Happy reading
“Lepaskan aku!” tukas Ariella mendorong Lucas menjauh.Apalagi saat mengingat bayi Lucas dalam kandungan Giselle, Ariella benar-benar merasa jijik. Sialnya sang pria malah mendekapnya erat, seakan tak mau melepasnya.“Aku merindukanmu, istriku. Maaf, aku terlambat membebaskanmu,” bisik pria itu pelan.Manik Ariella melebar. Dia seketika mengangkat tatapan pada Damien di belakang Lucas.“Ja-jadi yang membebaskanku …,” tutur Ariella ragu-ragu.Lucas melonggarkan pelukan.“Kau pikir Damien yang melakukannya?!” sahut pria itu disertai nada sindiran.Secara tidak langsung, dia menunjukkan pada Ariella bahwa dia mampu melakukan apapun, yang Damien usahakan dengan keras.“Ariella, syukurlah dirimu bebas lebih cepat. Tuan Black dan aku memang mengurus kasus ini, tapi aku tidak tahu kalau Nona Giselle sudah mencabut tuntutannya,” tukas Damien buka suara. Meski kesal, tapi dia harus mengakui kekalahannya.Namun, ini menyebalkan bagi Ariella. Padahal dia sedang kesal dengan Lucas, tapi pria itu
“Luke, kau bercanda?!” Giselle bertanya dengan sorot tegang.Telinganya berdengung, sungguh tak mau percaya bahwa pria itu memutus pertunangan dengannya.Sialnya, wajah dingin Lucas jelas menunjukkan keseriusan. Dia bahkan meraih kotak cincin dari balik jasnya, lalu menyodorkan ke tengah meja.“Mulai sekarang, kita tidak ada hubungan apapun, Giselle!” tukas pria itu tegas.Dirinya bangkit, memberi salam hormat pada Belatia dan Bjorn di seberang meja. Tanpa menunggu sahutan siapapun, Lucas lantas mangkir dari ruangan tersebut diiringi Peter.Namun, tiba-tiba saja Giselle menyusul dan lekas merengkuh lengan Lucas agar berhenti.“Tunggu dulu, Luke! Kau tidak bisa seperti ini!” decak Giselle yang beralih menghadang ke depan.Dia menggeleng panik seraya berkata, “kau kehidupanku, kau tau aku sangat mencintaimu, Luke. Jangan tinggalkan aku. Aku mohon!”Sorot dingin Lucas tak goyah. Dia justru melepas paksa tangan Giselle agar menyingkir darinya.“Hah … tidak, aku tidak mau! Kau milikku, Luk
“Nona Giselle, sebaiknya urus diri Anda sendiri. Jangan samakan saya dengan orang licik seperti Anda!” Damien berujar tenang, tapi irisnya memicing tajam. Sial, Giselle yang berharap Damien mau bekerja sama, malah menolak mentah-mentah. Sungguh memicu amukan membengkak di dadanya.“Hah! Pilihan bodoh, Tuan Damien!” cecar wanita itu menyeringai sengit. “Anda pikir saya akan berhenti hanya karena Anda menolak tawaran saya? Sampai saya benar-benar mendapatkan Luke, Ariella harus disingkirkan!”“Lakukan! Dan bersiaplah menerima akibatnya jika Anda berani mengusik kekasih saya!” sambar Damien penuh tekanan.Dia lantas mangkir melewati Giselle tanpa menunggu sahutan wanita tersebut. Ya, meski dia mencintai Ariella, Damien tak akan memakai cara busuk untuk mendapatkannya. Sebab tak ada bedanya dengan Giselle yang menurutnya gila!Sementara Giselle, kini berpaling mengamati Damien menjauh. Tatapannya berapi-api seakan ingin menjatuhkannya juga.“Brengsek! Dia pikir dirinya siapa? Kau hanya p
Peter mengeluarkan sapu tangan dari saku, lalu membukanya.“Anda tidak perlu khawatir, Tuan. Saya sudah mendapatkan rambut Nona Ava,” katanya sambil mengangkat tatapan pada Lucas.Sang Tuan berpaling. Tujuannya menemui Ava hari ini memang ingin membuktikan bahwa gadis kecil itu sungguhlah putrinya.“Lakukan tesnya secara diam-diam. Jangan sampai ada orang lain yang mengetahuinya!” Lucas memerintah tegas.Dengan tanggap, asistennya pun menimpali, “saya mengerti, Tuan!”Ya, masalah ini sangat rawan. Terlebih situasi sekarang tidak kondusif karena namanya terseret skandal dengan Ariella dan Giselle.Pria tersebut lantas mangkir menuju mobilnya. Peter sigap membuka pintu bagian belakang.Baru saja menutupnya, tiba-tiba ponsel Peter bergetar. Keningnya mengernyit saat mengangkat panggilan yang masuk.“Kau bersama Lucas?” Terdengar suara Richard dari seberang.Peter melirik Lucas sekilas, lalu menimpali, “ya, Pimpinan.”“Dasar berandal itu! Dia selalu mengabaikan teleponku!” sambar Richard
