Happy reading, Kakak-kakak.
“Celaka!” Bodyguard Baratheon yang membuntuti mobil Ariella tersentak.Terlebih ketika mobil dari depan Ariella tampak hilang kendali. Dia dan sang rekan mengira akan terjadi tabrakan keras.Namun, tanpa diduga Bentley hitam Ariella tiba-tiba berbelok ke kiri, tepat sebelum mobil yang ugal-ugalan itu menghantamnya.“Belok, P7!” sentak rekan Bodyguard di kursi samping kemudi.Bodyguard dengan code name P7 itu lekas membanting setir ke kiri, mengikuti arah jalur mobil Ariella. Nyaris saja dia menjadi target hantaman pengemudi ugal di depan. Refleksnya memang bagus, tapi sialnya dia tertinggal cukup jauh dari Bentley Ariella.“Kau hampir membuat kita terbunuh!” tukas rekan Bodyguard tadi.Alih-alih menanggapi ocehan rekannya, P7 malah berkata, “J9, kita kehilangan jejak Nyonya Ariella!”Bodyguard di kursi samping mengalihkan tatapan. Alisnya mendapuk mendapati Bentley Ariella melewati persimpangan lampu lalu lintas dengan cepat. Sialnya mereka tak bisa menyusul sebab lampu dari arah mere
“Apa kau sedang bersama Lucas?” Damien bergumam seiring wajahnya berangsur muram. Sang adik yang mendengarnya, seketika mengerutkan kening. Dia mendekati Damien, lalu meraih ponsel itu dengan cepat. “Linberg? Jadi Kak Ariella sedang di Linberg?” tukas Jane saat mengamati layar benda pipih tadi. Dia menoleh pada Damien, seraya mendesak penjelasan. “Kenapa Kakak menyebut Lucas? Untuk apa Kak Ariella menemui Lucas?!” Ya, titik lokasi Bentley itu memang berada di apartemen Lucas, pinggiran Linberg. Damien pernah ke sana. Dia yang saat itu mendapati tindakan Lucas begitu intim pada Ariella, tentunya tak bisa berpikiran jernih. Apalagi sejak siang dirinya tak bisa menghubungi wanita tersebut. ‘Lucas memang sialan! Apa dia ingin merebut Ariella dan Ava dariku?!’ geming Damien penuh makian. ‘Tidak! Aku tidak akan membiarkan Ariella kembali pada bajingan yang hampir membunuhnya!’ Disertai rahang yang mengeras, dia menyabit ponselnya dari Jane. “Berikan padaku!” Tanpa basa-basi, Damien l
“Anak kecil, kau sudah bangun?!” tukas Mister Raul yang kini melirik ke belakang.Wajah berang dengan bekas luka melintang di sekitar matanya tampak menyeramkan. Ditambah rambutnya yang gondrong, semakin menambah kesan beringas lelaki tersebut. Apalagi saat dia memicing tajam pada Ava, sungguh mengintimidasi bocah itu hingga bergidik merinding.“Hei, kau akan menakutinya,” tukas sang rekan yang tengah mengemudi.Benar, banyak anak kecil yang lari terbirit-birit saat tak sengaja berpapasan dengan lelaki tersebut. Tak heran Ava juga gemetaran.“Lagi pula kenapa kau melepas topengnya? Bagaimana kalau orang-orang mengenalimu?!” Rekan berambut botak itu memeringati.Mister Raul mendecak sengit seraya menyambar, “tutup mulutmu, brengsek! Aku sudah muak memakai topeng sialan itu!”Ya, dia memang narapidana kasus pembunuhan dari Benua Woll yang kabur. Sudah satu tahun menjadi buronan dan kini bersembunyi di San Carlo.“Paman siapa? Kenapa membawa Ava?” tutur Ava dengan dada bergemuruh takut.T
‘Brengsek! Sebenarnya siapa bajingan yang berani mengusik putriku?!’ batin Lucas dengan rahang ketatnya.Dia merengkuh bahu Ariella dan mengusapnya agar tenang. Tapi sorot dinginnya terpaku pada lelaki di layar laptop yang tak segan membawa putrinya.“Tunjukan rekaman di gerbang depan!” tukas Lucas terdengar menahan amukan.Tangan wali kelas Ava sempat gemetaran. Bagaimana pun dia merasa bertanggung jawab, sebab setiap siswa yang masuk ke Dalin Court di bawah pengawasannya.Namun, sialnya CCTV di gerbang depan tidak merekam Ava. Justru tampak Ariella yang tengah berseteru dengan Lucas di depan Bentley hitamnya. Dan sesaat kemudian, terlihat van yang melaju kencang, hingga nyaris menabrak Ariella.Lucas ingat itu. Kecurigaan langsung meningkat sebab dari awal dia merasa ada yang janggal dengan mobil tersebut.Ariella yang memicing geram, kini bergumam, “mungkinkah mobil van ….”“Dia membawa Ava dengan van itu!” sambar Lucas dari belakang.Sang istri juga berpikiran sama.Ariella pun men
“Mohon maaf, Nyonya Ariella. Sejak bel berbunyi dan semua anak masuk kelas, saya tidak menjumpai Ava. Apa Anda yakin, tadi pagi mengantarnya sampai masuk gerbang?” tukas Miss Nancy yang semakin memicu kecemasan Ariella membengkak.Ya, Ariella sendiri yang memeluk Ava dan memasikannya masuk. Mereka bahkan saling melambaikan tangan sebelum Ariella pergi. Mustahil semua itu ilusi jika sekarang putrinya hilang!Dengan gelisah mengebaki dada, Ariella pun bertanya, “apa teman-teman sekelasnya juga tidak bertemu Ava? Termasuk Nicholas?”Lucas yang mendengarnya, seketika mengerutkan kening. Jelas penasaran sebab sang istri menyeret nama putri mereka. Apalagi sejak menerima telepon wajah Ariella jadi tegang. Pria itu tentu tak bisa diam saja.“Ya, Nyonya. Nicholas hari ini berangkat agak siang. Jadi dia tidak berjumpa dengan Ava,” sahut wali kelas itu dari sisi lain telepon.“Saya akan ke Dalin Court sekarang!” Ariella menimpali tegas.Begitu panggilan berakhir, Ariella merasa tenggorokanya jad
‘Aish, sial! Kenapa tiba-tiba Lucas ….’ Ariella menepuk dada pria itu, berusaha memberi kode agar segera menjauh.Namun, saat Lucas menarik diri, pria itu malah tersenyum tipis seolah tak menyesal dengan perbuatannya.Ariella menatapnya lebar seolah mencecar, ‘kau gila?!’Sialnya Lucas malah berkata tanpa ragu. “Istriku, mulai saat ini orang-orang akan tau siapa dirimu!”Dia melirik beberapa reporter yang tadi berisik. Hanya dengan mengamati tatapan dingin Lucas, mereka sudah tau bahwa ucapan pria itu bukan kebohongan.“Saya harap ini jelas untuk kalian!” decak Lucas penuh peringatan.Tanpa menunggu sahutan siapapun, pria tersebut lantas merengkuh tangan Ariella dan menariknya mangkir dari kerumunan.Sang wanita mengamati ekspresi Lucas yang tak menggambarkan candaan. Dan itu membuatnya bingung. Semakin hari, tingkah Lucas semakin mengikis kebenciannya. Jika terus seperti ini, Ariella kian ragu untuk memanfaatkan Lucas demi kesembuhan Ava.‘Kenapa kau melakukan ini sekarang? Apa yang k