Alba masih membelalak saat Rafael menciumnya. Sontak tangan Alba mendorong dada Rafael, tapi pria itu malah menarik pinggang Alba sampai tubuh mereka saling menempel. Alba panik dan sangat takut dilecehkan. Untuk sesaat, Alba pun terus memberontak sebelum akhirnya, buaian bibir Rafael membuatnya luluh juga. Alih-alih memberontak, Alba malah perlahan membalas ciuman Rafael dengan intensitas yang sama. Rafael yang merasakan sambutan dari Alba pun makin berani dan memagut bibir Alba makin dalam dan panas. Tangan Rafael mulai membelai punggung Alba dalam pelukannya dan hasrat Rafael pun makin menggebu. Bahkan Rafael sudah berpikiran absurd untuk mendudukkan Alba di meja kerjanya dan menyantapnya di sana. Namun, sialnya, sebelum Rafael sempat melakukan aksi panasnya itu, mendadak pintu sudah dibuka dan mengejutkan Alba. Sontak Alba mendorong jauh-jauh Rafael darinya sampai Rafael pun mengumpat keras. "Sial!" Rafael dan Alba pun buru-buru menoleh ke arah pintu dan terlihat Onad yang s
"Wanita itu ... siapa dia?" Alba memberanikan dirinya bertanya pada Rafael saat mereka sudah duduk berdua di kamar malam itu. Mereka sempat makan malam bersama Louisa dan sepanjang makan malam, Louisa tidak berhenti menunjukkan perhatiannya pada Rafael. Louisa juga membanggakan kehebatannya bekerja sama dengan brand besar serta penghargaan yang ia raih di dunia modelling. Thomas dan Ivana pun terus memuji Louisa sampai Alba merasa ciut dan merasa ia tidak ada apa-apanya dibanding Louisa.Rafael sendiri yang mendengar pertanyaan Alba pun hanya melirik istrinya itu. "Louisa itu model, kau kan sudah tahu tadi." "Tentu saja aku tahu dia model, tapi maksudku dia itu siapa? Mantan kekasihmu? Mantan tunanganmu?" tanya Alba dengan nada yang tidak menyenangkan sampai Rafael pun memicingkan matanya. "Apa kau sedang cemburu saat ini, Alba?" "Cemburu? Tentu saja tidak. Aku tahu aku tidak berhak cemburu, aku hanya istri kontrakmu. Tapi apa setelah kita bercerai, kau akan menikah dengannya?
"Apa? Alba pergi bersama Tuan Kenji?" seru Rafael saat akhirnya ia pulang ke kantor sore itu. Bukan Yola yang memberitahunya pertama kali, tapi Dario. "Jadi kau tidak tahu? Dia pergi bersama Tuan Kenji dan mereka terlihat sangat mesra, Rafael. Aku terkejut sekali karena ternyata cara kalian mendapatkan proyek adalah dengan cara kotor seperti ini," sindir Dario. Rafael langsung kesal mendengarnya. "Cara kotor apa maksudmu, Dario?" "Istrimu menggoda klien kita, itu sudah jelas. Entah servis apa lagi yang dia berikan untuk Tuan Kenji." Emosi Rafael langsung terlecut mendengarnya sampai ia pun langsung meraih kerah kemeja Dario dengan kasar. "Jaga bicaramu, Dario! Tidak ada hal seperti itu. Otakmu yang harus diperbaiki. Kami mendapatkan proyek itu dengan cara yang benar." Dario tersenyum sinis menatap Rafael. "Tapi apa yang aku lihat berlawanan dengan apa yang kau katakan, Rafael," geram Dario sambil memaksa Rafael melepaskan kerah kemejanya. Bahkan Dario menunjukkan foto saat Ken
Ting.Ponsel Rafael berbunyi malam itu dan sebuah pesan pun masuk dari Alba. Alba: "Aku akan pulang terlambat karena Tuan Kenji mengajakku makan malam di hotel Meridian." Rafael langsung menggeram kesal membacanya sampai Onad yang sedang menyetir mobil pun langsung melirik Rafael dari kaca spionnya. Rafael dan Onad memang baru saja selesai dari pertemuan bisnis dan sedang dalam perjalanan pulang. "Eh, ada apa, Bos?" "Pria Jepang itu tidak bosan-bosannya menggoda Alba, Onad.""Maksudmu Tuan Kenji?" "Ya, siapa lagi? Sekarang dia mengajak Alba makan malam bersama di hotel Meridian. Sial!" "Ah, makin hari memang makin terlihat jelas bahwa dia menyukai Alba, Bos. Aku hanya tidak berani mengatakannya, tapi kadang aku juga risih melihat caranya menatap Alba. Hanya saja, Yola terus memintaku untuk berpikiran positif. Kata Yola, pria terhormat sepertinya tidak mungkin melakukan hal yang aneh-aneh. Padahal menurutku, justru pria terhormat itu lebih menakutkan karena dia bisa melakukan ap