“Kenapa Ava ingin kenalkan Daddy pada Mommy?” Lucas bertanya disertai senyum tipisnyaDia penasaran kenapa tiba-tiba sang putri meminta hadiah semacam ini.Sudut mulut Ava tertarik ke atas dengan manisnya, lantas menjawab, “karena Ava suka sama Daddy. Daddy sangat baik, tinggi dan tampan. Jadi Ava mau Mommy bertemu Daddy. Ava yakin, Mommy pasti menyukai Daddy juga!”“Menurut Ava begitu? Mommy akan menyukai Daddy?” sahut Lucas sambil mengangkat sebelah alis.“Tentu saja. Daddy mau tidak? Mommy Ava baik dan cantik. Mommy juga sangat pandai membuat lukisan yang indah!” Ava menimpali antusias, memicu seringai miring Lucas semakin terkuar.“Daddy tau,” balas pria itu tanpa ragu.Ava pun mengerjap, coba memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar.“Daddy bilang … tau? Apa Daddy sudah pernah bertemu Mommy?” tanya anak perempuan itu.Namun, belum sampai Lucas menyambar dengan ucapan, tiba-tiba Nicholas datang sambil memanggil-manggil Ava.“Ava! Ava, lihatlah! Aku punya sesuatu untukmu!” tukas
“Apa yang Secil lakukan? Dia mendorong Ava, ini curang!” teriak Nicholas protes. Dia sangat geram, begitu juga dengan ayahnya dan Lucas. Semua orang melihat perbuatan Secil. Lucas yang diliputi cemas, berniat menghampiri putrinya yang tersungkur di lintasan lomba. Namun, belum sampai kakinya melangkah, Ava perlahan bangkit sendiri. Ya, mengamati Secil mendahuluinya dengan cara kotor, membuat sisi semangat Ava mencuat. Terlebih saat melihat Lucas yang menantikan dirinya di depan, Ava benar-benar ingin pergi padanya. ‘Daddy menunggu Ava. Ava harus bangun dan datang pada Daddy!’ batin anak itu antusias. Kaki mungilnya berhasil menopang tubuh lagi. Begitu Ava mulai berlari, sorakan orang-orang bertambah ramai untuk menyemangatinya.“Bagus, Ava! Kau sangat keren! Kau pasti bisa, semangat Ava!” pekik Nicholas sambil bertepuk tangan.Dia menghampiri Charlie, lalu digendong oleh ayahnya tersebut. Dengan wajah binar, keduanya terus memberi dorongan untuk Ava.“Ayah, Ava benar-benar hebat ‘
"Tuan Lucas?" Charlie menyeru.Sorot manikmya tampak kaget saat mendapati pria itu menggendong Ava. Putranya juga ada di sebelah.Charlie pun mendekat, lalu memberi salam hormat bersamaan dengan wali kelas Ava. "Saya tidak menyangka Tuan datang ke Dalin Court. Tapi mengapa Anda bisa bersama putri Nona Ariella?" Charlie bertanya penasaran."Anda tau anak ini putri Ariella?" sahut Lucas disertai alisnya yang mendapuk.Ekspresi Charlie jadi kikuk. Dulu Lucas sempat bertanya tentang Ava, tapi sayangnya dia belum tahu apapun tentang bocah tersebut."Ya, saya juga baru mengetahuinya beberapa minggu lalu, Tuan,. Saya tidam sengaja berpapasan beliau saat mengantar putrinya ke sekolah," balas Charlie merasa bersalah.Saat itulah Nicholas langsung menginterupsi. "Apa Ayah tau? Ternyata Paman ini Daddynya Ava!""Da-daddy?!" sahut Charlie ragu.Rasanya sangat mustahil sebab dia tau hubungan Lucas dengan Ariella hanya sebatas bos dan bawahannya."Hari ini saya akan berpartisipasi di acara Papa Day
“Apa putri kesayangan Daddy menunggu lama?” tutur Lucas yang kini berhenti di depan Ava.Anak perempuan itu mendongak bingung. Lucas yang tidak ada hubungan dengannya mendadak datang, di belakangnya juga ada Peter.Ya, Lucas yang telah menyelidiki Ava langsung mendatangi bocah itu ke sekolahnya. Melihat selama ini Ariella menyembunyikan anak mereka, sudah pasti wanita tersebut tidak akan jujur jika Lucas bertanya langsung.“Ke-kenapa Paman tampan ….” Bisikan Ava kembali tertelan saat Lucas mengedipkan sebelah matanya.Bahkan yang lebih mengejutkan, Lucas langsung merengkuh Ava dan menggendongnya.“Daddy terlambat karena ada pekerjaan. Apa acaranya sudah mulai?” ujar Lucas mengamati wajah Ava yang masih tertegun.Ekspresinya beku anak itu, samar-samar mirip Ariella saat kehabisan kata-kata kala berdebat dengannya. Sungguh menggemaskan.“Wah! Ternyata Paman ayahnya Ava? Tapi kenapa saat di galeri, Paman—”“Oho! Kau putra Tuan Charlie ‘kan? Namamu … Nicholas?” sahut Lucas sambil menoleh
“Bukankah kau memyukaiku?” Nicholas berujar penuh harap.Ava yang ada di sebelahnya hanya berkedip bingung.“Aku memang menyukaimu karena kau teman baikku, Nick,” tuturnya tanpa ragu. “Kau menyukaiku dan aku menyukaimu. Orang yang sama-sama suka harus menikah agar hidup bahagia selamanya, Ava!” Bocah lelaki itu menjelaskan dengan bangganya.Akan tetapi, Ava tidak setuju. Melihat Ariella dan Damien yang tidak terikat dalam pernikahan, membuatnya berpikir bahwa pertemanannya dengan Nicholas, tidak harus berakhir menikah.“Kau salah, Nick. Teman baik itu tidak semuanya menikah. Sepertinya orang yang menikah hanya orang yang saling mencintai,” kata Ava membenarkan.Lawan bincangnya menaikkan kedua alis, lalu menimpali, “itu bukan masalah, karena aku mencintaimu, Ava!”“Mommy bilang, cinta hanya untuk orang dewasa. Anak-anak seperti kita hanya boleh berteman!” sanggah Ava memberi pengertian.“Baiklah, aku tau. Aku akan terus mencintaimu sampai dewasa. Sampai kau mau menikah denganku, Ava!