Share

5. Menutup Rahasia

“Nic?”

Buncahan rindu Nic tidak terelakkan lagi bersitatap dengan manik coklat yang memandangnya terkesiap. Sebelum rentetan pertanyaan menginterupsi kerinduannya. Nic memagut lebih dulu bibir yang sudah menjadi candunya.

Perlahan, bibir yang terasa kaku dalam pagutan Nic, berangsur membalas. Mereka meluapkan hasrat yang seolah tertunda sejak dua minggu lalu.

“Aku sangat merindukanmu, Nolia,” bisik Nic meraih tubuh ramping itu semakin tidak berjarak.

Ia tutup asal pintu apartemen, lalu membawa perempuan cantik itu semakin masuk ke ruang tengah tanpa melepaskan ciuman berhasrat di antara mereka.

Kedua tangan Nic terlepas dari tengkuk dan menangkup sisi paras memesona itu. Ia ganti taruh salah satu tangan di pinggang, lalu tangan satu lagi menyusup di bawah tungkai. Nic membopong perempuan itu tanpa menjaga jarak ciuman sekadar satu senti.

“Apa ini?” bisik manis terdengar menggelitik di telinga Nic.

Ia baru saja menaruh tubuh Nolia di atas pangkuan bersama ciuman yang mulai kehabisan oksigen.

Nic tersenyum tanpa rasa bersalah. Jemari rampingnya mengusap permukaan bibir ranum yang mulai membengkak. “Ciuman penuh kerinduan,” balasnya tanpa ragu, lalu mendapati kedua pipi di hadapannya bersemu.

“Kamu sangat gila. Ciuman tadi seolah dilakukan tanpa ada kesempatan untuk besok hari lagi atau dipertemuan selanjutnya.” balasan sedikit sinis, membuat Nic tergelak.

“Dua minggu kita tidak bertemu, Sayang. Bahkan, aku harus menuruti permintaanmu agar tidak mendatangi Los Angeles. Jadi, aku berusaha meredam rindu lewat perjalanan laut di Singapura.”

Kerlingan penuh tanya diiringi dengan kekehan kecil. “Berusahalah untuk menikmati hidupmu,” cetusnya mengandung makna tersirat dan Nic tahu akan hal tersebut.

Pelukan hangat berubah lebih posesif. Nic menuntun kekasih hatinya agar duduk saling berhadapan. “Aku sedang berusaha melakukannya,” balas pria itu tanpa raut bersalah.

“Tanpaku?”

“Harus denganmu,” jawabnya tegas, memperbaiki kalimat rancu perempuan tersebut.

Bibir ranum perempuan berusia tiga puluh tiga tahun itu hendak terbuka. Tapi segera dibungkam Nic dan menjatuhkan tubuh ramping di sofa. “Aku merindukan seluruh yang ada di dirimu,” bisik Nic menghidu aroma memabukkan dari perpotongan leher jenjang Nolia.

“Jangan pergi lagi,” pinta Nic memberikan kecupan manis di permukaan paras cantik seorang Magnolia Cage.

“Anakku sangat membutuhkanku, Tuan Nicholas Isaac,” balasnya seraya mengusap rahang tegas Nic.

Nic memperlihatkan raut tidak terima, meskipun ia mencari jemari Nolia, mengecup bergantian. “Menikahlah denganku agar kita bisa bersama. Tentu anakmu akan mendapatkan kasih sayang seorang Ayah terdaftar. Aku tidak harus berpura-pura menjadi Ayahnya, sedangkan tidak ada pernikahan di antara kita,” jelasnya mendengkus pelan, mengubah air muka menjadi lebih malas dengan mengeluarkan isi hatinya.

Perempuan di bawah Nic tertawa kecil. Hanya sekilas, lalu menjalankan jemari lentiknya di dada bidang berbalut kemeja pria yang satu tahun lebih tua darinya. “Itu sebabnya kamu harus segera menikah.”

“Ya, menikah denganmu,” tekan Nic dengan gemas menggigit bibir bawah Nolia, membuat perempuan itu memekik dengan kekesalan kecil.

Nic tergelak dan merengkuh tubuh hangat itu untuk mengikis kerinduannya. “Perjuanganku masih kurang?” bisiknya memastikan sebuah jawaban.

Elusan di punggung Nic membuat pria itu mengeratkan pelukan. “Kamu sudah berkorban sangat banyak, Nic.”

“Aku berada di kota ini untuk menemuimu, merindukanmu seperti biasanya,” ucap Nolia merapikan helaian rambut coklat Nic.

Manik keduanya bersitatap dan seulas senyum manis Nolia yang jarang terlihat, tetap mampu menghangatkan relung hati Nic. “Ternyata kamu datang berkali lipat lebih cepat dari yang dijanjikan.”

Nic menarik lebar kedua sudut bibir. “Aku memangkas waktu dari empat puluh lima menit perjalanan, menjadi sekitar dua puluh menit,” jelasnya tampak bangga, meskipun harus mengerang sakit mendapati cubitan Nolia.

“Bagaimana jika terjadi sesuatu denganmu di jalan yang ugal-ugalan, hm?”

“Tidak masalah. Banyak waktu yang akan kamu luangkan untukku atau sebagai ganti karena rasa bersalahmu, aku bisa menginap lebih lama di LA.” Ia menyeringai puas mendapati raut mencebik Nolia.

Pagutan kembali dimulai oleh Nic yang tidak akan pernah puas hanya beberapa kali. Ia membutuhkan Nolia, menambah energi untuk menyimpan sebaik mungkin. Hampir lima tahun ia harus berpuasa.

“Aku akan membuatkanmu minuman,” cetus Nolia terengah, mengirup lebih banyak oksigen dan berdalih membuatkan tamunya hidangan.

Nic tersenyum geli, lalu membiarkan Nolia berlalu sedikit tergesa. Baru saja jemari tangan Nic bergerilya di tubuh bagian depan Nolia, berhasil membuka dua kancing teratas blus.

“Aku mencintaimu, Magnolia Cage,” bisiknya tidak bisa menutupi debaran jantung.

Ponsel Nic bergetat dan memperlihatkan satu pesan Amarise.

Rishi: Bisakah kamu pulang lebih cepat? Aku bingung harus menjawab apalagi pertanyaan Mamamu yang terus mendesakku menjadi pengantinmu.

Ia memandang sekilas, lalu mengubah pengaturan ponsel menjadi mati. Nic tidak ingin diganggu oleh siapa pun jika sudah bersama pujaan hatinya. “Kamu datang di waktu yang tepat, Rishi,” gumam Nic mendapatkan tameng terbaiknya.

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status