Beranda / Urban / Hasrat Terpendam Sang Kameramen / Bab 50 - Tamu yang Tak Disangka

Share

Bab 50 - Tamu yang Tak Disangka

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-03 21:29:42

Beni menatapnya tak percaya. “Investor? Tapi... kau kan hanya punya usaha ekspedisi kecil-kecilan?”

“Itu yang selalu kau pikir,” sahut Bagas dengan senyum getir. “Sebenarnya, bisnis ekspedisiku cukup sukses. Dan aku menginvestasikan sebagian keuntungannya ke beberapa bisnis, termasuk rumah produksi Rendra.”

Dia mencuri pandang ke arah Beni. “Tapi aku sama sekali tidak tahu kalau Rendra menjalankan bisnis kotor seperti ini. Selama ini yang aku ketahui, rumah produksinya hanya membuat film pendek dan iklan.”

Beni menggeleng-gelengkan kepala, masih sulit mempercayainya. “Jadi selama ini... sebagai investor kau tidak tahu video yang dibuat Rendra.”

“Aku hanya mengirim uang dan menerima uang darinya,” tegas Bagas. “Aku sama kagetnya sepertimu ketika mengetahui kenyataan ini.”

Mereka melanjutkan perjalanan dalam diam beberapa saat, sebelum Bagas kembali berbicara. “Aku mendapat informasi tentang syuting ilegal ini dari salah satu kru yang merasa bersalah. Dia mengirimiku lokasi dan waktu. A
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Hasrat Terpendam Sang Kameramen   Bab 55 - Menelpon Pemilik Kartu Misterius

    Setengah jam berlalu.“Ah.. Beni lebih cepat lagi!” Di ruang tamu yang hangat, hanya terdengar desahan dan bisikan nama.Tangan Beni meraih erat pinggul Nadia, napasnya memburu di dekat telinganya. Nadia, dengan jari-jari yang mencengkeram bahu Beni, mendekatkan wajahnya, siap untuk menghilang bersamanya.DRRING! DRRING!Suara dering telepon yang keras dan menusuk memecah gelembung dunia mereka. Nadia tersentak kaku. Beni mendengar degup jantungnya sendiri yang berdebar kencang, bercampur dengan suara pengganggu itu."Itu... teleponku," desis Nadia, napasnya terengah. "Pasti dari Bu Catherine." Nada was-was dan kewajiban profesional berhasil menyusup ke dalam suaranya yang penuh nafsu.Beni mengerang, tidak berhenti sepenuhnya, tubuhnya masih mengikuti ritme yang terlanjur terbangun. “Dia... dia pasti sudah menunggu kita.”“Benar,” balas Nadia, matanya memohon sambil tangannya meraba-raba mencari ponselnya yang terjatuh di karpet dekat sofa. “Dia akan semakin khawatir... kalau kita be

  • Hasrat Terpendam Sang Kameramen   Bab 54 - Pelarian dari Ketakutan

    Nadia yang sedang duduk di seberangnya terdiam sejenak, lalu menatap Beni dengan mata membelalak. “Apa? Kenapa tiba-tiba? Kamu baru beberapa hari bekerja!”“Aku sudah memikirkannya,” sahut Beni, suaranya mulai bergetar. “Kamu tahu kalau organisasi ular hitam itu menerorku. Aku merasa kalau semua orang yang ada di dekatku seperti terhubung dengan organisasi itu. Aku terjebak dengan banyak masalah yang mengancamku setiap hari... aku selalu waswas. Dan sekarang, hari ini, di sebuah hotel, seorang preman hampir menikamku.”Nadia terlihat bingung. “Hotel? Preman? Kenapa kamu di hotel? Apa ada hubungannya dengan organisasi itu?”“Itu masalahku yang lain” kata Beni, terdengar putus asa. “Tapi orang-orang seperti mereka terus mengikutiku, mengancamku jika aku terus mencari tahu tentang sesuatu yang besar. Aku lelah. Aku takut. Aku tidak mau mencari tahu lagi.”“Tapi kita kan sudah sepakat untuk menyelidiki ini bersama,” bantah Nadia, suaranya lembut namun tegas. “Kamu juga bilang kita harus m

