat bagaimana reaksi Dion jika mengetahui dia berselingkuh.

Selesai dengan acara makannya, Maira memutuskan pulang. Malam ini ia tidak mendatangi tempat kesukaannya, ia ingin mendinginkan kepalanya dengan bersantai di rumah di temani selingkuhan barunya. Maira berpikir jika dia bisa lebih dekat dengan Ezhar mungkin perselingkuhan itu akan terlihat nyata. Ezhar baru saja memejamkan matanya, tetapi terdengar pintu kamarnya di ketuk. Ia pun bangun dari tidurnya dan berjalan menuju pintu untuk melihat siapa orang yang mengganggunya semalam ini?

"Nyo ... Maira! Ada apa semalam ini kau datang ke kamarku?" tanya Ezhar.

"Ini rumahku, dan kau supirku. Lagi pula aku sudah memberitahu peraturan yang harus kau patuhi, kau tidak boleh menolak jika aku memberikan perintah," ujar Maira dengan gaya angkuh.

"Baiklah, aku lupa nyonya. Sekarang apa yang harus aku lakukan?"

"Kau melakukan kesalahan lagi! Jangan panggil aku nyonya! Kau ku hukum!" hardik Maira penuh emosi.

Maira menarik lengan Ezhar menuju balkon rumahnya di lantai dua. Maira lalu memaksa Ezhar duduk di sampingnya, ia menuangkan minuman ke salam dua gelas dan memberikan salah satu gelas pada Ezhar.

"Minumlah," Maira menyodorkan gelas itu. Namun, Ezhar hanya memandanginya saja.

"Aku tak meracunimu, dan tenang saja aku juga tak menaruh obat perangsang di minuman itu," ucap Maira asal.

"Kalau pun iya juga tak apa,"ujar Ezhar sambil meminum minuman itu tanpa memperhatikan ekspresi Maira yang terkejut dengan jawabannya.

Maira menuangkan lagi minuman ke gelasnya, untuk pertama kalinya ia merasa gugup di depan lelaki. Hanya karena mendengar jawaban selingkuhannya membuat wanita yang selalu kesepiam itu salah tingkah. Ia bahkan tak berani menatap wajah Ezhar, ia hanya fokus oada botol minumannya saja. Lagi-lagi Ezhar memberikan kejutan yang tak terduga, ia memeluk tubuh mungil Maira dari samping. Tak ada penolakan dari wanita cantik itu, ia justru menyandarkan kepalanya pada pundak Ezhar seraya memejamkan mata. Menikmati moment yang tak pernah bisa ia rasakan bersama Dion.

Meski hanya pura-pura Ezhar benar-benar membuat Maira merasa nyaman. Dengan nalurinya sebagai lelaki ia mencoba mengerti apa yang di butuhkan seorang wanita yang kesepian itu. Perlindungan, perhatian bahkan cinta pun ia siap memberinya jika itu bisa membuat senyum manis sang majukan terus terukir di wajah cantiknya. Meski statusnya hanyalah selingkuhan pura-pura. Tanpa terasa sebulir air menerobos celah mata Maira, kehangatan yang di berikan Ezhar membawanya ke kenangan manis bersama Dion yang tak akan mungkin ia rasakan lagi.

"Jangan biarkan air matamu sia-sia untuk si brengsek itu," ucap Ezhar sambil menghapus jejak air mata Maira.

"Apa semua harus berakhir?" tanya Maira masih dalam tangisnya.

Ezhar hanya menggeleng, ia lalu tersenyum dan tanpa di duga ia mengecup bibir manis Maira untuk yang kedua kalinya. Kali ini Maira tak mau melewatkan kesempatan yang sedari tadi ia tunggu. Ia menyambut kecupan itu, ia juga mengalungkan tangannya pada leher Ezhar berharap lelaki itu tak menghentikan moment itu. Ezhar mengerti apa yang di inginkan Maira, ia memainkan lidahnya untuk mengimbangi hasrat majikannya itu. Angin malam yang semakin terasa dingin tak lagi di rasakan oleh keduanya, mereka hanyut dengan hasrat yang mulai merasuki mereka.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status