Share

Godaan Bibir Seksi

"Apa, Bos? Dia berbicara dalam bahasa Prancis?" pekik Onad tidak percaya setelah mendengar cerita Rafael.

Rafael dan Alba sendiri akhirnya kembali ke apartemen dan pasangan Onad-Yola sudah menunggu di sana. Rafael memang sengaja memanggil asistennya untuk menginap malam ini.

Yola pun langsung menemani Alba di kamar agar Rafael dan Onad bisa mengobrol berdua.

"Ya, bahkan dia menguasai tiga bahasa asing. Ini mulai aneh bagiku, Onad. Dia orang miskin yang dijual ayahnya untuk membayar hutang, padahal dengan kemampuannya, dia mungkin bisa mendapat jabatan mentereng di perusahaan besar. Selain itu, kau lihat sendiri, dia terlalu cantik dan bersinar untuk ukuran orang miskin kan?"

"Hmm, sebenarnya ini juga sempat aku bicarakan dengan Yola, Bos. Alba itu cantik sekali dan lebih cocok menjadi anak sultan, Bos."

"Jadi kalian juga merasakannya kan?"

"Tentu saja, Bos! Aku jadi makin penasaran. Apa mungkin sebenarnya Hotman itu menculik Alba lalu menjualnya, Bos? Mungkin saja Alba sesungguhnya adalah anak sultan."

"Kau makin halu, Onad. Tapi kalau memang benar begitu, ini akan menjadi sangat rumit, Onad. Ck, sial! Aku mau kau menyelidikinya lagi secara diam-diam, Onad. Jangan sampai berita ini digunakan oleh orang lain untuk menjatuhkan aku. Apalagi Dario pasti akan terus mencari kelemahanku kan?" seru Rafael dengan serius.

Membayangkan kekacauan yang akan terjadi kalau Alba benar-benar anak sultan yang amnesia saja sudah membuat Rafael bergidik sendiri karena bagi Rafael, wanita miskin yang membutuhkan uang akan lebih mudah dikendalikan.

Rafael dan Onad pun mulai merundingkan tentang penyelidikan Alba, sedangkan Alba sendiri sudah berganti baju dan mengobrol bersama Yola di kamar.

"Jadi kau sudah bertemu Pak Dario kan? Dia pria yang licik dan tidak baik, Alba."

"Ya, aku sudah melihatnya, Yola. Dia memang terlihat sinis dan dia terus menyerang kami tadi saat makan malam. Dia bahkan mengajakku bicara dalam bahasa Prancis."

"Benarkah itu, Alba? Lalu bagaimana?"

"Aku menjawabnya, tapi aku tidak tahu kalau ternyata aku bisa bahasa Prancis."

"Hah? Kau bisa bahasa Prancis? Kau kuliah bahasa Prancis atau dulu kau pernah bekerja dengan bahasa itu atau bagaimana?"

Alba menggeleng. "Aku tidak ingat."

Yola pun terdiam sesaat mendengarnya, tapi masalah Alba terlalu memusingkan untuk dipikirkan. Karena itu, biarlah menjadi urusan Rafael saja karena tugas Yola malam ini hanya menemani Alba.

"Hmm, baiklah, ini mengejutkan, Alba. Tapi intinya, seperti yang kuceritakan padamu mengapa Bos Rafael membutuhkanmu sebagai istri yaitu untuk mengamankan posisinya agar tidak direbut oleh Pak Dario. Karena itu, kau harus membantu Bos Rafael dengan baik, kau mengerti, Alba?"

"Aku mengerti, Yola!" Alba mengangguk mengerti.

Yola memang sudah menceritakan semuanya dan Alba pun menjadi lebih tenang karena alasannya ternyata jauh dari alasan kotor seperti pria hidung belang lainnya.

Ini semua hanya demi jabatan CEO di perusahaan dan tentu saja Alba akan membantu Rafael karena ia termasuk sedang bekerja saat ini. Posisi Alba sama dengan Yola yang merupakan karyawan Rafael, walaupun perannya berbeda.