  • Hasrat Terpendam Sang Kameramen   Bab 53 - Aku Ingin Berhenti

    Dia masuk ke lift, mencoba menenangkan diri. Tombol lantai dasar dipencetnya, tetapi jarinya tergantung di tombol lantai 3. Sebuah ide muncul.Di lantai 3, Beni keluar dan menemukan troli linen hotel yang ditinggalkan. Dengan cepat, dia mengambil seragam housekeeping yang terlipat rapi dan memakainya. Topi dan masker wajah menyembunyikan identitasnya.Kembali ke lantai 5, dia mendorong troli itu mendekati kamar 507. Kali ini, dia bisa mendengar lebih jelas.“Aku benar-benar merindukan sentuhanmu,” desis Maya, suaranya bergetar penuh emosi.“Kamu tahu betapa sulitnya bagi kita untuk bertemu,” jawab Bagas, suaranya lembut. “Belakangan ini semua kegiatan bisnisku berjalan semakin rumit.”“Lebih dekat, sayang,” bisik Maya. “Aku ingin merasakan hangatmu.”Ada suara gemeresik pakaian, lalu erangan lembut. “Bagas... jangan berhenti.”“Maya, kau tahu aku tidak akan pernah bisa menolakmu.”Percakapan mereka diikuti suara-suara mesra yang membuat Beni semakin tidak nyaman. Dia kini mengerti—ini

  • Hasrat Terpendam Sang Kameramen   Bab 52 - Hubungan Spesial Maya

    Setelah rekaman pengakuan Reza selesai, Beni menyimpan file tersebut dengan hati-hati.“Terima kasih, Beni,” ucap Reza dengan suara lelah sambil berdiri. “Setidaknya sekarang ada bukti jika ada hal buruk padaku. Aku harus pergi.”“Kau akan ke mana?” Tanya Beni dengan khawatir.“Aku akan coba sembunyi dulu di rumah saudaraku yang berada di luar kota.” Jawab Reza sambil menuju pintu. “Jaga dirimu baik-baik. Mungkin mereka akan memburumu jika tahu kau terlibat dalam urusan ini.”Setelah Reza pergi, Beni segera mengunci pintu. Pikirannya berpikir cepat. Dia memiliki rekaman yang dapat menghancurkan jaringan narkoba itu, tapi juga bisa membahayakan nyawanya dan nyawa Reza.Tanpa berpikir dua kali, Beni menghubungi Nadia.“Nadia, aku ingin bertemu denganmu sekarang.” Ucap Beni begitu telepon diangkat, suaranya tegang.“Kenapa? Ada apa?” tanya Nadia di seberang telepon, langsung menangkap keseriusan dalam nada bicara Beni."Aku dapat informasi penting. Sangat berbahaya. Tidak bisa dibicaraka

  • Hasrat Terpendam Sang Kameramen   Bab 51 - Obat Berbahaya Bernama Silver Nature

    Reza masuk dengan tergesa-gesa, napasnya tersengal. “Aku dapat ancaman, Beni! Aku dapat ancaman dari seseorang setelah transaksiku gagal!”“Transaksi? Apa maksudmu?” tanya Beni, meski sudah bisa menebak.“Kejadian kemarin...” Reza menunduk malu. “Kau melihatku bertemu dengan seseorang di kampus. Aku sempat berbohong padamu!”Beni menghela napas panjang. “Lebih baik kau lapor polisi jika ada yang mengancammu.”Reza memegangi kepala dengan panik. “Aku tidak bisa lapor polisi, karena aku juga terlibat. Aku bingung harus bagaimana!”Beni menarik napas dalam, mencoba tetap tenang. “Siapa mereka yang kau maksud, Reza?”“Aku tidak tahu pasti! Komunikasi hanya lewat pesan teks dan telepon samar,” jawab Reza gemetaran. “Tapi mereka tahu segalanya tentangku – jadwal kuliah, alamat kos, bahkan nomor induk mahasiswaku!”Beni memandangi tubuh Reza yang kurus. “Tunggu. Apa kau memesan obat pelangsing dari mereka? Tapi untuk apa? Lihat saja tubuhmu, sudah kurus.”Reza terdiam lama, lalu menghela nap

  • Hasrat Terpendam Sang Kameramen   Bab 50 - Tamu yang Tak Disangka

    Beni menatapnya tak percaya. “Investor? Tapi... kau kan hanya punya usaha ekspedisi kecil-kecilan?”“Itu yang selalu kau pikir,” sahut Bagas dengan senyum getir. “Sebenarnya, bisnis ekspedisiku cukup sukses. Dan aku menginvestasikan sebagian keuntungannya ke beberapa bisnis, termasuk rumah produksi Rendra.”Dia mencuri pandang ke arah Beni. “Tapi aku sama sekali tidak tahu kalau Rendra menjalankan bisnis kotor seperti ini. Selama ini yang aku ketahui, rumah produksinya hanya membuat film pendek dan iklan.”Beni menggeleng-gelengkan kepala, masih sulit mempercayainya. “Jadi selama ini... sebagai investor kau tidak tahu video yang dibuat Rendra.”“Aku hanya mengirim uang dan menerima uang darinya,” tegas Bagas. “Aku sama kagetnya sepertimu ketika mengetahui kenyataan ini.”Mereka melanjutkan perjalanan dalam diam beberapa saat, sebelum Bagas kembali berbicara. “Aku mendapat informasi tentang syuting ilegal ini dari salah satu kru yang merasa bersalah. Dia mengirimiku lokasi dan waktu. A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status