Alba sama sekali tidak yakin untuk mengikuti Kenji. Entah Kenji akan membawanya ke mana sampai mereka harus naik lift bersama. Asisten Kenji juga terlihat masih mengikuti di dalam lift sampai Alba makin tidak nyaman. Kenji terus menyentuh lengan Alba, sesekali membelainya. Alba merasa risih dan terus menyingkirkan tangan Kenji, tapi sialnya ada rasa yang tidak dapat dijelaskan dalam dirinya yang membuatnya menikmati sentuhan pria itu, sampai perlawanan Alba pun terlihat setengah hati. "Kita mau ke mana, Kenji?" tanya Alba dengan sisa kesadarannya. "Ke tempat yang lebih dingin, Alba. Kita sama-sama kepanasan kan? Mungkin AC restoran tadi rusak." "Tapi aku pulang saja, aku tidak perlu pindah tempat, lagipula makanan kita juga sudah habis kan? Rafael menungguku." "Nanti aku akan menelepon Pak Rafael dan mengatakan meeting kita belum selesai, Alba. Itu tidak masalah," sahut Kenji sambil kembali membelai lengan Alba sampai Alba merasakan sengatan listrik di sana yang membuat gelenyar
Kenji sontak menoleh kaget menatap Rafael yang mendadak sudah membuka pintunya dan berdiri di sana. "P-Pak Rafael?" seru Kenji yang tidak percaya ada yang masuk ke kamarnya di saat seperti ini, apalagi orang itu adalah Rafael. Rafael sendiri benar-benar sudah diliputi amarahnya melihat Kenji yang menindih tubuh Alba dan pria itu sudah bertelanjang dada.Entah sudah semarah apa Rafael tadi pada reseptionis, manager, dan pada asisten Kenji. Rafael sempat memukul asisten Kenji sampai terjadi keributan di bawah, sebelum akhirnya mereka mengijinkan Rafael naik. Dan benar saja, sedang terjadi pelecehan di dalam kamar. Rafael pun makin marah saat melihat blouse istrinya sudah diangkat dan mempertontonkan dadanya. "Kau benar-benar brengsek, Kenji Yamada!" geram Rafael yang langsung melesat mendekati ranjang dan menarik tubuh Kenji dari sana. Buk!Satu pukulan dilayangkan ke wajah Kenji sampai pria itu terhuyung dan hampir terbentur meja."Akh! Pak Rafael!" "Berani sekali kau menyentuh is
"Apa kau serius dengan ceritamu, Onad?" Yola memekik kaget saat Onad meneleponnya malam itu dan menceritakan apa yang dilakukan Kenji pada Alba. Onad sendiri masih duduk di lobby hotel, sedangkan Rafael sudah membawa Alba ke kamar. "Apa aku terdengar seperti sedang bercanda, Yola? Aku serius, aku sangat serius. Malahan aku bergidik ngeri mengingat bagaimana Bos menghajar Tuan Kenji tadi." "Gawat, Onad! Ini gawat! Kalau Tuan Kenji dihajar lalu bagaimana nasib proyek kita?" "Mana aku tahu, Yola! Tapi mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama kalau di posisi Bos. Pria sinting itu memberi Alba obat dan berniat menidurinya!""Oh, aku sudah merinding mendengarnya, Onad! Tapi kau benar kalau pria itu benar-benar brengsek! Padahal Tuan dan Nyonya Yamada sangat baik, bagaimana bisa anaknya seperti itu?" "Entahlah, Yola!" "Ck, kalau aku di sana, mungkin aku sudah memukul pria itu dengan sepatu hak tinggiku, Onad! Tapi bagaimana dengan Alba? Kasihan dia." "Ya, ya, awalnya memang kasih
Cahaya matahari bersinar begitu terang pagi itu dan Rafael adalah orang pertama yang membuka matanya. Lengannya terasa berat karena Alba tertidur dalam pelukannya. Bahkan, Alba tidak mau menjauh sama sekali dari kehangatan Rafael dan Rafael sendiri menikmatinya. Rasanya nyaman sekali dipeluk oleh istrinya. Wajah cantik Alba juga menjadi sarapan pagi yang sialnya, membuat Rafael kembali lapar, tapi Rafael tahu ini bukan waktunya untuk menikmati istrinya lagi karena ada hal penting lain yang harus diurusnya. Rafael pun akhirnya melepaskan pelukan Alba dan ia pun segera berpakaian lalu pergi dari sana. Sambil melangkah turun ke lobby, Rafael menelepon Onad sampai Onad yang masih tertidur pun langsung meloncat kaget saat suara ponselnya berbunyi. "Bos, kau menelepon?" seru Onad saat mengangkat teleponnya. "Kau di mana, Onad?" "Aku di hotel." "Di hotel mana?" "Di lobby hotel menunggumu." "Kau masih di hotel ini semalaman?" "Aku tertidur, Bos." Rafael mengembuskan napas panjangnya