"Tapi, Yola, apa nantinya aku akan tinggal di rumah keluarga Rafael? Tidak bisakah aku tinggal di sini saja?"

"Bos tinggal di rumah keluarganya. Apartemen ini tidak pernah ditempati sebelumnya, jadi kau juga nantinya akan tinggal di rumah itu."

"Bersama kedua orang tua Rafael?"

"Yap, tapi jangan khawatir. Ayah Bos Rafael tidak terlalu vokal. Ibu tirinya yang lebih cerewet dan sinis, tapi tidak usah terlalu dimasukkan ke hati ucapannya. Lalu ada Bella, dia masih kelas empat SD, dia anak kandung Pak Thomas dan Bu Ivana, Bos Rafael sangat menyayangi adik kecilnya itu. Bella juga tidak perlu dikhawatirkan."

"Ah, baiklah, Bella tidak ada saat makan malam tadi."

"Mungkin dia tidak diajak, tapi sekali lagi jangan khawatir, pokoknya hadapi mereka dengan penuh wibawa dan jangan takut, apalagi pada Pak Dario. Kau harus bisa melawannya agar dia tidak bisa menguasai perusahaan," pesan Yola lagi.

Dan bagaikan mendapat sebuah pekerjaan yang sangat penting, Alba pun mendadak mengangguk bersemangat.

"Aku mengerti, Yola. Aku akan bekerja dan menjalankan peranku dengan baik."

"Baguslah kalau begitu. Malam ini aku akan tidur di sini bersamamu dan Bos Rafael akan tidur bersama Onad. Jadi ayo kita tidur!" ajak Yola yang langsung mendapat anggukan dari Alba.

Mereka pun berbaring bersama di ranjang besar itu dan mulai bercanda layaknya teman yang sudah sangat akrab, sebelum akhirnya Alba pun mulai terlelap.

Namun, tidurnya mendadak terganggu oleh mimpi buruk yang terasa sangat nyata.

"Tidak! Ada truk di sana! Ada truk! Akhh!" pekik Alba sambil membuka matanya nyalang.

Pemandangan pertama yang Alba lihat adalah langit-langit kamarnya yang menegaskan bahwa semua hanya mimpi, mimpi yang begitu nyata, seolah Alba sedang menyetir sebuah mobil, tapi mendadak dari depan muncul sebuah truk besar yang hampir menabraknya dan jantung Alba berdebar begitu hebat.

Alba pun bangkit duduk sambil mengusap keringat di dahinya. Dadanya masih kembang kempis karena napasnya yang berat.

"Untung saja itu hanya mimpi. Mengerikan sekali," gumam Alba sambil menoleh menatap Yola yang untungnya masih tertidur pulas.

Seketika Alba merasa kehausan dan tidak ada air di kamarnya sampai Alba pun keluar perlahan dari kamarnya dan menutup pintunya dengan perlahan juga.

Di saat yang sama, Rafael sudah ada di ruang tamu sambil berolahraga saat ini. Tadinya Rafael sudah berusaha keras untuk tidur, tapi pikiran tentang Alba, amnesianya, dan kemungkinan tentang keluarga asli Alba pun mendadak memenuhi pikirannya.

Sialnya, Onad malah sudah tidur mendengkur sampai Rafael terganggu dan saat tidak bisa tidur seperti ini, Rafael akan memilih berolahraga. Rafael pun baru saja menyelesaikan beberapa ronde mengangkat dirinya di tongkat pullbar saat ia melihat Alba keluar dari kamarnya perlahan.

Alba sendiri langsung membelalak saat melihat Rafael berdiri di sana, sedang bertelanjang dada dan hanya memakai celana panjang trainingnya.

"R-Rafael ...," sapa Alba terbata.

Rafael tidak menyalakan lampunya dan berolahraga dalam kegelapan, hanya ada penerangan dari lampu dapur yang berwarna kuning dan suasana makin mendebarkan bagi Alba.

"Apa yang kau lakukan, Alba? Kau tidak tidur?" tanya Rafael yang melangkah mendekat sambil mengelap keringat dengan handuknya.

Alba makin berdebar sampai Alba pun mengerjapkan matanya canggung.

"Itu ... aku hanya haus, aku minum dulu," jawab Alba yang menunjuk ke arah dapur dan segera melangkah ke sana.

Dengan cepat, Alba mengambil air minum lalu meneguknya. "Hmm, itu ... apa kau mau minum juga?" tanya Alba yang saking gugupnya tidak berani menoleh sama sekali.

Alba pun memilih langsung mengambilkan air sebelum diminta dan ia segera berbalik untuk memberikan gelasnya pada Rafael.

Namun, siapa sangka, Rafael sudah menyusulnya ke dapur dan posisi pria itu begitu dekat di hadapannya sampai gelas yang dibawa Alba pun menabrak Rafael.

Splash!

Air di dalam gelas itu pun terciprat ke dada Rafael sampai Alba pun membelalak melihatnya.

"Astaga, maafkan aku! Maafkan aku, aku akan mengelapnya."

Dengan panik, Alba pun meletakkan gelasnya dan langsung mengambil tissue untuk mengelap dada Rafael.  Debaran jantung Alba pun memacu makin tidak terkendali.

Rafael sendiri hanya tetap diam di tempatnya dan membiarkan Alba bergerak dalam kepanikannya.

Namun, saat tangan lembut Alba menyentuh dadanya, Rafael merasa seolah ada sengatan listrik di sana yang membuatnya tersentak sendiri. Bagaikan lampu yang saklarnya dinyalakan, ada bagian dalam diri Rafael yang juga langsung on seketika dan ini sama sekali bukan hal yang biasa.

Tentu saja Rafael bukan pria polos. Waktu muda, Rafael cukup sering bergonta-ganti wanita, hanya saja, Rafael sudah lama bertobat karena terlalu mencintai pekerjaannya. Bisa dibilang sekarang Rafael malah tidak berminat pada wanita. Karena itu, Rafael cukup terkejut mendapati dirinya begitu mudah turn on hanya karena sentuhan istri kontraknya.

"Mengapa kau begitu gugup, Alba?" bisik Rafael yang langsung mencekal pergelangan tangan Alba.

"Eh, aku tidak gugup, aku hanya takut kau marah, aku tidak sengaja. Maafkan aku, Rafael," jawab Alba yang sudah mendongak menatap Rafael.

"Tidak seharusnya istri ketakutan seperti itu pada suaminya kan? Kau ingat kalau kita adalah suami istri kan, Alba? Aku tidak mau melihatmu bersikap seperti ini di rumahku besok," pesan Rafael yang membuat Alba makin berdebar mendengar kata suami istri.

"Aku mengerti," jawab Alba lagi yang mendadak terbius menatap wajah tampan Rafael di hadapannya.

Begitupun dengan Rafael yang mendadak terpana menatap sepasang manik mata yang begitu indah dan berkilau itu. Mata Alba sangat indah, wajah Alba sangat cantik, aroma manis pun menguar dari tubuh wanita itu, dan entah mengapa hasrat Rafael mendadak bangkit tidak terkendali.

Alba masih gugup. Di posisi seperti ini mendadak Alba mengingat wedding kiss mereka, hingga tanpa sadar, Alba membuka sedikit bibirnya.

Namun, sialnya, gerakan kecil itu malah mengundang tatapan Rafael yang langsung fokus dan menatap penuh arti ke bibir seksi milik Alba yang merekah dan begitu kissable itu, bibir manis dan lembut yang seketika membuat Rafael ingin mencicipinya lagi.

Ini gila! Ini sungguh gila! Di tengah ketidakjelasan tentang Alba, Rafael malah memilih mengikuti nalurinya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Alba sampai jarak wajah mereka menjadi sangat dekat.

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status